Final Liga Champions, Minggu 1 Juni 2025: Duel Realisasi dari Filosofi Kreativitas PSG Vs Organisasi Inter Milan

Bola.com, Jakarta - Siapa bilang laga PSG Vs Inter Milan tak layak ditonton atau dikira tak akan lebih ramai dari Arsenal Vs Barcelona?. Sebaliknya, France Football menegaskan, perjumpaan dua tim raksasa yang mewakili Prancis dan Italia ini, akan menjadi pertunjukan kelas tinggi.

Final Liga Champions kali ini mempertemukan dua filosofi sepak bola yang kontras. PSG mengandalkan kekuatan individu dan kreativitas. Sementara itu, Inter Milan mengedepankan organisasi tim dan pertahanan yang solid.

PSG memiliki lini tengah dan trio penyerang yang dianggap terbaik di Eropa musim ini. Ousmane Dembele dan Bradley Barcola menjadi motor serangan dengan kontribusi gol yang signifikan. Kreativitas di lini tengah juga menjadi kunci permainan Les Parisiens.

Sebaliknya, Inter Milan mengandalkan kekompakan dan disiplin taktik. Simone Inzaghi, pelatih Inter Milan, sukses membangun tim yang sulit ditembus dan efisien dalam memanfaatkan peluang. “Inter tidak hanya bergantung pada Lautaro dan Thuram. Seluruh tim mendukung mereka. Punya opsi seperti Taremi atau Arnautovic bisa menjadi pembeda,” kata Ronaldo Nazario, mantan bomber La Beneamata, julukan Inter Milan.

Luis Enrique menyadari tantangan menghadapi Inter. “Kami tahu Inter juga menekan dengan baik, jadi kami menyiapkan setiap alternatif untuk mencoba dan menghentikan permainan mereka juga. Kami punya gaya kami, mereka punya gayanya, dan saya pikir beradaptasi dengan apa yang disediakan permainan dan memiliki rencana darurat akan menjadi kuncinya,” ungkapnya.

Statistik menunjukkan PSG merupakan tim dengan rata-rata penguasaan bola tertinggi ketiga di Liga Champions musim ini (59,4 persen). Mereka juga rerata tembakan terbanyak kedua (18,6) setelah Bayern Munchen. Inter Milan sangat efisien dalam bertahan dan menyerang balik.

Pundit sepak bola, Julien Laurens, menilai final ini akan menjadi ujian mental kedua tim. “PSG harus sabar dan tidak frustrasi jika Inter bertahan dalam. Sedangkan Inter harus siap menghadapi tekanan tinggi PSG sepanjang laga," katanya.

Kiper PSG, Gianluigi Donnarumma, juga mendapat sorotan. Penampilannya yang gemilang di semifinal melawan Arsenal diprediksi akan jadi faktor penting di final. Inter Milan punya rekor hanya satu kali kalah di Liga Champions musim ini, menunjukkan konsistensi mereka di level tertinggi4.

Berlatar dua gaya berbeda, final ini diprediksi akan berjalan ketat dan penuh taktik. Siapa yang mampu mengeksekusi filosofi mereka dengan lebih baik, berpeluang besar menjadi juara.

Satu di antara kunci utama di final ini terletak pada pertarungan lini tengah dan duel antar penyerang. PSG unggul dalam kreativitas dan kecepatan, Inter mengandalkan kekuatan fisik dan organisasi.

PSG memiliki lini tengah bertalenta dengan pemain seperti Vitinha dan Manuel Ugarte yang mampu mengontrol tempo permainan. Di depan, Dembele dan Barcola menjadi ancaman nyata dengan kecepatan dan penyelesaian akhir mereka.

Inter Milan punya duet maut Lautaro Martinez dan Marcus Thuram. Keduanya telah membuktikan diri sebagai penyerang yang efektif sepanjang musim. “Inter berbeda. Mereka memiliki dua penyerang murni di lini depan seperti Marcus Thuram dan Lautaro Martinez,” ujar Luis Enrique, Pelatih PSG.

Bek PSG, Marquinhos, menegaskan timnya akan tetap bermain menyerang namun dengan sedikit penyesuaian di pertahanan. “Kami bekerja sangat keras untuk memoles pertahanan, tapi kami tidak akan mengubah sistem permainan,” katanya5.

Ronaldo Nazario menyoroti pentingnya mentalitas di laga final. “Selalu ada nama yang tampil dalam kondisi mental terbaik, dan saya rasa seseorang seperti Dembele, yang telah mencetak lebih dari 30 gol, akan menatap final sebagai laga penentu,” ujarnya.

Pakar sepak bola, Fabio Capello, menilai duel lini tengah akan sangat menentukan. Baginya, dapur serangan adalah kunci. Saat ini, PSG dan Inter Milan memiliki gaya berbeda dalam mengombinasikan alur serangan dari lini tengah. PSG bermodal agresif, sedangkan Inter Milan cenderung memanfaatkan pengalaman yang mereka miliki.

Pelatih PSG, Luis Enrique, menyoroti perbedaan gaya bermain Inter Milan. Ia mengakui bahwa Inter memiliki dua penyerang murni yang berbahaya dan menekankan pentingnya penguasaan bola bagi PSG4.

“Tujuan kami, seperti biasa, adalah mempersiapkan pertandingan dengan cara terbaik sehingga kami bisa menjadi tim yang lebih baik. Untuk melakukan itu, kami harus menguasai bola, tidak ada cara lain untuk mencapainya,” tegas Enrique. Ia mengungkapkan, PSG telah menyiapkan berbagai alternatif menghadapi tekanan Inter.

Dari kubu Inter Milan, Simone Inzaghi menekankan pentingnya disiplin dan kolektivitas tim. Ia ingin anak asuhnya fokus sepanjang pertandingan dan memanfaatkan setiap peluang yang ada. Saudara Filippo Inzaghi ini sadar, PSG punya banyak pemain kreatif. "Tapi kami punya organisasi yang kuat," sebutnya.

Sumber : Gazzetta, France Football