Jose Mourinho: Saya Cinta MU, tapi Melihat Sonny Menangis Angkat Trofi Itu Spesial

Jose Mourinho—yang pernah membesut kedua klub dan dikenal memiliki hubungan dekat dengan Amorim—menilai hasil laga ini akan membawa konsekuensi besar bagi kedua belah pihak.

Mourinho pernah menangani MU pada 2016 hingga 2018 dan Tottenham dari tahun 2019 sampai 2021. 

"Dampaknya jelas," ujar Mourinho kepada Sky Sports.

"Tottenham akan bermain di Liga Champions, dan tentu saja, bagi Mr. Levy, jutaan euro yang datang dari Liga Champions adalah kabar terbaik. Bagi para penggemar, para pemain, dan Ange, ini adalah sebuah gelar. Memang pertandingannya tidak luar biasa, tapi mereka mencatat sejarah. Tottenham sudah sangat lama tidak memenangkan trofi," imbuhnya.

Mourinho juga menyinggung dampak kekalahan terhadap MU, yang tidak akan tampil di kompetisi Eropa musim depan.

"Dari apa yang saya baca—hanya dari yang saya baca—dampaknya bagi United tentu besar karena sudah berapa lama United tidak terlibat dalam kompetisi Eropa?" katanya.

"Tapi, di saat yang sama, tampaknya mereka tetap mendukung Ruben. Mereka memberinya waktu dan kondisi untuk melangkah maju," imbuh Mourinho, yang kini melatih Fenerbahce di Liga Super Turki.

Ia juga melihat adanya kesamaan antara pengalaman Amorim dan masa awal karier manajerialnya sendiri.

"Saya baca kutipan dari Ruben yang mengatakan dia senang datang dan sudah menjalani enam bulan ini. Ketika saya datang ke Porto, hal serupa terjadi. Saya datang di bulan Januari dan enam bulan pertama sangat sulit, kami bahkan kesulitan lolos ke Piala UEFA. Tapi, kemudian semua tahu apa yang terjadi setelah itu," tutur pelatih berusia 62 tahun ini.

Mourinho mengaku dirinya berada dalam posisi yang terbelah saat menyaksikan final tersebut.

"Di satu sisi, saya mencintai United dan punya hubungan luar biasa dengan Ruben. Tapi, di sisi lain, saya melihat Sonny (kapten Tottenham Son Heung-min) menangis sambil mengangkat trofi... untuk para fan Tottenham, ini jelas momen yang sangat spesial," akunya.

Sumber: Metro