Sukses


Dari Padang Pasir ke Lapangan Hijau: Revolusi Sepak Bola oleh Pengusaha Tajir Jazirah Arab

Di balik gemerlap lapangan hijau dan sorak sorai penonton yang memenuhi stadion-stadion megah Eropa, terdapat kisah transformasi besar yang ditorehkan oleh investasi pengusaha dari Jazirah Arab.

Bola.com, Jakarta - Di balik gemerlap lapangan hijau dan sorak sorai penonton yang memenuhi stadion-stadion megah Eropa, terdapat kisah transformasi besar yang ditorehkan oleh investasi pengusaha dari Jazirah Arab. Paris Saint-Germain (PSG), Manchester City, dan Newcastle United adalah tiga contoh nyata bagaimana dana dari Timur Tengah mengubah wajah sepak bola modern, bukan hanya sebagai olahraga, tapi juga sebagai industri global yang sarat dengan strategi bisnis dan politik.

Ketika Qatar Sports Investments (QSI) mengambil alih PSG pada 2011, dunia sepak bola menyaksikan sebuah revolusi. Klub yang sebelumnya hanya dikenal sebagai tim papan atas Prancis, tiba-tiba menjadi magnet bagi pemain-pemain bintang dunia seperti Lionel Messi, Neymar Jr, dan Kylian Mbappe.

Investasi besar-besaran ini tidak hanya soal mendatangkan talenta, tetapi juga membangun infrastruktur kelas dunia dan memperkuat brand melalui kepemilikan media beIN Sports. PSG berubah menjadi klub terkaya di dunia, dengan kekuatan finansial yang memungkinkan mereka bersaing di panggung global.

QSI mengubah PSG menjadi klub terkaya di dunia dengan merekrut pemain bintang seperti Lionel Messi, Neymar Jr, dan Kylian Mbappe dengan harga fantastis. Klub ini juga mendapat keuntungan dari kepemilikan yang terintegrasi dengan media, karena Nasser juga memimpin beIN Media Group, yang memperkuat pemasaran dan eksposur global klub.

Investasi ini membawa transformasi besar dalam manajemen, strategi, dan infrastruktur klub, termasuk stadion dan fasilitas pelatihan, serta meningkatkan daya saing di kancah domestik dan internasional.

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 5 halaman

Bukan Cuma Membangun Klub Sepak Bola

Di sisi lain, Manchester City yang diakuisisi Abu Dhabi United Group pada 2008 oleh Sheikh Mansour, mengalami transformasi serupa namun dengan pendekatan yang lebih terstruktur dan berkelanjutan.

Melalui City Football Group, Sheikh Mansour membangun jaringan klub global yang saling terhubung, memperkuat ekosistem sepak bola yang tidak hanya berfokus pada satu klub saja. Kebijakan transfer yang ambisius dan pelatih kelas dunia seperti Pep Guardiola membawa Manchester City menjadi raja Liga Inggris dan pesaing berat di kompetisi Eropa.

Investasi Sheikh Mansour mengubah Manchester City menjadi kekuatan dominan Liga Inggris dengan strategi transfer ambisius dan pelatih kelas dunia seperti Pep Guardiola. Bahkan sebelum Pep, keseriusan CFG ditunjukkan dengan penunjukkan Manuel Pellegrini hingga Roberto Mancini sebagai manajer. Corong Liga Inggris pun berubah, rivalitas tak cuma dimiliki oleh Manchester United, Liverpool, Arsenal, dan Chelsea semata.

CFG juga mengelola beberapa klub lain di berbagai negara, menciptakan jaringan global yang saling terhubung. Sedikitnya, ada 13 klub yang terafiliasi dengan CFG, tersebar di hampir seluruh penjuru dunia, dari India hingga Australia, bahkan China dan Amerika.

Pada 2019, investasi tambahan dari Silver Lake senilai US$ 500 juta membuat valuasi CFG mencapai US$ 4,8 miliar atau setara Rp72 triliun, menunjukkan nilai bisnis yang sangat besar dari investasi ini. Investasi ini juga berdampak positif pada ekonomi lokal dan penciptaan lapangan kerja baru, meskipun menimbulkan beberapa kontroversi terkait etika dan aturan keuangan.

3 dari 5 halaman

Hasilnya Manjur

Investasi pengusaha Jazirah Arab di klub-klub besar Eropa seperti Manchester City dan Paris Saint-Germain (PSG) telah membawa dampak signifikan terhadap kesuksesan kedua klub tersebut, baik dari segi prestasi maupun transformasi manajemen dan finansial.

Sejak 2008, Man City telah memenangkan tujuh gelar Liga Inggris, beberapa gelar Piala FA dan Piala Liga Inggris. Bahkan, Man City juga memenangi Liga Champions pada musim 2022/2023, yang merupakan gelar pertama mereka di kompetisi ini.

Sedangkan PSG, selain gelar Liga Champions pertama mereka sepanjang sejarah, juga sangat dominan di kompetisi domestik. Mereka memenangi sembilan gelar Ligue 1, sejumlah trofi juara Piala Prancis dan Piala Liga Prancis.

4 dari 5 halaman

Tuai Kontroversi

Meski sukses, investasi dari pengusaha Jazirah Arab ini tidak lepas dari kontroversi. Kritik utama muncul terkait etika dan kepatuhan terhadap aturan keuangan, terutama Financial Fair Play (FFP) UEFA.

PSG dan Manchester City beberapa kali diselidiki atas dugaan pelanggaran aturan pengeluaran yang melebihi pendapatan klub. Selain itu, investasi ini juga memicu perdebatan soal "sportswashing", penggunaan olahraga sebagai alat untuk memperbaiki citra politik dan ekonomi negara pemilik dana.

Sebagaimana dikemukakan dalam sebuah studi, "Investasi ini mengubah paradigma manajemen dan strategi klub, mendorong pertumbuhan finansial, dan menciptakan identitas baru di tingkat global... Namun, investasi ini juga menimbulkan tantangan dan kontroversi, memicu pertanyaan etika dan kritik terhadap aturan keuangan."

PSG juga menjadi kendaraan diplomasi lunak Qatar, yang menimbulkan pertanyaan soal hubungan antara kekuatan politik dan olahraga profesional. Sementara Manchester City menghadapi kritik atas transparansi kepemilikan dan sumber dana.

 

5 dari 5 halaman

Newcastle Mirip, Tetapi Beda Nasib

Sementara itu, Newcastle United yang kini berada di bawah kendali Public Investment Fund (PIF) Arab Saudi sejak 2021, menunjukkan dinamika yang sedikit berbeda. PIF, dengan aset yang mencapai sekitar £478 miliar, tidak hanya mengelola Newcastle, tetapi juga memiliki saham mayoritas di beberapa klub besar Liga Arab Saudi seperti Al Nassr dan Al Hilal.

Investasi ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang untuk mengangkat profil sepak bola Arab Saudi di kancah internasional. Newcastle, yang semula terpuruk, kini mulai menunjukkan kemajuan signifikan, bahkan berhasil meraih juara Carabao Cup. Namun, berbeda dengan model integrasi yang diterapkan di Manchester City, PIF memilih mengelola klub-klubnya secara terpisah, menyesuaikan dengan karakter dan kebutuhan masing-masing.

Namun yang jelas, investasi ini mencerminkan bagaimana kekuatan ekonomi Jazirah Arab mengubah paradigma sepak bola modern. Dari PSG yang memadukan kekuatan finansial dan media, Manchester City yang membangun jaringan global berkelanjutan, hingga Newcastle yang menjadi simbol ekspansi sepak bola Arab Saudi di Eropa. Namun, di balik keberhasilan tersebut, muncul pula pertanyaan etika dan kontroversi terkait aturan keuangan dan dampak sosial ekonomi yang perlu menjadi perhatian.

Sebagaimana dikatakan dalam sebuah penelitian tentang dampak investasi Arab di Manchester City, "Investasi ini mengubah paradigma manajemen dan strategi klub, mendorong pertumbuhan finansial, dan menciptakan identitas baru di tingkat global. Infrastruktur klub ditingkatkan, kebijakan transfer yang ambisius membawa pemain bintang dan meningkatkan daya saing di panggung domestik dan internasional."

Sumber: Forbes, New York Times, Sky Sports

Video Populer

Foto Populer