Pengamat Minta PSSI Serius Juga di Liga Sepak Bola Wanita

oleh Nandang Permana diperbarui 08 Okt 2023, 19:00 WIB
Bek Persib Bandung Putri, Vivi Oktavia, berebut bola dengan striker Tira Persikabo Putri, Insyafadya Salsabilla, pada laga Liga 1 Putri di Stadion Pakansari, Bogor, Sabtu (28/12). Persib Putri juara Liga 1 Putri 2019.(Bola.com/Yoppy Renato)

Bola.com, Jakarta Nasib Liga Putri hingga saat ini belum ada kejelasan. PSSI hingga saat ini belum juga mengumumkan kepastian kick off Liga Putri.

PSSI hingga saat ini baru menggelar Elite Pro Academi tiga level usia yakni U-16, U-18, dan U-20. Ketidakpastian itu tentu saja membuat peserta Liga Putri yang diikuti 18 klub Liga 1 dibuat bingung.

Advertisement

Kabar teranyar, Persis Solo mengumumkan secara resmi pembubaran tim putrinya karena alasan belum ada kepastian kapan dimulainya Liga Putri tersebut.

Pengamat sepak bola, Syatila Bianca mengaku prihatin dengan kondisi tersebut. Padahal, kata wanita yang pernah terjun di lingkungan olahraga sebagai peliput ini, Indonesia tidak kekurangan talenta serta kompetisi yang konsisten digelar akan membuat gairah sepak bola Indonesia meningkat.

Dan tentu saja, masih kata Syatila Bianca dengan bergulirnya kompetisi sepak bola wanita, maka sudah bisa dipastikan akan berdampak positif terhadap kekuatan timnas wanita, di mana sang pelatih tidak akan kekurangan pemain.

"Tentunya sebagai pecinta sepak bola, kondisi ini membuat prihatin ya. Dimana pembinaan sepak bola wanita masih belum konsisten di Indonesia. Padahal, melihat negara-negara lain, khususnya di Asia, pembinaan sepak bola wanita ini bisa beriringan dengan pembinaan sepak bola putra," kata Syatila Bianca kepada Bola.com, Minggu siang (08/10/2023).

2 dari 3 halaman

Muaranya Tim Nasional

Aksi pemain Arema putri, Shafira Ika Putri dalam turnamen di Banyuwangi. (Iwan Setiawan/Bola.com).

"Dengan adanya kompetisi wanita yang konsisten itu tentu saja akan berdampak bagus pada kekuatan Timnas wanita. Pelatih timnas wanita bisa memantau para pemain terbaik atau mencari pemain-pemain yang berpotensi mempunyai kualitas bagus. Kompetisi yang konsisten juga saya yakin bisa menaikan kualitas pemain yang ada sekarang," tambahnya.

Syatila Bianca menyebut selama empat tahun kompetisi wanita tidak bergulir, tentu hal itu akan menjadi beban tersendiri bagi para penggiat atau pelaku pembinaan sepak bola di akar rumput.

Tentu saja, dengan tidak adanya kompetisi maka sudah dipastikan animo masyarakat terutama para srikandi di Indonesia akan berkurang.

Syatila menduga ada beberapa faktor yang mungkin saja menghambat perhelatan kompetisi sepak bola wanita di Indonesia.

3 dari 3 halaman

Menunggu

Salah satunya kemungkinan masih dianggap tabu masyarakat seorang wanita bermain sepak bola. Selain itu, kemungkinan PSSI hati-hati dalam memutar kompetisi sepak bola wanita, karena sudah dipastikan klub-klub Liga 1 masih ada dalam masa transisi menyangkut finansial setelah sebelumnya kompetisi Liga 1 pun vakum karena pandemi Covid-19.

"Saya kira ada beberapa faktor yang menjadi kendala untuk memutar kompetisi sepak bola wanita, pertama, masih tabunya sepakbola putri dikalangan para orang tua. Jadi, keterbatasannya pemain menjadi hambatan belum berjalannya Liga 1 putri sampai saat ini," tuturnya.

"Bahkan, untuk urusan kompetisi, sepakbola putri dinyatakan tidak sebagus cabang olahraga basket, voli, bulutangkis, maupun beberapa cabang olahraga lainnya. Dan tentunya saya melihat , sepertinya PSSI tidak mau membebani klub liga 1, dimana mereka juga banyak harus mengurus tim U-16, U-18, dan juga U-20," Syatila Bianca mengakhiri pembicaraan.

 

Tag Terkait

Berita Terkait