Kekayaan Konglomerat Bernard Arnault dan Keluarga, Pemilik Paris FC: Punya Louis Vuitton, Sephora, hingga Tiffany & Co

Paris FC baru saja mengunci posisi kedua Ligue 2 musim ini, sekaligus mengamankan tiket promosi otomatis ke Ligue 1 2025/2026 menemani Lorient.

Menariknya, Paris FC dan Paris Saint-Germain memiliki hubungan yang sangat dekat. Bahkan keduanya bisa juga dikatakan sebagai saudara.

Paris FC didirikan pada 1969. Mereka melakukan merger dan kemudian berdirilah klub bernama Paris Saint-Germain yang kita kenal sampai sekarang.

Namun, kebersamaan keduanya hanya berlangsung selama dua tahun. Paris FC memisahkan diri pada 1972 karena saat itu pemerintah kota Paris tidak menghendaki mereka menjadi bagian dari PSG.

Paris FC membuat keputusan menarik. Tim yang juga identik dengan warna biru gelap itu pindah dari kandang lama merea, Stade Sebastien Charlety menuju Stade Jean-Bouin.

Menariknya, Stade Jean-Bouin sangat dekat dengan kandang Paris Saint-Germain, Parc Des Princes. Bahkan, kedua stadion tersebut hanya dipisahkan jalan raya selebar 44 meter saja.

Tentu sangat menarik untuk menantikan laga derbi yang melibatkan kedua klub pada musim depan. Sang tetangga dekat tentu memiliki gengsi tinggi untuk tidak kalah. 

Selain itu, pihak keamanan kota Paris juga bakal kelabakan ketika PSG dan Paris FC memiliki jadwal laga kandang yang berbarengan. Suporter kedua tim plus tim lawan akan memadati stadion yang saling besebelahan tersebut.  

Kita semua sudah tahu bagaimana kekuatan finansial yang dimiliki Paris Saint-Germain. Qatar Sports Investment (QSE) selama ini menjadi pemegang saham mayoritas Les Parisiens. 

Mereka telah mendatangkan banyak bintang dunia dengan dana yang luar biasa. Misalnya Neymar yang digaet dari Barcelona dengan biaya transfer 222 juta euro pada 2017.

Paris FC pun memiliki potensi untuk bisa sekaya PSG. Kini saham mayoritas mereka dimiliki oleh Agache Sports (52,4 persen). Grup itu dimiliki oleh konglomerat asal Prancis, Bernard Arnault.

Bernard Arnault selalu masuk daftar salah satu orang terkaya di dunia versi Forbes dalam beberapa periode terakhir. Ia dikenal sebagai bos besar perusahaan Louis Vuitton.   

Kekayaan bersih Bernard Arnault diperkirakan mencapai sekitar 156 miliar dolar AS (Rp2,54 kuadriliun) per Mei 2025, menurut Bloomberg dan Forbes. Keluarganya, termasuk kelima anaknya, memegang saham yang signifikan di konglomerat barang mewah miliknya, LVMH.

Bisnis yang dikelola keluarga ini telah menghasilkan kekayaan yang sangat besar, dengan perkiraan kekayaan bersih puncak keluarga mencapai 240,7 miliar dolar AS (Rp3,92 kuadriliun) pada April 2023, menurut Forbes.

Berikut perincian tentang harta kekayaan dan bisnis milik Bernard Arnauld dan keluarganya:

• Bernard Arnault memiliki kerajaan LVMH yang terdiri dari 75 merek fesyen dan kosmetik, termasuk Louis Vuitton dan Sephora.
• LVMH mengakuisisi perusahaan perhiasan Amerika Tiffany & Co pada 2021 senilai 15,8 miliar dolar AS (Rp258,2 triliun), diyakini sebagai akuisisi merek mewah terbesar yang pernah ada.
• Perusahaan induk Arnault, Agache, mendukung firma modal ventura Aglaé Ventures, yang memiliki investasi dalam bisnis seperti Netflix dan perusahaan induk TikTok, ByteDance. Ayahnya memperoleh banyak uang dari konstruksi. Arnault memulai usahanya dengan mengeluarkan 15 juta dolar AS dari bisnis tersebut untuk membeli Christian Dior pada 1984.
• Kelima anak Arnault semuanya bekerja di LVMH; pada Juli 2022, ia mengusulkan reorganisasi perusahaan induknya Agache menjadi kemitraan terbatas
• LVMH adalah sponsor utama Olimpiade Paris 2024 dan, bersama dengan Arnault, menyumbangkan 200 juta euro untuk restorasi Katedral Notre Dame, yang dibuka kembali pada Desember 2024.

Pada November 2024, keluarga Arnault mengambil alih saham mayoritas di sebuah klub kecil bernama Paris FC. Putra sulungnya Antoine – seorang penggemar sepak bola dan mantan pemegang tiket musiman PSG – mengatakan mereka ingin mengubah Paris FC menjadi kekuatan yang harus diperhitungkan.

Keluarga tersebut telah bekerja sama dengan mantan manajer Liverpool, Jurgen Klopp dalam upaya membawa Paris FC dari divisi kedua Ligue 2 ke divisi teratas Prancis dan akhirnya, diharapkan, ke Liga Champions.

"Ini adalah proyek yang ambisius tetapi bukan proyek yang tidak realistis," tegas Arnault, dengan logo klub, yang menampilkan Menara Eiffel, di dinding di belakangnya.

Hanya ada satu masalah.

Rata-rata jumlah penonton di kandang klub Stade Charlety berkisar sekitar 3.000 hingga Paris FC mulai memberikan tiket gratis. Jumlah itu jauh dari 47.000 penonton yang memadati PSG.

"Charlety, arena atletik, "adalah stadion tempat Anda tidak dapat menciptakan atmosfer", kata Klopp, yang kini menjadi kepala sepak bola global Red Bull.

"Sudah lama sejak saya menonton pertandingan dari tempat sejauh itu," ungkapnya setelah menonton pertandingan pertamanya di sana.

Namun, keluarga Arnault punya rencana. Musim depan, klub akan pindah ke Stade Jean-Bouin, di seberang jalan dari kandang PSG, Parc des Princes, di distrik ke-16 yang mewah.

Sumber: Forbes, France24, Bloomberg