Bola.com, Jakarta - Legenda sepak bola Belanda, Marco van Basten, melontarkan kritik pedas terhadap UEFA setelah penampilan band rock asal Amerika Serikat, Linkin Park, dalam seremoni jelang final Liga Champions 2024/2025.
Acara yang digelar sebelum laga puncak Liga Champions tersebut menuai kontroversi, terutama dari mantan bintang AC Milan itu, yang menyebutnya tidak pantas dan merugikan para pemain.
Marco van Basten menyatakan keberatannya mengenai penampilan Linkin Park dalam wawancara bersama stasiun televisi Ziggo Sport. Ia tidak menahan diri dalam menyampaikan pandangannya mengenai keputusan UEFA.
"Saya pikir itu benar-benar tindakan yang bodoh," ujar Van Basten dengan nada tajam.
"Pertunjukan hiburan sebelum pertandingan itu sama sekali tidak bernilai. Tidak ada gunanya, sungguh tidak ada gunanya," ujar Van Basten.
Mengganggu Fokus Persiapan Pemain
Menurut pria yang dua kali memenangkan Piala Champions Eropa bersama AC Milan tersebut, aksi panggung semacam itu justru mengganggu fokus dan persiapan pemain.
Baginya, pemain seharusnya diberi kesempatan untuk melakukan pemanasan di lapangan dengan tenang sebelum menghadapi pertandingan besar.
"Itu sungguh menggelikan," kritik Van Basten tajam.
"UEFA memperlakukan para pemain seperti ornamen tontonan, bukan atlet yang sedang mempersiapkan diri untuk momen terbesar dalam karier mereka," lanjutnya.
Makna Sepak Bola
Komentar Van Basten mencerminkan kekhawatiran sejumlah pihak bahwa UEFA semakin mengedepankan aspek hiburan komersial dibandingkan esensi utama pertandingan sepak bola.
Dengan menempatkan konser besar tepat sebelum kick-off, otoritas tertinggi sepak bola Eropa itu dinilai lebih fokus pada pencitraan global dan penonton televisi ketimbang kondisi ideal bagi para pemain di lapangan.
Meski banyak penonton menyambut hangat penampilan Linkin Park, terutama karena popularitas global mereka, suara-suara kritis seperti Van Basten bermunculan.
Suara itu mengingatkan bahwa sepak bola, pada akhirnya, adalah tentang permainan itu sendiri—dan para pemain layak mendapat perlakuan yang memprioritaskan performa mereka, bukan sekadar menjadi latar bagi pertunjukan musik.
Sumber: DPA