Bola.com, Jakarta - Posisi Thomas Tuchel sebagai manajer Timnas Inggris yang kerap disebut sebagai "pekerjaan mustahil" kini menghadapi tantangan baru, menyusul jadwal internasional yang tumpang tindih dengan gelaran perdana Piala Dunia Antarklub 2025.
Timnas Inggris dijadwalkan melakoni dua laga uji coba melawan Andorra dan Senegal pada 7 dan 10 Juni 2025. Namun, hanya beberapa hari setelah itu, tepatnya 14 Juni, Piala Dunia Antarklub 2025 dengan 32 tim peserta akan digelar di Amerika Serikat.
Baca Juga
Advertisement
Bentrok jadwal ini menempatkan Tuchel dalam posisi sulit. Pemain-pemain dari klub besar seperti Manchester City, Chelsea, Bayern Munchen, Real Madrid, dan Atletico Madrid bisa saja terseret tarik-menarik antara kepentingan negara dan klub mereka.
Dengan hadiah uang dalam jumlah besar yang dipertaruhkan di turnamen klub tersebut, wajar klub-klub ingin menarik pulang para pemain andalan mereka. Namun, Tuchel tampaknya tidak akan begitu saja mengalah, apalagi mengingat persiapannya menuju Piala Dunia 2026 sudah makin sempit.
Aksi-aksi Megawati Hangestri pada penampilan pertamanya bersama Gresik Petrokimia Pupuk Indonesia menghadapi Jakarta Pertamina Enduro pada seri ketiga Final Four Proliga 2025 di GOR Sritex Arena, Solo, Jumat (2/5/2025).
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Tak Terlalu Tunduk pada Permintaan Klub
Chelsea termasuk yang paling mungkin terdampak. Nama-nama seperti Cole Palmer, Reece James, Levi Colwill, dan Noni Madueke bisa saja dipanggil Tuchel untuk memperkuat Three Lions.
Di sisi lain, dua pilar penting Timnas Inggris—Harry Kane (Bayern Munchen) dan Jude Bellingham (Real Madrid)—juga berpotensi terjebak dalam konflik kepentingan antara negara dan klub.
Tuchel sebenarnya sudah memberikan isyarat sejak Maret lalu bahwa ia tidak akan terlalu tunduk pada permintaan klub.
"Saya menjaga para pemain. Kami memperhatikan jadwal. Tapi, memberi sinyal kepada pemain seperti, 'Hei, kamu punya pertandingan klub yang berat, jadi saya istirahatkan kamu sekarang'—itu bukan pesan yang tepat. Kami akan melakukan apa yang terbaik untuk kami," tegas pelatih asal Jerman itu.
"Saya sering mengalaminya ketika melatih klub, para pemain dari Amerika Selatan bahkan tidak pernah berpikir untuk melewatkan satu menit pun karena mereka sangat ingin bermain untuk negaranya. Mereka bangga membela negara. Itu juga hal yang harus kita pahami dan terima, dan saya selalu menerimanya sebagai pelatih klub," lanjutnya.
Advertisement
Seni Diplomasi Tingkat Tinggi
Kondisi ini menciptakan badai sempurna bagi risiko kelelahan pemain. Bayangkan: dua laga internasional kompetitif, dilanjutkan perjalanan lintas benua ke Amerika, lalu langsung bermain dalam turnamen besar saat musim panas Amerika Serikat sedang mencapai puncaknya.
Dengan makin banyak suara dari pemain dan pelatih soal kelelahan fisik dan mental, kepadatan jadwal ini berpotensi memaksa para bintang sepak bola bermain hingga batas ketahanan mereka.
Bagi Tuchel, menavigasi situasi ini tak ubahnya seni diplomasi tingkat tinggi. Ia harus menyeimbangkan kebutuhan jangka pendek Inggris di lapangan dengan hubungan jangka panjang dengan klub-klub yang bisa menentukan kelancaran panggilan pemain di masa depan.
Sumber: Inside World Football