3 Alasan Real Madrid Harus Pertahankan Carlo Ancelotti: Kalau Didepak Bisa Tambah Bapuk

oleh Suharno diperbarui 02 Jun 2023, 12:40 WIB
'Kami bermain melawan tim yang memang pantas meraih kemenangan malam ini. Mereka bermain dengan intensitas dan kualitas yang nyata di babak pertama,'' kata Ancelotti usai laga, dikutip dari laman resmi Real Madrid. (AP Photo/Jon Super)

Bola.com, Madrid - Carlo Ancelotti pernah memenangi berbagai liga top Eropa sepanjang karirnya sebagai pelatih. Ia pernah juara di Serie A, Premier League, Bundesliga, Ligue 1, hingga La Liga Spanyol bersama Real Madrid.

Di Real Madrid, Don Carlo juga sudah mempersembahkan banyak gelar seperti satu La Liga dan trofi dua Liga Champions. Belum lagi dua titel Copa Del Ray, sekali Supercopa de Espana, dua kali UEFA Super Cup, dan dua trofi Piala Dunia Antarklub.

Advertisement

Sayangnya pada musim 2022/23, Real Madrid gagal meraih gelar La Liga dan Liga Champions serta hanya meraih satu trofi Copa Del Ray. Di Liga Champions, Real Madrid kalah di semifinal dari Manchester City dengan agregat 1-5.

Meski ada kemunduran prestasi dibandingkan musim sebelumnya, akan tetapi dewan direksi Los Blancos tetap mempertahankan Ancelotti. Ada sejumlah alasan mengapa Real Madrid mempertahankannya.

Berikut tiga alasan Real Madrid tetap mempertahankan Carlo Ancelotti sebagai pelatih. Langsung saja simak satu persatu alasan tersebut.

 

2 dari 5 halaman

1. Gaya Manajerial

Pelatih Real Madrid Carlo Ancelotti (kiri) memberikan semangat ke Marco Asensio yang gagal melakukan tendangan penalti ke gawang Real Mallorca dalam pertandingan pekan ke-20 La Liga 2022/2023 yang berlangsung di Palma de Mallorca, Minggu (5/2/2023). (AFP/Jaime Reina)

Keberhasilan pelatih di klub-klub besar Eropa bergantung pada kemampuannya mengelola ego di dalam dan di luar ruang ganti. Carlo Ancelotti berhasil menguasai ilmu spesial ini lebih baik daripada para pelatih lainnya.

Itu juga terlihat di Manchester City dan Liverpool, ketika Pep Guardiola dan Jurgen Klopp mampu mengelola ego para bintangnya untuk membangun skuat. Real Madrid tidak akan pernah mempekerjaan pelatih yang kerap menonjolkan egonya seperti Antonio Conte.

Ancelotti bukanlah seseorang yang akan menyalahkan skuad atau dewan direksi atas penampilan timnya yang buruk. Dia hanya percaya untuk mendapatkan yang terbaik dari para pemain yang dia miliki, serta memiliki kemampuan menerapkan strategi yang jitu.

 

3 dari 5 halaman

2. Pengembangan pemain pemuda

Striker Real Madrid, Vinicius Junior menunjuk oknum suporter Valencia yang terus mengejeknya dengan ejekan rasis pada laga pekan ke-35 Liga Spanyol 2022/2023 di Mestalla Stadium, Valencia, Senin (22/5/2023) dini hari WIB. (AFP/Jose Jordan)

Kemampuan Vinicius Jr di bawah rezim Carlo Ancelotti di Real Madrid sangat mengejutkan. Pelatih asal Italia itu mengambil alih klub pada awal musim lalu, dan membuat Vini mencetak 45 gol dan 41 assist dalam 106 penampilan di bawahnya.

Vinicius bukan satu-satunya pemain muda yang berkembang dengan kehadiran Ancelotti di Santiago Bernabeu. Rodrygo juga telah membuktikan kualitasnya dengan mengemas 25 gol dan 21 assist dalam 103 laga untuk Real Madrid di bawah asuhan Ancelotti.

Selain itu, trio lini tengah Federico Valverde, Eduardo Camavinga, dan Aurelien Tchoumeni juga mendapat menit bermain reguler di bawah pelatih asal Italia itu. Para pemain muda ini yang akan meneruskan tongkat estafet sebagai pilar utama Los Blancos.

 

4 dari 5 halaman

3. Stabiltas

Carlo Ancelotti baru saja berhasil membawa Real Madrid juara Liga Champions 2021/2022 usai mengalahkan Liverpool di partai final yang berlangsung di Stade de France, Minggu (29/05/2022) dini hari WIB. Hal tersebut membuat dirinya dinobatkan sebagai pelatih tersukses dalam sejarah Liga Champions. Pria asal Italia tersebut tercatat pernah merengkuh trofi paling bergengsi di Eropa tersebut sebanyak lima kali, yaitu dua kali bersama AC Milan dan sisanya bareng Real Madrid. (AFP/Kirsty Wigglesworth)

Dalam beberapa tahun terakhir, terutama sejak kepergian Cristiano Ronaldo, Real Madrid telah mengalami masa ketidakstabilan. Ini tercermin dari penampilan mereka di Liga Champions, saat klub tersingkir di babak 16 besar Liga Champions pada 2018 dan 2019.

Setelah Julen Lopetugui dan Santiago Solari gagal, klub akhirnya memanggil Zinedine Zidane untuk menangani tim dan memenangi gelar La Liga lagi dan mencapai semifinal Liga Champions. Namun setelah gagal menjuarai La Liga pada musim 2020/2021, pelatih asal Prancis itu memutuskan mundur.

Real Madrid akhirnya terlihat stabil di bawah pelatih asal Italia itu setelah bertahun-tahun berganti pelatih. Ada keharmonisan di ruang ganti, klub merekrut dengan cerdas di bursa transfer, dan juga tidak ada perselisihan antara manajer dan presiden.

Sumber: SportsKeeda

5 dari 5 halaman

Yuk Intip Posisi Tim Favoritmu

Berita Terkait