Mengapa Girona dan Man City Bisa Tampil di Liga Champions, tapi Crystal Palace Dicoret dari Liga Europa?

Girona memang berada di bawah kendali CFG, sebuah entitas yang juga menaungi sederet klub lainnya seperti New York City FC, Melbourne City, Mumbai City, hingga Man City.

Kejutan terjadi ketika Girona sukses finis di peringkat ketiga La Liga 2023/2024, mengamankan tiket Liga Champions untuk pertama kalinya dalam sejarah mereka.

Untuk menghindari pelanggaran aturan UEFA soal kepemilikan ganda, CFG mengambil langkah preventif.

Mereka tidak menjual saham Girona kepada pihak eksternal, melainkan menempatkan seluruh kepemilikan saham mereka ke dalam blind trust, sebuah skema pengelolaan independen yang diatur dan diawasi oleh panel yang disetujui UEFA.

Langkah ini efektif berlaku mulai 1 Juli 2024 hingga 30 Juni 2025, yang memungkinkan Girona dan Man City tampil bersamaan di Liga Champions.

UEFA menyatakan bahwa tindakan ini cukup untuk memenuhi regulasi kepemilikan ganda. Namun, andai kedua klub kembali lolos ke kompetisi Eropa musim berikutnya, CFG perlu kembali menyesuaikan struktur kepemilikannya agar tetap mematuhi aturan.

Berbeda dengan CFG, John Textor tidak mengambil langkah serupa untuk mengatasi potensi konflik kepemilikan antara Crystal Palace dan Lyon. Padahal, UEFA telah menetapkan batas waktu hingga 1 Maret 2025 untuk menyesuaikan struktur kepemilikan jika ada potensi pelanggaran.

Masalahnya, Palace baru memastikan lolos ke Liga Europa pada 17 Mei, usai menumbangkan Man City di final Piala FA.

Textor mengaku sudah mencium potensi masalah ini sejak saat itu, tetaoi waktu yang tersedia sudah terlalu sempit untuk melakukan manuver yang dibutuhkan.

Kini, Crystal Palace disebut akan mengajukan banding ke Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS), tetaoi untuk musim 2025/2026, peluang mereka tampil di pentas Eropa sudah tertutup.

Sumber: Give Me Sport