Sukses


6 Momen Pebulutangkis Indonesia Rebut Medali Emas Olimpiade

Bola.com, Jakarta - Saat ini prestasi pebulutangkis Indonesia di kancah Olimpiade terbilang memprihatinkan. Sejak tahun 2008, pebulutangkis Merah Putih tak pernah menyabet medali emas. 

Padahal, Indonesia punya tradisi meraih medali emas sejak Olimpiade 1992. Sayangnya, tradisi tersebut terhenti pasca-keberhasilan pasangan Markis Kido/Hendra Setiawan menjadi juara pada Olimpiade 2008. 

Pada Olimpiade 2016, harapan untuk meraih medali emas tetap terbuka. Ada beberapa nomor yang diharap bisa mengembalikan tradisi Merah Putih meraih medali emas pada ajang multievent empat tahunan tersebut.

Berikut ini 6 momen di mana pebulutangkis Indonesia berjaya pada ajang Olimpiade. Mulai dari Alan Budikusuma hingga terakhir pasangan Kido/Hendra:

Alan Budikusuma (Barcelona 1992)

Alan Budikusuma menghadapi Olimpiade Barcelona dengan membawa kritikan seusai kalah di final Piala Thomas 1992 di Kuala Lumpur, Malaysia, melawan Foo Kok Keong. Banyak yang meragukan Alan bisa sukses di multievent empat tahunan tersebut.

Kritikan itu justru menjadi pelecut semangat bagi atlet bernama lengkap Alexander Alan Budikusuma Wiratama tersebut. Satu demi satu lawan disingkirkan hingga tiket final dalam genggaman.

Pada partai puncak, Alan bertemu dengan kompatriotnya, Ardy Bernardus Wiranata. Pertandingan kedua tunggal putra andalan Indonesia itu berlangsung sengit. Tetapi Alan akhirnya membungkam kritikan dengan merebut medali emas setelah menang dua gim langsung, 15-12, 18-13.

Susy Susanti (Barcelona 1992)

Selain di nomor tunggal putra, Indonesia memang berharap bisa merebut medali emas dalam ajang Olimpiade Barcelona 1992 dari nomor tunggal putri. Pemain andalan jelas, Susy Susanti.

Langkah Susy terbilang sangat mulus hingga menuju final. Dia selalu bermain dua gim dalam setiap babak.

Baru pada partai final, atlet bernama lengkap Lucia Francisca Susy Susanti itu harus menghadapi perlawanan sengit dari lawannya. Bertemu Bang Soo-hyun dari Korea, Susi dipaksa bermain tiga gim sebelum akhirnya menang dengan skor 5-11, 11-5, 11-3.

2 dari 3 halaman

2

Rexy Mainaky/Ricky Subagdja (Atlanta 1996)

Pada Olimpiade 1996, Indonesia sebenarnya berharap bisa mendulang banyak medali emas dari cabang bulutangkis. Sayang, hanya satu yang sukses dibawa pulang.

Satu medali emas tersebut dipersembahkan pasangan Ricky Subagdja/Rexy Mainaky. Ganda putra andalan Merah Putih tersebut menang atas jagoan Malaysia, Cheah Soon Kit/Yap Kim Hock.

Ricky/Rexy tak meraih kemenangan dengan mudah. Bahkan, mereka sempat tertinggal lebih dulu pada gim pertama dengan skor 5-15. Beruntung, Ricky/Rexy bangkit pada dua gim berikutnya dan berbalik menang 15-13, 15-12.

Tony Gunawan/Candra Wijaya (Sydney 2000)

Tradisi medali emas Indonesia di Olimpiade berlanjut pada tahun 2000. Pada Olimpiade Sydney 2000, giliran pasangan Tony Gunawan/Candra Wijaya yang sukses meraih medali emas.

Medali emas direbut Tony/Chandra setelah mengalahkan pasangan Korea, Lee Dong-soo/Yo Yong-sung. Ganda putra Indonesia itu menang dengan skor 15-10, 9-15, 15-7.

Sebenarnya Ricky Subagdja/Rexy Mainaky juga turun pada ajang ini. Namun, langkah mereka terhenti pada babak perempat final.

Taufik Hidayat (Athena 2004)

Setelah vakum cukup lama, tunggal putra Indonesia akhirnya kembali menyumbangkan medali emas pada ajang Olimpiade. Taufik Hidayat yang jadi andalan menyelesaikan tugasnya dengan baik pada Olimpiade 2004 Athena.

Langkah Taufik ke final pun cukup mengesankan. Dia sukses menyingkirkan pebulutangkis unggulan seperti Peter Gade dan Boonsak Ponsana.

Pada partai final, Taufik yang saat itu berusia 23 tahun berhadapan dengan atlet Korsel, Shon Seung-mo. Pebulutangkis asal Korea itu lolos ke partai puncak setelah mengalahkan tunggal putra Indonesia lainnya, Sony Dwi Kuncoro. Taufik pun sukses membalas dendam rekannya tersebut dengan membungkam Shon dengan skor 15-8, 18-7.

3 dari 3 halaman

3

Markis Kido/Hendra Setiawan (Beijing 2008)

Pada Olimpiade 2008, Indonesia kembali mendapatkan satu medali emas yang disumbangkan Markis Kido/Hendra Setiawan.

Perjuangan Kido/Hendra merebut medali emas tak berjalan mudah. Mereka harus menghadapi ganda putra yang punya kualitas tinggi. Sebut saja Koo Kien Keat/Tan Boon Heong (Malaysia) dan Lars Paaske/Jonas Rasmussen (Denmark).

Namun, rintangan demi rintangan berhasil dilewati hingga menembus partai final. Pada partai puncak, Kido/Hendra harus bertarung melawan ganda terkuat Tiongkok, Cai Yun/Fu Haifeng. Setelah melalui pertarungan tiga gim, Kido/Hendra akhirnya keluar sebagai juara berkat kemenangan 12-21, 21-11, 21-16.

 

Video Populer

Foto Populer