Sukses


Mengapa Lepas Jersey saat Selebrasi Berbuah Kartu Kuning? Ini Aturan Resminya

Mengapa pemain mendapat kartu kuning karena melepas jersey?

Bola.com, Jakarta - Kartu kuning dalam sepak bola sejatinya menjadi alat pengendali agar pemain tetap berada dalam koridor aturan permainan.

Pelanggaran berbahaya, tindakan tidak sportif, atau perilaku indisipliner bisa membuat wasit mengeluarkan kartu peringatan. Dua kali mendapat kartu kuning, otomatis pemain harus meninggalkan lapangan.

Namun, ada satu hal yang kerap menimbulkan perdebatan: mengapa selebrasi gol dengan melepas jersey juga berujung kartu kuning?

Bagi banyak pemain, luapan emosi usai mencetak gol adalah hal alami. Meski begitu, aturan resmi menyebut tindakan itu wajib dihukum.

Berdasarkan Laws of the Game yang ditetapkan IFAB, wasit diwajibkan memberi kartu kuning kepada pemain yang melepas seragam saat merayakan gol.

Regulasi ini mulai berlaku sejak 2004 dengan sejumlah alasan, di antaranya untuk meminimalisasi buang waktu serta mencegah tindakan yang dianggap tidak sportif.

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 5 halaman

Selebrasi Oke, tapi Tidak Berlebihan

FIFA secara tegas menyebut bahwa selebrasi memang diperbolehkan, tetapi tidak boleh berlebihan.

Koreografi perayaan tidak dianjurkan, terlebih bila mengganggu kelancaran pertandingan. Keluar lapangan untuk merayakan gol bukan termasuk pelanggaran, tetapi pemain diminta segera kembali ke area permainan.

Lebih jauh, aturan juga mewajibkan wasit memberi kartu kuning untuk beberapa tindakan, termasuk:

  • memanjat pagar pembatas dan mendekati penonton dengan cara yang berisiko,
  • melakukan selebrasi provokatif, mengejek, atau memancing emosi,
  • menutup kepala atau wajah dengan masker atau benda sejenis,
  • melepas jersey atau menutup kepala dengan seragam.
3 dari 5 halaman

Sejumlah Kasus Terkenal

Aturan ini sudah menjebak banyak pemain di momen penting. Pada perempat final Piala FA, 17 Maret 2024, Amad Diallo menjadi pahlawan Manchester United saat menjebol gawang Liverpool di menit akhir.

Ia melepas seragamnya untuk merayakan gol penentu kemenangan, tetapi langsung menerima kartu kuning kedua dan diusir. MU tetap menang, meski harus mengakhiri laga dengan 10 pemain.

Di Piala Dunia 2022, penyerang Kamerun, Vincent Aboubakar, juga mengalami hal serupa. Setelah mencetak gol kemenangan atas Brasil, ia melepas seragamnya dan menerima kartu kuning kedua.

Kamerun memang berhasil menutup laga dengan kemenangan 1-0, tetapi harus menjalani menit-menit terakhir dengan jumlah pemain berkurang.

4 dari 5 halaman

Mario Balotelli dan Momen Ikoniknya

Mario Balotelli juga beberapa kali terkena hukuman karena selebrasi semacam ini. Dari aksinya memperlihatkan tulisan "Why Always Me?" saat melawan Manchester United, hingga momen ikonik di Euro 2012 ketika ia melepas jersey dan berpose memperlihatkan otot usai mencetak gol ke gawang Jerman.

Kasus terbaru terjadi di putaran ketiga Carabao Cup musim 2025/26. Hugo Ekitike menjadi pahlawan Liverpool saat menaklukkan Southampton 2-1.

Namun, selebrasi dengan meniru gaya Lionel Messi pada El Clasico 2017, mengangkat seragam ke arah suporter, justru berbuah kartu kuning kedua. Ia pun diusir, meski Liverpool tetap memastikan kemenangan.

Imbasnya, Ekitike harus absen di laga Liga Inggris berikutnya melawan Crystal Palace.

5 dari 5 halaman

Berlaku Juga di Sepak Bola Wanita

Aturan yang sama juga berlaku di sepak bola putri. Satu di antara contoh paling ikonik datang dari final Piala Dunia Wanita 1999.

Brandi Chastain melepas jersey setelah mencetak gol penentu kemenangan untuk Amerika Serikat, menghasilkan satu di antara foto paling terkenal dalam sejarah olahraga.

Dua dekade kemudian, momen serupa kembali terjadi di Euro Wanita 2022. Chloe Kelly melepas seragamnya usai memastikan kemenangan Inggris atas Jerman di final.

Meski diganjar kartu kuning, Kelly jelas tak peduli. Inggris sudah memastikan gelar juara, dan selebrasinya menjadi bagian dari sejarah.

 

Sumber: Sporting News

Lihat Selengkapnya

Video Populer

Foto Populer