Bola.com, Jakarta - Arsenal kembali menunjukkan kelasnya sebagai kandidat terkuat juara Premier League musim ini setelah menghajar Tottenham Hotspur dengan skor telak 4-1. Hasil tersebut membuat The Gunners memperlebar jarak di puncak klasemen menjadi enam poin, sekaligus menegaskan dominasi mereka di persaingan papan atas.
Skuad asuhan Mikel Arteta tampil luar biasa baik di lini serang maupun pertahanan, bahkan ketika tiga penyerang tengah mereka absen karena cedera. Fleksibilitas taktik dan kedalaman skuad kembali menjadi pembeda yang memperlihatkan mengapa Arsenal kini begitu difavoritkan.
Kemenangan besar atas rival sekota juga mempertegas keberhasilan proyek jangka panjang Arteta yang membangun tim dengan pola permainan jelas, struktur solid, serta karakter kompetitif. Performa seperti ini membuat banyak pihak menilai gelar liga kini berada di tangan Arsenal, tinggal bagaimana mereka menjaganya hingga akhir musim.
Telegraph Sport kemudian mengulas empat alasan utama mengapa trofi Premier League kini seolah tinggal menunggu waktu untuk mendarat di Emirates Stadium.
1. Skuad Terkuat dan Terdalam di Liga
Arsenal kini dianggap memiliki skuad paling lengkap di Premier League, lebih dalam dibanding Manchester City sekalipun. Hampir setiap posisi memiliki dua pemain berkualitas yang siap tampil tanpa mengurangi kekuatan tim.
Hal itu terlihat jelas saat menghadapi Spurs. Mereka kehilangan beberapa pemain kunci di posisi vital, tetapi tetap tampil dominan dan tajam. Piero Hincapié yang menjalani debut sebagai starter langsung tampil luar biasa menggantikan Gabriel Magalhaes. Mikel Merino bahkan menjadi striker darurat karena absennya Viktor Gyokeres, Kai Havertz, dan Gabriel Jesus.
Performa Eberechi Eze menjadi sorotan lain. Dia mencetak hattrick ketika mengisi peran yang biasanya ditempati Martin Odegaard. Arsenal kehilangan pemimpin bertahan, kreator utama, dan seluruh penyerang tengah mereka, tetapi masih menang telak 4-1 atas rival besar. Itu gambaran betapa dalamnya kualitas skuad The Gunners.
2. Keakraban Sistem yang Sudah Terbangun
Mikel Arteta telah menangani Arsenal sejak 2019 dan inti skuad ini sudah bersama selama beberapa tahun. Mereka bukan lagi tim yang sedang beradaptasi, melainkan tim yang sepenuhnya memahami gaya bermain pelatihnya.
Latihan intens, pola permainan yang konsisten, serta konsistensi komposisi skuad membuat para pemain seolah bergerak dengan otomatis. Declan Rice menggambarkannya pekan lalu ketika berbicara kepada Stan Sport, “Saya masuk ke lapangan dan yang saya pikirkan hanya bermain bola karena saya sudah tahu semua taktiknya. Seperti remote control di kepala saya. Arteta menanamkannya kepada kami.”
Pelatih Spurs, Thomas Frank, setelah kalah 1-4, juga mengakui Arsenal sudah berada enam tahun dalam proyek yang matang, sementara banyak tim rival baru memulai.
3. Pertahanan Tetap Kokoh Meski Tanpa Gabriel
Kekuatan Arsenal musim ini tidak hanya pada serangan, tetapi juga pada pertahanan kolektif yang dibangun dari pressing tinggi, kedisiplinan posisi, serta pemahaman taktik yang mendalam. Itu membuat tim mampu bertahan sebagai satu unit tanpa perlu selalu mengandalkan satu pemain.
Absennya Gabriel sempat menimbulkan kekhawatiran, tetapi Hincapié tampil agresif dan solid. Arteta menegaskan hal tersebut, “Kami kehilangan Gabi yang sangat penting, tetapi Piero tampil fantastis sejak awal.”
Arsenal hanya kebobolan 0,07 expected goals dari Spurs, dan sebelum laga ini mereka cuma kebobolan dua gol dalam sembilan pertandingan di semua kompetisi. Mereka tidak hanya punya skuad terdalam, tetapi juga pertahanan terkuat di Premier League.
4. Minimnya Ancaman dari Para Rival
Keuntungan lainnya bagi Arsenal adalah para pesaing utama justru tidak stabil. Manchester City memang menampilkan beberapa performa mengerikan, tetapi juga lebih rentan dibanding musim-musim sebelumnya. Mereka sudah kalah dari Tottenham, Brighton, Aston Villa, dan Newcastle.
Liverpool, sang juara bertahan, terpuruk di peringkat 11 dengan selisih 11 poin dari Arsenal. Sementara Chelsea yang berada di posisi kedua justru masih dianggap terlalu muda, tidak stabil, dan kerap menunjukkan inkonsistensi serta kedisiplinan yang buruk.
Laga akhir pekan depan antara Arsenal dan Chelsea di Stamford Bridge disebut bakal menjadi ujian sesungguhnya bagi tim Enzo Maresca. Pertandingan itu akan menjawab apakah Chelsea benar-benar pesaing atau hanya bayangan dari tim yang masih berkembang.