Sukses


5 Pelatih Terbaik PSM di Liga Indonesia, Syamsuddin Umar Tersukses

Bola.com, Makassar - Sejak Liga Indonesia pertama kali bergulir pada musim 1994-1995, PSM Makassar tercatat memakai jasa 21 pelatih. Mayoritas dari mereka berasal dari luar negeri yakni 16 pelatih.

Hanya lima pelatih lokal yang pernah menangani Juku Eja yakni M. Basri, Syamsuddin Umar, Tumpak Shite, Imran Amirullah dan Assegaf Razak.

Meski begitu, pencapaian pelatih lokal justru lebih baik. M. Basri membawa PSM kembali masuk dalam jajaran elite Liga Indonesia dengan raihan posisi runner-up pada musim 1995-1996.

Mengandalkan trio Brasil, Jacksen Tiago, Marcio Novo dan Luciano Leandro plus Yusuf Ekodono untuk mendongrak pemain lokal Makassar, Basri mampu mengembalikan marwah Juku Eja yang mengandalkan permainan cepat dan keras.

Setelah Basri, ada Syamsuddin Umar yang sebelumnya membawa PSM meraih trofi juara Perserikatan 1991-1992 dan runner-up pada musim berikutnya. Bermaterikan materi pemain yang terbilang mentereng pada Liga Indonesia 1999-2000, Juku Eja melenggang mulus sampai ke tahta juara.

Selain prestasi tim, PSM juga memunculkan Bima Sakti sebagai pemain terbaik musim itu. Hanya satu gelar yang lepas yakni top skorer. Penghargaan ini disabet Bambang Pamungkas (Persija Jakarta) yang mengoleksi 24 gol atau hanya unggul satu gol dari striker PSM, Kurniawan Dwi Yulianto.

Sementara pelatih asing yang menonjol hanya Miroslav Janu, Robert Alberts dan Darije Kalezic. Dua nama pertama hanya mampu membawa PSM bertengger di peringkat dua dengan sistem kompetisi penuh. Janu dua kali melakukannya yakni pada musim 2003 dan 2004.

Sedang Robert nyaris membawa Juku Eja meraih trofi juara pada Liga 1 2018. Sementara Darije yang hanya bertahan satu musim berhasil membawa PSM merebut gelar juara Piala Indonesia 2018-2019.

Berikut analisis singkat kiprah kelima pelatih ini bersama PSM Makassar versi Bola.com

Video

2 dari 6 halaman

M. Basri

M. Basri didatangkan manajemen PSM yang saat itu dikelola Nurdin Halid. Tugasnya jelas, Basri diharapkan mengembalikan marwah PSM yang sempat pudar pada Liga Indonesia edisi perdana.

Sebagai pelatih kawakan yang juga mantan pemain PSM dan Timnas Indonesia era 1960-an, Basri mampu menjawab tantangan itu. PSM melenggang mulus dari penyisihan sampai laga final.

Sayang di partai puncak yang berlangsung di Stadion Gelora Bung Karno, penampilan PSM mengalami antiklimaks. Mereka takluk dua gol tanpa balas dari Mastrans Bandung Raya.

Meski begitu, pencapaian ini tetap mendapat apresiasi setelah pada musim sebelumnya, PSM hanya bertengger di peringkat 10 penyisihan Wilayah Timur.

3 dari 6 halaman

Syamsuddin Umar

Syamsuddin Umar pantas disebut sebagai pelatih tersukses di PSM. Sebelum menangani Juku Eja di Liga Indonesia, Syamsuddin yang akrab dengan pola 3-5-2 ini pernah membawa tim kebangaan Kota Daeng ini meraih trofi juara Perserikatan 1991-1992.

Sinyal PSM bakal sukses bersama Syamsuddin pada musim 1999-2000 sudah terlihat pada pra musim. Dimana Juku Eja berjaya pada Piala Pardede dan Piala Jusuf.

Apalagi materi pemain PSM terbilang mentereng musim itu. Alhasil, langkah mereka ke tangga juara tak terbendung.

Musim berikutnya, Syamsuddin memang hanya mampu membawa PSM bertengger di peringkat dua. Tapi, ia tetap mendapat apresiasi setelah sukses membawa PSM meraih trofi juara di Piala Ho Chi Minh City, Vietnam dan menembus 8 Besar Liga Champions Asia.

4 dari 6 halaman

Miroslav Janu

Pelatih asal Republik Ceska ini memang hanya mampu membawa PSM dua kali meraih runner-up Liga Indonesia. Tapi, sentuhan Janu dengan pola 4-4-2 menjadi trade mark PSM yang disegani lawan.

Pada musim pertamanya, Janu memunculkan duet Oscar Aravena-Cristian Gonzales sebagai tombak paling proktif musim itu. Oscar malah mencatatkan diri sebagai top skorer kompetisi musim 2003 dengan 31 gol.

Musim berikutnya, penampilan PSM kian agresif. Mereka akhirnya gagal meraih trofi juara setelah hanya kalah selisih gol dari Persebaya Surabaya yang mengoleksi poin 61.

Namun, penampilan PSM tetap mendapat apresiasi tinggi dengan pemanggilan enam pemainnya untuk memperkuat timnas Indonesia di Piala AFF 2004. Mereka adalah Charis Yulianto, Jack Komboy, Ortizan Solossa, Syamsul Chaeruddin, Irsyad Aras dan Ponaryo Astaman.

5 dari 6 halaman

Robert Alberts

Robert kembali ke PSM pada 2016 menggantikan peran Luciano Leandro di ajang Torabika Soccer Championship. Sebelumnya, pelatih asal Belanda ini pernah menangani Juku Eja pada Liga Super Indonesia 2010-2011.

Saat itu, ia meninggalkan Makassar karena PSM memilih bergabung di Liga Primer Indonesia yang bersatus breakaway league.Robert termasuk pelatih yang beruntung karena mendapat dukungan total dari manajemen PSM.

Ia diberi kewenangan penuh mendatangkan pemain di pentas Liga 1. Pencapiannya terbilang lumayan. Pada musim pertama Liga 1, PSM bertengger di peringkat tiga dan naik satu tingkat pada 2018.

Namun, jelang Liga 1 2019, Robert tiba-tiba menyatakan mundur dari PSM dengan alasan sakit. Belakangan, ia diketahui menerima tawaran manajemen Persib Bandung.

6 dari 6 halaman

Darije Kalezic

Darije Kalezic datang ke PSM saat materi tim sudah terbentuk. Alhasil, pelatih berdarah Bosnia ini harus bekerja keras untuk bisa beradaptasi dengan tim.

Dengan durasi persiapan yang minim, Darije membawa PSM bersaing di Piala AFC, Liga I dan Piala Indonesia. Praktis, Darije hanya punya waktu mempelajari karakter pemainnya pada Piala Presiden.

Meski begitu, pencapaian PSM bersama Darije terbilang baik. Selain trofi juara Piala Indonesia 2018-2019, PSM juga menembus semifinal Piala AFC zona Asean. Juku Eja pun sempat bertengger di papan atas pada klasemen sementara.

Namun, keterlambatan gaji dan bonus pemain jadi kendala tersendiri buat Darije mengangkat mental dan performa pemainnya. Alhasil, penampilan PSM di Liga 1 2019 terbilang labil.

Video Populer

Foto Populer