Sukses


Feature: Di Balik Kisah Pengadil Lapangan Piala Kemerdekaan

Bola.com, Jakarta - Sore hari yang cerah, Kamis (9/7/2015), sekumpulan pria yang berjumlah ratusan orang memadati Lapangan Buperta Cibubur, Jakarta Timur. Terlihat dari kejauhan para lelaki yang mengenakan pakaian olah raga lengkap dengan sepatu larinya tersebut sedang melakukan pemanasan yang serius.

Saat tim Bola.com menghampiri mereka, ternyata mereka yang berjumlah 153 orang itu adalah para wasit yang ingin melakukan tes fisik untuk Piala Kemerdekaan. Sesekali terdengar helaan nafas rasa lelah dari mereka yang memakai nomer dada tersebut. Saat itu mereka melakukan tes fisik lari jarak dekat 40 meter dan jarak jauh 150 meter.

153 Wasit untuk Piala Kemerdekaan menjalani sesi penyegaran di kawasan Cibubur, Jakarta Timur. (Bola.com/Arief Bagus)

Hal tersebut  tak membuat mereka untuk putus asa menjalani tes fisik. Justru, mereka mengobarkan semangat yang tak terhingga sambil memancarkan senyuman dan melemparkan candaan sesama rekan seprofesi sebagai pengadil lapangan.

Nama-nama mereka tak sepopuler eks wasit kelas satu Indonesia seperti Jimmy Napitupulu dan Purwanto. Namun yang menarik, mereka datang dari asal usul yang berbeda dalam segi umur, daerah asal, latar belakang, motivasi dan kisah yang berbeda dalam kesehariannya.

Beberapa dari mereka ingin berbagi cerita. Wasit yang pertama berasal dari Makassar bernama Rusdy Sam. Lelaki dengan penampilan bak olah ragawan tersebut datang jauh-jauh dari Makassar untuk menjadi wasit di Piala Kemerdekaan demi mencukupi kebutuhan keluarganya. Wasit hanyalah pekerjaan sampingan, tetapi semua dilakukannya demi kehidupan sang buah hati dan sang istri.

"Pekerjaan sehari-hari saya adalah satpam salah satu bank swasta di Makassar. Dapat panggilan untuk seleksi wasit Piala Kemerdekaan dari asosiasi wasit tingkat daerah," kata pria yang sudah menjadi wasit selama lima tahun tersebut kepada Bola.com.

Salah satu wasit asal Makassar, Rusdy Sam mengikuti seleksi wasit untuk Piala Kemerdekaan. (Bola.com/Arief Bagus)

Selain itu, pria berumur 40 tahun itu datang mengikuti seleksi wasit untuk turnamen Piala Kemerdekaan dengan biaya sendiri. Walaupun, nantinya seluruh biaya perjalanan akan diganti.

"Saya sudah tiga hari dua malam di Jakarta untuk mengikuti seleksi wasit Piala Kemerdekaan. Saya sudah menjalani tes tertulis dan psikotes, kali ini menjalani tes fisik," ungkap pria yang mengaku sudah memimpin laga Indonesia Premier League (IPL) dan Indonesia Super League (ISL) tersebut.

Dalam tes fisik tersebut, Rusdy tak seperti berumur kepala empat. Justru pria kelahiran Makassar tersebut menunjukkan fisik primanya seperti anak muda yang melakukan kejuaraan lari tingkat mahasiswa.

"Saya bangga menjadi wasit, karena pekerjaan ini tak semudah yang dibayangkan," pungkasnya.

Hal yang sama juga ungkapkan pria bernama Candra. Guru olah raga di salah satu SMK dan SMP asal Bandung tersebut rela menjadi wasit untuk membiayai kehidupan.

"Pengadil lapangan adalah profesi sampingan saya. Lebih dari satu tahun saya jalani profesi ini," ungkap Candra yang tak mau menyebutkan nama panjangnya. 

Salah satu wasit asal Bandung, Candra mengikuti seleksi wasit untuk Piala Kemerdekaan. (Bola.com/Arief Bagus)

Pria berumur 26 tahun tersebut datang untuk menjalani seleksi wasit Piala Kemerdekaan dengan penuh semangat. Wasit yang mempunyai pengalaman memimpin Liga Nusantara tersebut masih memiliki stamina yang sangat baik saat menjalani tes fisik lari.

"Saya bangga menjadi wasit dan siap memimpin pertandingan. Kapanpun, dimanapun, dan siapapun yang bertanding, saya siap berlaku jujur, adil, dan amanah," tegas pria yang berpenampilan bintang K-Pop tersebut.

Namun, ada hal yang berbeda ketika melihat sosok wasit berkumis dan berkepala plontos ini. Wasit asal Jakarta ini bernama Mintar. Pengadil lapangan merupakan profesi utamanya usai di-PHK beberapa tahun lalu dari salah satu perusahaan swasta.

Salah satu wasit asal Jakarta, Mintar mengikuti seleksi wasit untuk Piala Kemerdekaan. (Bola.com/Arief Bagus)

"Saya menjadi wasit sejak hampir empat tahun, sejak saya menganggur," ujar wasit yang memiliki pengalaman memimpin Liga Nusantara tersebut.

Dalam tes fisik, pria berumur 45 tahun tersebut tidak kalah dengan wasit berumur muda. Justru, pada sesi latihan fisik dirinya kerap berlari paling belakang, tetapi ia menjadi orang pertama yang mencapai garis finis.

Mintar mengungkapkan rahasia kebugarannya didapat dengan latihan disiplin dan jogging setiap hari. Ia juga sering menjaga pola makanan yang dikonsumsi setiap hari.

"Dengan kebugaran ini, saya siap dan bangga menjadi wasit," ucap Mintar

Matahari mulai terbenam, tes fisik usai dilakukan. Rusdy, Chandra, dan Mintar memancarkan raut wajah gembira. Pasalnya, mereka dinyatakan telah lolos seleksi dan siap menjadi pengadil lapangan di Piala Kemerdekaan.

Ketiga pria tersebut beserta 150 wasit lainnya akan memimpin pertandingan Piala Kemerdekaan. Seluruhnya akan dibagi menjadi wasit dan asisten wasit di dalam laga Piala Kemerdekaan. Nantinya, uang sebesar Rp 2,5-3,5 juta per pertandingan akan mereka kantongi sebagai upah kerja.

Terlepas kisruh yang melanda persepak bolaan Tanah Air dan turnamen yang digelar oleh pihak manapun, ketiganya sangat siap menjadi pengadil di lapangan hijau demi sepak bola Indonesia. Selain itu ketiga wasit berlisensi kasta tertinggi di sepak bola nasional (C1) tetap bangga akan profesinya sebagai wasit. Walaupun mereka memiliki latar belakang dan motivasi yang berbeda-beda.

Baca Juga :

Tak Mau Salah Langkah, PSS Cermati Tawaran Ikut Piala Kemerdekaan

Ikut Piala Kemerdekaan, Persepam Tidak Takut Disanksi PSSI

Ini Komentar Menpora Perihal Turnamen Piala Indonesia Satu

Video Populer

Foto Populer