Bola.com, Jakarta - Claudio Ranieri, pelatih AS Roma, menunjukkan kemarahan yang luar biasa setelah pertandingan leg pertama play-off Liga Europa melawan FC Porto yang berakhir imbang 1-1, Jumat dini hari WIB (14-12-2025).
Pertandingan ini berlangsung di Estádio do Dragao, Portugal, dan menjadi sorotan karena keputusan wasit yang dianggap kontroversial.
Baca Juga
Advertisement
Ranieri merasa keputusan tersebut sangat merugikan timnya dan mengungkapkan kekecewaannya secara terbuka.
Satu di antara momen yang paling menyita perhatian adalah kartu merah yang diberikan kepada Bryan Cristante. Ranieri menganggap keputusan tersebut tidak adil dan merugikan timnya.
"Kartu merah itu sangat tidak pantas dan memengaruhi jalannya pertandingan," ujar Ranieri.
Berita video Chelsea harus tersingkir dari FA Cup 2024/2025 setelah dicomeback Brighton dengan skor 1-2, Minggu (9/2/2025) dini hari WIB. Enzo Maresca merasa kekalahan ini memalukan.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Rekam Jejak Wasit
Selain itu, gol penyeimbang Porto yang terjadi saat AS Roma meminta pergantian pemain juga menjadi sorotan.
Ranieri berpendapat bahwa wasit seharusnya menghentikan permainan saat permintaan pergantian diajukan, tetapi hal itu diabaikan, yang memberikan kesempatan bagi Porto untuk mencetak gol.
Ranieri mempertanyakan kepemimpinan wasit Tobias Stieler dalam pertandingan ini. Ia mencatat bahwa Stieler memiliki rekam jejak yang buruk dalam memimpin pertandingan, khususnya buat tim tamu.
"Dalam 22 pertandingan yang dipimpin Stieler, tim tamu hanya meraih sembilan hasil imbang, sementara sisanya dimenangkan oleh tuan rumah," ungkap Ranieri.
Hal ini menambah ketidakpuasan Ranieri terhadap keputusan wasit yang dianggap bias.
Advertisement
Insiden Lain yang Memicu Kemarahan
Selain kartu merah Cristante dan gol penyeimbang, Ranieri menyoroti beberapa keputusan wasit lainnya yang dianggap merugikan i Lupi. Satu di antaranya adalah pemberian kartu kuning kepada Manu Kone atas tekel yang dianggapnya bersih.
Ranieri merasa bahwa keputusan-keputusan tersebut tidak konsisten dan merugikan timnya. Ia juga mengkritik pengabaian permintaan peninjauan VAR, yang seharusnya bisa membantu memberikan keputusan yang lebih adil dalam pertandingan.
Reaksi Ranieri setelah pertandingan sangat mencolok. Ia terlihat berlari masuk ke lapangan untuk mencegah pemainnya berkonfrontasi dengan wasit setelah peluit akhir dibunyikan.
"Kami meminta pergantian pemain, asisten wasit tahu ada pergantian, tetapi wasit mengabaikannya. Ini sangat mengecewakan," cetus pelatih kawakan Italia itu dalam wawancara pasca-pertandingan.
Ia menekankan, meski hasil imbang tersebut masih bisa dianggap positif, keputusan wasit telah memengaruhi jalannya pertandingan secara signifikan.
Kritik Terhadap Penunjukan Wasit
Ranieri tidak hanya mengungkapkan kemarahan terhadap wasit di lapangan, tetapi juga mengarahkan kritiknya kepada kepala wasit UEFA, Roberto Rosetti.
"Saya tidak mengerti mengapa Mr. Rosetti, yang dikenal sebagai orang yang jujur dan berintegritas, menunjuk wasit seperti Stieler untuk pertandingan ini," keluh pelatih berusia 73 tahun itu.
Ranieri menekankan bahwa atmosfer yang panas di pertandingan tersebut seharusnya menjadi pertimbangan dalam penunjukan wasit.
Selain itu, ia mengkritik cara Stieler memimpin pertandingan.
"Dia pergi berkeliling menjanjikan kartu kepada beberapa pemain dan memberikannya kepada yang lain. Dalam pandangan saya, dia menunggu sesuatu terjadi di area penalti agar bisa memberikan kemenangan kepada Porto," lanjut Ranieri.
Hal ini menunjukkan ketidakpuasan mendalam Ranieri terhadap keputusan wasit yang dianggapnya tidak adil.
Kendati AS Roma masih memiliki kesempatan untuk membalikkan keadaan pada leg kedua yang akan berlangsung di Stadio Olimpico, Jumat (21-2-2025), keputusan wasit dalam pertandingan ini telah menimbulkan banyak pertanyaan dan kekhawatiran bagi tim dan pendukung mereka.
Advertisement