Bola.com, Jakarta - Lupakan soal hasil imbang, babak kualifikasi, atau alasan lain yang mungkin disampaikan Presiden FIFA Gianni Infantino demi mendapat undangan bermain lagi di Gedung Putih bulan ini: momen penting menjelang Piala Dunia 2026 sudah tiba.
Untuk Piala Dunia kali ini, yang pertama kali digelar di tiga negara sekaligus, bukan cuma satu maskot... tapi tiga. Perkenalkan Maple si Rusa Kanada, Zayu si Jaguar dari Meksiko, dan Clutch si Elang Botak Amerika Serikat.
FIFA, penyelenggara Piala Dunia, dengan gaya mereka yang biasa rendah hati, menyebut peluncuran maskot ini sebagai "perayaan yang berani dan melampaui batas seperti turnamennya sendiri". Dalam rilisan persnya, kutipan dari Infantino menyatakan: "Tim 26 kini menjadi lebih besar – dan lebih seru!"
Ini bukan pertama kalinya satu Piala Dunia memiliki tiga maskot: pada edisi 2002 di Jepang dan Korea Selatan, ada Ato, Kaz, dan Nik, dua yang terakhir adalah pemain dan yang pertama pelatih mereka. Namun, kalau dulu mereka tim, trio 2026 ini tampak berdiri sendiri-sendiri: apakah ini sindiran halus soal hubungan diplomatik yang dingin antar tiga negara? Tidak. Tapi bisa jadi.
3 Maskot, 3 Makna
Maskot untuk Qatar 2022 bernama La’eeb (yang berarti “pemain sangat terampil”) dan dimaksudkan sebagai animasi sorban tradisional Arab, tapi akhirnya lebih mirip hantu, yang sayangnya kurang beruntung. Namun, setidaknya itu mengikuti tradisi maskot Piala Dunia yang biasanya diangkat dari arketipe nasional dan budaya yang sederhana, kadang reduktif, dan berada di batas penerimaan.
Lalu, ada tiga maskot ini. Clutch adalah elang botak Amerika yang, menurut materi promosi FIFA yang selalu menghibur, "memiliki dahaga petualangan yang tak terpadamkan" dan "tak takut di lapangan, serta menginspirasi di luar lapangan".
Nama ‘Clutch’ memang lucu untuk maskot AS, terutama bagi kami yang dari luar Amerika Serikat. Nama ini menunjukkan budaya olahraga yang sangat serius hingga tak bisa memberi nama maskot elang kartun ini tanpa menunjukan dominasi Amerika. Mengira ini cuma untuk hiburan? Pikirkan lagi. Maskot ini harus CLUTCH, harus MENANG.
Seperti nama yang dipilih oleh seorang ayah pelatih tim U-12 yang terlalu serius soal sepak bola. Tapi dibandingkan hal-hal lain di Piala Dunia ini, setidaknya nama itu lebih baik daripada kalau dipanggil Donald.
Setidaknya, maskot AS punya kreativitas. Sedangkan untuk Kanada yang dinamai ‘Maple’ terkesan seperti lupa memberi nama, lalu di menit terakhir melihat halaman Wikipedia Kanada dan mengambil kata pertama yang terlihat.
Maple adalah “seniman bergaya jalanan, pecinta musik, dan penjaga gawang berdedikasi” yang “menemukan makna lewat kreativitas, ketahanan, dan kepribadian yang tak terbantahkan.” Biasanya kreativitas tidak diasosiasikan dengan penjaga gawang, tapi mungkin ini untuk meluruskan stereotip negatif. Semua terasa cukup “coba akrab sama anak muda ya?”, terutama bagian “bergaya jalanan.” Apakah rusa ini akan naik skateboard sambil melukis grafiti keren? Keren!
Lalu ada Zayu, yang kayaknya paling mudah disukai anak-anak karena jaguar memang sudah keren, dan paling mirip dengan hewan yang dimaksud dibanding yang lain.
Agar Disukai Anak-Anak
Meski begitu, ada banyak klaim yang terdengar tidak jelas. FIFA bilang nama Zayu terinspirasi dari persatuan, kekuatan, dan kegembiraan, tapi tidak jelaskan bagaimana atau mengapa. Mereka menyebut Zayu sebagai “simbol perayaan budaya dan koneksi”, yang “menghargai budaya Meksiko” sekaligus “menghubungkan orang lintas batas dengan semangat.”
Mungkin saya terlalu polos, tapi ini sebenarnya momen yang bisa berikan sedikit kredit untuk FIFA, karena sebutan ‘batas’—kata yang sensitif dalam hubungan Meksiko dan Amerika—tampaknya sengaja dipilih. Maskot-maskot ini ditargetkan untuk anak-anak, dan kalau lewat kartun ini bisa mengajarkan anak bahwa orang di sisi lain batas bukan sesuatu yang harus ditakuti, itu tentu saja hal bagus.
Menarik juga bahwa FIFA memasukkan Maple, Clutch, dan Zayu ke dalam permainan baru mereka, ‘FIFA Heroes’, sebagai bagian dari upaya menguasai lagi merek dan game mereka setelah beberapa tahun lepas dari EA Sports.
Maskot Piala Dunia memang hal yang agak aneh, karena bagi kebanyakan kita yang menonton, mereka hanya muncul di layar TV, online, atau di stadion saat turnamen berlangsung, lalu hilang begitu saja setelah acara selesai.
Anak-anak mungkin suka, tapi FIFA punya tugas berat agar maskot ini bisa melekat di ingatan kolektif. Anak-anak biasanya tidak suka apa yang dipaksakan untuk mereka sukai, jadi meski terus-menerus dipajang, kecuali maskot itu punya daya tarik khusus, kemungkinan besar mereka akan terlupakan saat kembang api puncak acara sudah selesai.