Sukses


Makna Filosofis Sape Kerap buat Madura United

Bola.com, Jakarta - Madura United barangkali terhitung klub baru dalam kasta tertinggi Indonesia. Klub ini baru terbentuk pada 10 Januari 2016. Namun, nama klub itu yang diambil dari nama suku sekaligus pulau mencerminkan budaya masyarakat Madura.

Meski baru berumur empat tahun, Madura United memiliki filosofi permainan yang harus diterapkan dalam pertandingan. Mereka menamainya Laskar Sape Kerap, sesuai dengan julukan yang melekat pada klub tersebut.

“Kami ingin Madura kembali pada filosofi Laskar Sape Kerap yang asli. Yang menjadi catatan anak-anak itu ada tiga. Laskar Sape Kerap itu punya tipe bermain; kalau jatuh, bangun; hilang bola, merebut; ketinggalan, dikejar,” kata Direktur Madura United, Haruna Soemitro, kepada Bola.com.

“Saya ingatkan kepada anak-anak, di Madura tidak boleh lupa itu. Saya tidak meminta harus main cantik, dalam kondisi apapun kalah atau menang harus melakukan itu. Kalau melakukan itu, orang puas,” imbuh pria berusia 55 tahun itu.

Filosofi itu dipraktikkan benar oleh anak-anak Madura United. Sejak awal didirikan, tim yang akrab dengan perpaduan warna merah dan putih itu menjelma dari klub yang tak diperhitungkan, menjadi kekuatan baru Liga Indonesia.

Dalam beberapa musim belakangan, Madura United bahkan sanggup menembus dominasi tim-tim tradisional dan langganan papan atas Liga 1. Manajemen klub yang tepat, ditambah komposisi staf kepelatihan yang mumpuni seakan menjadi asupan energi buat Sape Kerap.

 

Video

2 dari 3 halaman

Karapan Sapi

Istilah Sape Kerap merujuk kepada budaya Karapan Sapi yang saat ini masih terus dilestarikan oleh masyarakat Madura. Bahkan, masyakarat Madura yang berdiospora, termasuk kawasan Tapal Kuda atau Jawa Timur bagian timur, juga masih mengadakannya.

Karapan Sapi merupakan perlombaan pacuan sapi yang menjadi budaya masyarakat Madura. Pada perlombaan ini, sepasang sapi yang menarik kereta dari kayu dipacu dalam lomba adu cepat melawan pasangan-pasangan sapi lain.

Di atas kereta itu terdapat joki yang berdiri dan mengendalikan pasangan sapi tersebut. Trek pacuan tersebut biasanya sepanjang 100 meter. Lomba pacuan kemungkinan berlangsung sekitar sepuluh detik sampai satu menit.

Setiap tahun, masyarakat Madura United bahkan mengadakan lomba Karapan Sapi yang digelar di Pamekasan pada bulan Agustus atau September. Lomba bergengsi itu bertajuk Piala Bergilir Presiden dan diikuti oleh peserta dari berbagai daerah di Madura.

Upaya untuk berjuang memenangkan sebuah pertandingan layaknya Karapan Sapi itu harus menjadi pegangan bagi para pemain Madura United. Dalam setiap pertandingan, mereka wajib berjuang selama 90 menit.

“Anak-anak tidak boleh melupakan filosofi dasar itu. Sape Kerap yang sesungguhnya itu harus ditunjukkan dengan berjuang maksimal,” imbuh Haruna.

 

3 dari 3 halaman

Inisiasi Sang Presiden

Julukan Laskar Sape Kerap untuk Madura United sendiri muncul dari sang presiden klub, Achsanul Qosasi. Istilah itu melekat pada klub asal Pulau Garam itu mengiringi awal pendirian pada 2016 silam.

“Kata presiden, agar klub bisa mengadopsi filosofi Sape Kerab yang tidak kenal menyerah sebelum selesai. Sape Kerrab adalah simbol ketangguhan dalam memperjuangkan jati diri agar memiliki keunggulan. Tidak ada kata menyerah sebelum sampai finis,” ujar Tabri S. Munir, media officer Madura United.

Sejak berdiri, Madura United mampu meraih hasil yang cukup apik. Di musim pertama, mereka menghuni posisi ketiga klasemen akhir ISC A 2016. Namun, pada musim-musim berikutnya hasil yang didapat melorot.

Tiga musim di Liga 1, Madura United belum pernah lagi finis tiga besar. Masing-masing berada di peringkat keenam, kedelapan, dan kelima pada musim 2017, 2018, dan 2019. Mereka juga belum pernah meraih trofi juara dalam ajang resmi.

Video Populer

Foto Populer