Akhir Sebuah Era: Setelah 163 Pertandingan, Inter Akhiri Karier Thomas Muller di Liga Champions

Inter singkirkan Bayern Munchen, mengakhiri kiprah Thomas Muller di Liga Champions setelah 163 laga.

BolaCom | Aning JatiDiterbitkan 17 April 2025, 16:45 WIB
Pemain Bayern, Thomas Muller, bereaksi di akhir pertandingan leg kedua perempat final Liga Champions antara Inter Milan dan Bayern Munich di stadion San Siro di Milan, Italia, Kamis dini hari WIB (17-4-2025). (Foto AP/Antonio Calanni)

Bola.com, Jakarta - Inter Milan tidak hanya memastikan tempat di semifinal Liga Champions setelah menyingkirkan Bayern Munchen—mereka juga menjadi saksi akhir dari satu di antara perjalanan paling luar biasa di kompetisi Eropa.

Thomas Müller, legenda Bayern dan satu di antara pemain tersukses dalam sejarah Liga Champions, telah memainkan pertandingan terakhirnya di ajang ini, menutup karier Eropanya dengan 163 penampilan.

Advertisement

Setelah kalah 1-2 di leg pertama di Allianz Arena, Bayern datang ke San Siro dengan misi membalikkan keadaan, Kamis dini hari WIB (17-4-2025). Mereka butuh kemenangan untuk menjaga asa lolos.

Namun, hasil imbang 2-2 hanya cukup untuk membuat Inter unggul agregat 4-3 dan melaju ke babak empat besar.

Ironisnya, peluang terakhir Bayern justru jatuh ke kaki sang veteran. Di menit ke-95, Müller mendapat kesempatan emas lewat sundulan. Tetapi, tandukannya yang lemah disambut sempurna oleh kiper Inter, Yann Sommer—mengakhiri harapan Bayern dan, tampaknya, karier Liga Champions Muller.

"Kami kecewa," ujar Muller usai pertandingan.

"Saya sudah memberikan segalanya, kami semua sudah memberikan segalanya. Kami menghadapi tim terbaik Italia, yang sebelum ini hanya kebobolan dua gol di Liga Champions," lanjutnya.


Detail Kecil

Di menit ke-76, Bayern Munchen berhasil menyamakan kedudukan lewat tandukan Eric Dier yang mengarah ke sisi terjauh gawang Inter Milan. Hingga akhir pertandingan skor imbang 2-2 tidak berubah. (Isabella BONOTTO/AFP)

Pernyataan Muller bukan sekadar basa-basi. Inter memang tampil solid sepanjang turnamen.

Namun, sejarah juga menyebutkan bahwa sebelum malam itu, Bayern Munchen selalu menang dalam empat kunjungan terakhirnya ke San Siro—dan kendati kehilangan beberapa pemain, mereka tetap punya cukup peluang untuk membawa laga ini ke perpanjangan waktu.

"Sepak bola ditentukan oleh detail kecil," ujar Vincent Kompany, pelatih Bayern.

"Jika melihat dua laga ini secara keseluruhan, tidak banyak yang akan kami ubah—kecuali soal gol-gol yang kami kebobolan. Kami tahu Inter sangat berbahaya dalam serangan dan bola mati. Tapi, kami juga punya banyak peluang," jelasnya.


Inter Membalikkan Keadaan

Di babak kedua, Bayern Munchen membuka keunggulan lebih dulu melalui gol yang dicetak Harry Kane pada menit ke-52. (Alberto PIZZOLI/AFP)

Detail yang dimaksud Kompany terlihat jelas di leg kedua. Bayern sempat unggul lebih dulu lewat gol Harry Kane pada menit ke-52. Namun, hanya dalam sembilan menit, Inter membalikkan keadaan.

Kesalahan Joshua Kimmich di kotak penalti membuat Lautaro Martinez mampu menyamakan kedudukan (58'), sebelum Benjamin Pavard menanduk bola dari sepak pojok dan membuat Inter unggul agregat (61').

"Kami sudah berusaha maksimal untuk menang," ujar Kane.

"Kami punya cukup peluang di dua laga. Kebobolan dua gol dari set piece hari ini sangat fatal. Itu benar-benar mengubah arah permainan. Kami sudah sangat dekat. Sepak bola soal momen, dan mereka lebih memanfaatkannya dibanding kami," kata pemain internasional Inggris itu.


Perjuangan Muller

Inter Milan bermain imbang 2-2 kontra Bayern Munchen pada laga leg kedua perempat final Liga Champions musim ini di Giuseppe Meazza, Kamis (17/4/2025) dini hari WIB. Meski begitu, hasil tersebut sudah cukup membawa Inter lolos ke semifinal dengan keunggulan agregat 4-3. (AP Photo/Antonio Calanni)

Kendati sempat terpuruk, Bayern tak menyerah. Sundulan Eric Dier dari sudut sempit pada menit ke-76 membuat skor imbang dan menyuntikkan harapan. Setelah itu, Bayern terus menekan.

Kiper cadangan, Jonas Urbig, bahkan ikut maju ke kotak penalti pada menit-menit akhir, dan di saat semua mata tertuju pada detik terakhir, Müller muncul. Namun, penyelesaiannya tak cukup tajam, dan Sommer kembali jadi tembok terakhir yang tak tergoyahkan.

"Dia berjuang sampai detik terakhir," ujar Kompany mengenai Muller.

"Seiring berjalannya waktu, kami akan makin menyadari betapa besar artinya dia. Kami masih punya dua trofi yang bisa dikejar bersama. Thomas adalah salah satu legenda terbesar klub ini," tegas Kompany.

Namun, di balik pujian itu, pertanyaan pun muncul: apakah keputusan memainkan Muller sebagai starter adalah langkah tepat? Saat Coman dan Gnabry masuk, serangan Bayern terlihat lebih hidup dan dinamis.

Bahkan, jika di momen terakhir itu yang mendapat bola adalah Kane atau Gnabry, mungkin ceritanya akan berbeda.


Tekanan Akan Meningkat

Selebrasi Thomas Muller seusai membobol gawang Inter Milan pada leg 1 perempat final Liga Champions 2024/2025 di Allianz Arena, kandang Bayern Munchen, Rabu (9/4/2025) malam WIB. (Tom Weller/dpa via AP)

Pada akhirnya, Bayern harus menerima kenyataan bahwa musim ini mereka tak lagi punya tempat di Eropa. Kini hanya Bundesliga yang tersisa—dan dengan keunggulan enam poin serta lima laga tersisa, gelar itu hampir pasti berada dalam genggaman.

Setelah musim lalu yang juga hanya berakhir dengan gelar domestik, pencapaian serupa kemungkinan besar masih bisa diterima oleh manajemen dalam tahun pertama Kompany.

Namun, musim depan, tekanan akan meningkat. Tidak hanya untuk sang pelatih, tetapi juga bagi direktur olahraga, Max Eberl dan Christoph Freund. Perombakan skuad diperlukan, termasuk melepas sejumlah pemain senior dan mendatangkan wajah-wajah baru.

Thomas Muller mungkin bukan satu-satunya nama besar yang telah memainkan laga terakhirnya di Liga Champions untuk Bayern.

"Ketika Anda bermain untuk Bayern Munich, targetnya adalah semifinal dan final Liga Champions," kata Kane.

Ia tidak salah. Musim depan, hanya pencapaian tertinggi di Eropa yang akan dianggap cukup bagi Bayern.

 

Sumber: Forbes