Barcelona Bangun Ulang Hubungan dengan UEFA, Proyek Super League di Ujung Tanduk

Barcelona ingin mempererat hubungan dengan UEFA setelah gagalnya proyek Super League.

BolaCom | Aning JatiDiterbitkan 10 Oktober 2025, 15:45 WIB
Presiden FC Barcelona, Joan Laporta (Kiri), Presiden UEFA, Aleksander Ceferin (tengah), dan Nasser Al-Khelaifi, presiden Paris Saint-Germain (PSG) menghadiri pertandingan Phase League match ke-2 Liga Champions antara FC Barcelona dan Paris Saint-Germain (PSG) di Estadi Olimpic Lluis Companys di Barcelona, ​​pada 1 Oktober 2025. (Josep LAGO/AFP)

Bola.com, Jakarta - Presiden Barcelona, Joan Laporta, mengonfirmasi bahwa klub yang dipimpinnya berupaya membangun kembali hubungan dengan UEFA dan bergabung lagi dengan European Football Clubs (EFC), langkah yang dianggap sebagai pukulan telak bagi kelanjutan proyek European Super League (ESL).

Hubungan antara Barcelona dan UEFA memburuk sejak 2021, ketika klub asal Katalonia itu menjadi satu di antara dari 12 pendiri Super League, kompetisi tandingan Liga Champions yang digagas di luar struktur resmi UEFA.

Advertisement

Pada saat yang sama, Barcelona juga memutuskan keluar dari European Club Association (ECA), yang kini telah berganti nama menjadi EFC.

Namun, tanda-tanda perubahan mulai terlihat. Setelah menghadiri acara EFC di Roma, Rabu (8-10-2025) waktu setempat, Laporta menegaskan bahwa Barcelona ingin memperbaiki hubungan dengan dua lembaga penting sepak bola Eropa tersebut.


Mencari Jalan Tengah

Pemain Barcelona, Raphinha (kiri), merayakan gol yang dicetaknya ke gawang Valencia pada pekan 4 Liga Spanyol 2025/2026, Senin (15/9/2025) dini hari WIB. (Lluis GENE / AFP)

Kendati tak secara eksplisit menyatakan bahwa klubnya akan keluar dari proyek Super League, yang kini praktis hanya digawangi Real Madrid, Laporta mengisyaratkan bahwa hubungan yang kembali erat dengan UEFA dan EFC bisa membuat posisi Barcelona dalam proyek itu makin rumit.

"Kami berkomitmen membangun jembatan antara Super League dan UEFA," ujar Laporta dalam sebuah acara di Barcelona, Kamis (9-10-2025).

"Posisi Barca sangat jelas. Pihak-pihak yang terlibat dan yang berkepentingan sudah mengetahuinya. Kami mendukung terciptanya rekonsiliasi karena kami percaya ada jalan bagi klub-klub Super League untuk kembali ke UEFA," tuturnya.

"Kami merasa sangat dekat dengan UEFA dan EFC. Penting bagi kami untuk hadir dan berkontribusi dalam segala hal yang bisa diperbaiki, baik di UEFA maupun EFC," lanjut Laporta.

Ketika ditanya apakah perkembangan ini berarti akhir bagi proyek Super League, sumber internal Barcelona menegaskan bahwa tujuan utama klub bukan untuk mengakhiri gagasan itu sepenuhnya, melainkan mencari "jalan tengah yang menguntungkan semua pihak".


Keruntuhan Super League

Pelatih Barcelona, Hansi Flick, berbicara dengan Andreas Christensen saat pertandingan La Liga Spanyol melawan Rayo Vallecano di Stadion Vallecas, Madrid, Spanyol, Senin, 1 September 2025. (AP Photo/Manu Fernandez)

Super League sempat menciptakan kehebohan besar ketika diluncurkan empat tahun lalu. Namun, proyek tersebut cepat runtuh setelah enam klub Inggris memilih mundur, disusul Atletico Madrid, Inter Milan, AC Milan, dan Juventus.

Kini, hanya Real Madrid dan Barcelona yang masih tercatat sebagai bagian dari inisiatif tersebut, yang sejak 2024 berganti nama menjadi Unify League.

Meski sempat mencoba rebranding, dukungan terhadap proyek itu tetap minim, apalagi setelah format baru Liga Champions resmi diterapkan musim lalu.

UEFA di bawah kepemimpinan Aleksander Ceferin, yang beberapa kali bertemu Laporta dalam beberapa bulan terakhir, tetap menjadi otoritas tertinggi sepak bola Eropa, mengelola tiga turnamen besar: Liga Champions, Liga Europa, dan Conference League.

Sementara itu, EFC, yang secara resmi diakui oleh UEFA dan FIFA, berfungsi sebagai organisasi independen bagi klub-klub Eropa dan kini dipimpin oleh Presiden Paris Saint-Germain (PSG), Nasser Al-Khelaifi. Ia juga disebut telah bertemu dengan Laporta pekan ini.

Organisasi tersebut kini beranggotakan sekitar 800 klub dari berbagai negara Eropa, termasuk klub-klub papan atas.

Barcelona merupakan satu di antara dari 16 klub pendiri ECA ketika dibentuk pada 2008, sebelum akhirnya keluar pada 2021 menyusul kejatuhan proyek Super League.

 

Sumber: ESPN

Berita Terkait