10 Pesepak Bola yang Kariernya Meroket Setelah Ganti Posisi: Bak Terlahir Kembali, Berubah Dahsyat

oleh Suharno diperbarui 27 Jun 2023, 14:10 WIB
Piala Dunia - Cristiano Ronaldo, Lionel Messi, Gareth Bale (Bola.com/Adreanus Titus)

Bola.com, Jakarta - Ada yang unik ketika Timnas Inggris melakoni dua laga kualifikasi Euro 2024 melawan Malta dan Makedonia Utara. Manajer Three Lions, Gareth Southgate menyerahkan jersey nomor 10 kepada pesepak bola yang berposisi bek kanan Liverpool, Trent Alexander-Arnold.

Jersey nomor 10 ini biasanya dikenakan Raheem Sterling, kemudian pada awal 2023 dipakai Jude Bellingham. Ketika Sterling penampilannya jeblok di Chelsea dan tidak dipanggil, serta Bellingham mengalami cedera hamstring, jersey nomor 10 justru diberikan kepada Alexander-Arnold.

Advertisement

Ternyata, Southgate tidak asal memilih pemain untuk mengenakan jersey nomor 10. Dlam dua laga Inggris pada Juni 2023, Southgate mengubah posisi Alexander-Arnold sebagai gelandang, yang sebelumnya bek kanan.

Keputusan itu berbuah manis karena Inggris menang telak pada kedua laga dan Arnold bahkan mencetak gol kala menghadapi Malta. Sebelumnya, ada sejumlah pemain yang kariernya meroket karena memiliki atau berganti posisi baru.

Berikut 10 pesepak bola yang kariernya meroket setelah berganti atau mendapatkan posisi yang baru.

 

2 dari 11 halaman

1. Lionel Messi

Meski musim ini harus absen di perempatfinal usai PSG dikalahkan Real Madrid, Lionel Messi masih tercatat menjadi salah satu pencetak gol terbanyak di partai tersebut. La Pulga telah mencetak total 12 gol di babak delapan besar Liga Champions bersama Barcelona. (AFP/Josep Lago)

Pada awal karier profesionalnya di Barcelona, Messi mendapatkan peran di sayap kanan. Pelatih Barcelona saat itu, Pep Guardiola, kemudian melihat potensi sang 'penyihir kecil' untuk mendapatkan posisi baru.

Messi akhirnya diplot menjadi false 9 alias striker palsu untuk mengobrak-abrik pertahanan lawan yang bingung. Saat ini, permainan Messi juga lebih dahsyat saat mengambil peran sebagai seorang playmaker.

 

3 dari 11 halaman

2. Thierry Henry

3. Thierry Henry - Pemain bernomor punggung 14 ini adalah mesin gol andalan The Gunners. Kesuksesan Arsenal era Arsene Wenger saat itu tak lepas dari peran kunci nya sebagai striker yang sangat mematikan di depan gawang lawan. (AFP/Odd Andersen)

Setelah gagal di Juventus, Henry hijrah ke Arsenal. Pada awalnya, pemain asal Prancis ini ditempatkan sebagai winger tetapi justru melejit kala menjadi striker sentral, kemudian mencetak 174 gol.

Pelatih Juventus yang mendepak Henry kala itu, Carlo Ancelotti, akhirnya menyadari kesalahannya. "Kesalahan saya? Saya tidak ingin Baggio di Parma dan kemudian di Juventus saya tidak menyadari bahwa Henry bukan pemain sayap," ungkap Ancelotti.

 

4 dari 11 halaman

3. Cristiano Ronaldo

Cristiano Ronaldo layak menjadi pengganti Maguire sebagai kapten Manchester United. Meski baru bergabung di skuat asuhan Ole Gunnar Solskjaer, Ronaldo telah memiliki pengalaman sebagai kapten di Real Madrid dan Juventus. Ia juga memiliki pengaruh besar di Old Trafford. (AFP/Paul Ellis)

Ronaldo adalah pemain sayap yang terampil dengan banyak potensi pada 2003. Ronaldo kemudian menjadi salah satu penyerang terhebat yang pernah ada dalam sejarah sepak bola.

Kecepatan hingga penyelesaian akhir yang mematikan membuat Ronaldo memiliki senjata sempurna untuk menjadi seorang striker. Tidak hanya gelar pencetak gol terbanyak, Ronaldo juga membantu setiap tim yang diperkuatnya untuk meraih gelar juara.

 

5 dari 11 halaman

4. Philipp Lahm

2. Philipp Lahm - Pemain yang berposisi bek kiri ini sudah mengoleksi banyak gelar mulai dari Bundesliga, Liga Champions hingga Piala Dunia. Tapi siapa sangka, pria berpaspor Jerman itu pernah menjadi anak gawang di akademi Bayern Munchen. (AFP/Javier Soriano)

Legenda Bayern Munchen dan Jerman, Philip Lahm, menghabiskan sebagian besar karier sebagai bek sayap kanan. Ketika kariernya memasuki senja, Lahm justru mendapatkan peran baru yang membuatnya seperti lahir baru.

Dia membantu Jerman menjuarai Piala Dunia 2014 bukan sebagai seorang bek sayap tetapi sebagai gelandang. Saat menjadi gelandang, Lahm memang tidak secepat ketika masih mud. Tetapi ketenangan dan kemampuan menjaga bola menjadi keunggulannya.

 

6 dari 11 halaman

5. Ryan Giggs

Ryan Giggs menjadi kunci kesuksesan MU di era Sir Alex Ferguson. Menghabiskan seluruh kariernya di Old Trafford, ia tercatat sebagai pencetak assist terbanyak dalam sejarah Setan Merah. Total sudah ada 35 trofi, termasuk 13 gelar Liga Inggris yang pernah ia persembahkan. (AFP/Paul Ellis)

Pemain asal Wales itu menghabiskan 24 tahun karier profesional hanya untuk Manchester United. Sebagian besar permainannya dihabiskan untuk menjadi winger kiri Setan Merah.

Serupa Lahm, di usianya yang tidak muda lagi, Giggs akhirnya berpindah posisi sebagai gelandang. Kematangan dan kecerdasan Giggs akhirnya membantu MU merebut gelar Premier League terakhirnya pada 2013.

 

7 dari 11 halaman

6. Roberto Firmino

Ekspresi pemain Liverpool Roberto Firmino setelah pertandingan sepak bola final Liga Champions antara Liverpool dan Real Madrid di Stade de France, Saint Denis, Prancis, 28 Mei 2022. Real Madrid menang 1-0. (AP Photo/Petr David Josek)

Brendan Rodgers mendatangkan Firmino ke Liverpool pada 2015 untuk menjadi gelandang serang tetapi tidak berhasil. Setelah itu, sang manajer mengubah posisinya ke sisi sayap dan juga tidak berhasil, sehingga karier pemain asal Brasil ini diprediksi tidak akan lama.

Beruntung bagi Firmino karena Jurgen Klopp datang dan menempatkannya sebagai false 9. Perubahan ini menjadi katalis Firmino menjadi salah satu tulang punggung The Reds saat merengkuh gelar Premier League. 

Firmino memastikan hengkang dari Liverpool pada musim panas ini dan kini mencari pelabuhan baru. 

 

8 dari 11 halaman

7. Gareth Bale

Penyerang Real Madrid, Gareth Bale, melakukan selebrasi angkat trofi usai menjuarai Liga Champions di Stadion NSC Olimpiyskiy, Kiev, Minggu (27/5/2018). Real Madrid menang 3-1 atas Liverpool. (AP/Pavel Golovkin)

Pada penyisihan grup Liga Champions 2010/2011, Tottenham Hotspur mempermalukan juara bertahan Inter Milan. Sorotan diberikan kepada winger kiri Spurs, Gareth Bale, yang mempermalukan bek kanan Inter, Maicon, dan mengobrak-abrik pertahanan Nerazzurri.

Sebelum namanya melambung sebagai seorang winger yang ditakuti lawan-lawannyanya, siapa sangka Bale sebelumnya berposisi sebagai bek kiri. Southampton yang menemukan bakatnya sebelum hijrah ke Spurs hingga kemudian ke raksasa Spanyol, Real Madrid.

 

9 dari 11 halaman

8. Bastian Schweinsteiger

Bastian Schweinsteiger berupah posisi ketika Louis van Gaal menukangi Bayern Munich pada tahun 2009. Awalnya ia merupakan winger kiri dan dipindah menjadi gelandang tengah oleh van Gaal. Alhasil ia menjadi salah satu gelandang tengah terbaik di dunia saat ini. (Foto: AFP/Andrew Yates)

Sebenarnya tidak ada posisi baru dalam benak Schweinsteiger. Mantan pemain Bayern Munchen dan Timnas Jerman tersebut bisa bermain di posisi mana pun karena keahliannya.

Bastian memang kerap dikenal sebagai seorang gelandang yang cepat bertahan maupun menyerang hingga mampu mengantar Jerman juara Piala Dunia 2014. Tetapi di pengujung kariernya, Schweinsteiger bermain di posisi bek tengah.

 

10 dari 11 halaman

9. Declan Rice

Declan Rice menimba ilmu di akademi Chelsea sejak usia enam tahun. Dia kemudian dilepas pada usia 14 tahun dan pindah ke West Ham. Bersama The Hammers, gelandang 23 tahun itu menjelma menjadi salah satu pemain kunci klub tersebut. (AFP/Justin Tallis)

Rice dianggap sebagai salah satu gelandang bertahan terbaik di dunia yang diminati banyak klub besar Eropa. Padahal di awal-awal musim bersama West Ham, Rice justru kerap bermain sebagai bek tengah.

West Ham kemudian mengujinya lebih jauh lagi untuk menjadi seorang gelandang bertahan. Perjudian itu ternyata berbuah manis hingga Declan Rice masuk ke dalam skuad timnas Inggris.

 

11 dari 11 halaman

10. Yaya Toure

Ekspresi kecewa gelandang Manchester City, Yaya Toure saat menghadapi Brighton and Hove Albion dalam laga Liga Inggris 2017/2018 di Etihad Stadium, Manchester (9/5/2018). Eks gelandang tengah Pantai Gading ini tercatat pernah dua kali ditangani Pep Guardiola saat berseragam Barcelona dan Manchester City. Namun keduanya telah meninggalkan luka baginya yang menganggap Pep Guardiola sebagai pelatih yang tak bersahabat dengan pemain asal Afrika. Ia pun memilih pergi dari dua klub tersebut. (AFP/Oli Scarff)

Yaya Toure adalah kasus langka ketika Pep Guardiola melakukan kesalahan dalam sepak bola. Manajer asal Spanyol itu menggunakannya sebagai bek dan menjadi opsi cadangan di Barcelona.

Merasa perannya dianggap tidak cukup penting, Toure kemudian dijual ke Manchester City pada 2010 yang bisa jadi penyesalan bagi Guardiola. Toure berperan sebagai gelandang yang sukses menghidupkan permainan Man City dan membuat klub tersebut meraih gelar Premier League pertamanya.

Sumber: Give Me Sport 

Berita Terkait