Bola.com, Jakarta Virgil van Dijk kembali menjadi sorotan setelah catatan pertahanannya musim ini menunjukkan angka yang jarang terjadi dalam karier sang bek.
Kapten Liverpool tersebut telah melanggar tiga penalti di semua kompetisi, menjadikannya pemain Premier League dengan jumlah pelanggaran penalti terbanyak pada musim ini.
Statistik tersebut cukup mengejutkan, mengingat Van Dijk selama bertahun-tahun dikenal sebagai salah satu bek paling disiplin, jarang melakukan tekel sembrono, dan memiliki timing yang hampir sempurna dalam setiap duel. Namun musim ini, pemain asal Belanda tersebut tampak mengalami sejumlah momen kurang beruntung di area terlarang.
Meski Liverpool tetap bersaing di papan atas, konsistensi lini belakang menjadi salah satu isu yang muncul musim ini. Van Dijk, yang sebelumnya hampir tak tersentuh kritik, kini berada di bawah pantauan publik dan analis setelah beberapa insiden yang berujung penalti.
Ketiga penalti yang ia sebabkan tersebut datang dari berbagai situasi: duel udara, usaha blok, hingga kontak minim yang dinilai wasit cukup untuk menunjuk titik putih. Situasi ini memunculkan diskusi mengenai apakah tekanan kompetisi atau perubahan gaya bermain Liverpool turut mempengaruhi performa sang bek.
Titik Nadir
Liverpool berada dalam titik nadir yang mengejutkan. Tiga kekalahan beruntun dengan selisih tiga gol dan sembilan kekalahan dari 12 laga memperlihatkan betapa rapuhnya pondasi tim yang seharusnya menjadi pesaing gelar. Kekalahan 1–4 dari PSV di Anfield hanyalah puncak dari krisis yang sudah lama mengendap.
Virgil van Dijk, sang kapten, justru menjadi simbol kemunduran. Aksi handball absurd yang membuat tim kebobolan cepat bukan hanya kesalahan teknis, tetapi cerminan hilangnya fokus dan disiplin. Ibrahima Konate tak jauh berbeda, blunder fatal dan performa yang terus merosot membuat lini belakang Liverpool tampak rapuh dan tak terorganisir.
Milos Kerkez pun menjadi sorotan tajam. Kritik Steven Gerrard yang menyebut positioning sang full-back sebagai “kriminal” menegaskan betapa buruknya koordinasi sisi kiri pertahanan Liverpool. Dari kesalahan individu hingga minimnya komunikasi, masalah di Anfield bukan lagi satu-dua pemain, ini kerusakan struktural.
Arne Slot kini berada di tengah badai terbesar dalam kariernya. Taktik belum berjalan, mental pemain turun, dan kepercayaan publik mulai terkikis. Dengan krisis yang menyentuh hampir semua lini, Liverpool harus segera menentukan arah: tetap memberikan waktu untuk Slot atau bersiap menuju perubahan besar yang sulit dihindari.
Tak Sesuai dengan Pengeluaran
Liverpool menghabiskan lebih dari 400 juta paun untuk mendatangkan pemain baru pada musim panas, performa tim justru merosot tajam. Tidak heran tekanan kepada Slot kian besar di tengah serangkaian hasil mengecewakan.
Slot masih terikat kontrak hingga 2027, tetapi klub kini berada dalam satu di antara periode terburuk dalam sejarah mereka. Spekulasi soal kemungkinan pemecatan dan nama-nama calon pengganti terus bermunculan.
Usai kekalahan dari Forest, pakar transfer, Fabrizio Romano, memberikan update mengenai posisi Slot. Ia mengungkapkan bahwa klub belum melakukan pembicaraan dengan manajer mana pun.
Namun, dengan rangkaian performa buruk ini, pihak klub secara wajar ingin melihat perubahan cepat serta hasil yang berbeda dan performa yang berbeda, karena mereka mengharapkan jauh lebih banyak dari Slot.
Liverpool kini menjalani periode terburuk sejak 1950. Akhir pekan nanti, mereka bertandang ke markas West Ham dengan posisi merosot ke peringkat ke-12 klasemen Liga Inggris.
Di Liga Champions, setelah memuncaki tabel pada edisi perdana musim lalu, Liverpool saat ini tercecer di posisi ke-13 setelah lima pertandingan.
Sumber: Squawka, Sportbibible