Sukses


Kupas Tuntas Peluang Tim Jawa Timur di BRI Liga 1: Bisakah Para Raksasa Terbangun dari Tidur?

Bola.com, Jakarta - Jawa Timur (Jatim) bisa dibilang merupakan barometer sepak bola nasional. Saat ini saja ada lima tim yang bersaing di kompetisi tertinggi sepak bola Tanah Air bertitel BRI Liga 1.

Madura United merupakan kekuatan baru di sepak bola Indonesia, sementara Persela selalu menjadi kuda hitam kompetisi. Tetapi ketiga tim lainnya memiliki sejarah membanggakan di kompetisi nasional.

Arema FC, Persik Kediri dan Persebaya Surabaya merupakan tim-tim yang pernah mengecap manisnya gelar juara. Berbeda dengan wilayah lain, Jatim tak hanya mengandalkan satu tim saja untuk meraih prestasi.

Tak heran bila pertandingan bertajuk Derby Jatim selalu menarik untuk disaksikan. Terlebih saat dua rival, Arema FC dan Persebaya bertanding. Animo penonton begitu tinggi melebihi apa yang bisa kita bayangkan.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir tak ada lagi tim Jatim yang mampu meraih supremasi tertinggi. Persebaya memang menjadi runner-up di Liga 1 2019, tetapi mereka sudah jauh tertinggal dari Bali United yang mengamankan gelar lebih awal.

Sementara terakhir kali klub Jatim menggondol gelar juara terjadi satu dekade silam. Kala itu, Arema yang dilatih Robert Rene Alberts, sekarang pelatih Persib Bandung berhasil merusak kedigdayaan tim-tim mapan semisal Sriwijaya FC dan Persipura Jayapura.

Lantas bagaimana dengan peluang mereka di BRI Liga 1? Nyatanya kelima tim tim ini memiliki masalahnya masing-masing. Mari kita kupas satu-satu.

Saksikan Video Pilihan Kami:

2 dari 6 halaman

1. Persik Kediri

Berstatus tim promosi, Persik tentu harus realistis menghadapi musim ini. Apalagi mereka harus membentuk ulang kekuatan tim mengingat hengkangnya empat legiun asing lawas.

Tetapi manajemen bergerak cepat dan berhasil mendaratkan Ezzejjari Lhasnaoui (Spanyol), Ibrahim Bahsoun (Lebanon), Dionatan Machado (Brasil) dan Arthur Felix Silva (Brasil). Tetapi dari keempatnya, tak ada satupun yang pernah bermain di Asia Tenggara.

Bermain di kompetisi baru tentu membutuhkan waktu beradaptasi. Namun dengan kompetisi yang akan dimulai sesaat lagi, waktu yang mereka miliki tak banyak.

Jika gagal membangun chemistry dengan pemain lainnya, bukan tak mungkin Persik tak akan mampu bersaing dengan tim lainnya. Bayangan degradasi pada 2017 juga masih jelas diingatan beberapa pemain yang ada saat ini.

3 dari 6 halaman

2. Arema FC

Salah satu kekuatan besar di sepak bola Indonesia ini terlihat kepayahan menyusun ulang kejayaan. Penampilan mengenaskan di Piala Menpora 2021 lalu menjadi cerminan betapa banyak pekerjaan rumah yang harus dibenahi.

Namun, kehadiran Gilang Widya Permana yang menjabat sebagai presiden klub Arema FC memberikan optimisme baru. Pembenahan pun dilakukan. Langkah awal yang dilakukan yakni merekrut pelatih asal Portugal, Eduardo Almeida.

Sederet pemain impor anyar pun menyusul dihadirkan. Adilson Maringa (Brasil) bakal jadi andalan baru di bawah mistar. Renshi Yamaguchi (Jepang) siap menambah tenaga lini kedua dan Carlos Fortes (Portugal) jadi tumpuan ketajaman.

Tak hanya itu, mereka juga masih menantikan kedatangan Sergio Silva (Portugal). Pemain yang berposisi bek tengah itu diharapkan mampu menambal lubang di pertahanan klub berjuluk Singo Edan tersebut.

Mantan pelatih Semen Padang tersebut rupanya tak sembarang merekrut tambahan pemain asing. Kualitas keempatnya sudah dikenal baik oleh Eduardo dan secara histori kualitasnya tampak menjanjikan.

4 dari 6 halaman

3. Persela Lamongan

Berada di kasta tertinggi nyaris dua dekade membuat keteguhan mental Persela tak perlu diragukan lagi. Beberapa kali mereka sanggup lolos dari jurang degradasi dan berhasil menembus papan tengah.Tetapi untuk musim ini manajemen memiliki kebijakan baru.

Mepetnya waktu persiapan, memaksa mereka tak lagi merekrut pemain asing antah berantah dan beralih ke pemain-pemain yang sudah mereka kenal. Guilherme Batata, Ivan Carlos dan Demerson Bruno (Brasil) berhasil didaratkan ke Kota Soto.

Tetapi Brian Ferreira (Argentina/Irak) justru memilih hengkang ke PSIS Semarang pada tengah pekan lalu. Pelatih Persela, Iwan Setiawan, juga masih memiliki sejumlah masalah dengan hengkangnya para pilar lokal seperti Sugeng Effendi dan Eky Taufik.

Bahkan sampai saat ini, mereka masih terus berburu pemain sembari mematangkan permainan. Pelatih asal Medan tersebut rasanya tak perlu khawatir dengan lini pertahanan. Tetapi untuk urusan mencetak gol, Iwan perlu mencari pendamping sepadan untuk membantu Ivan Carlos membongkar pertahanan.

5 dari 6 halaman

4. Madura United

Madura United tersingkir dini di Piala Menpora 2021 lalu, merupakan sebuah kejutan. Keberadaan pemain-pemain berkualitas, lagi-lagi tak mampu membawa mereka meraih kejayaan.Pembenahan di sektor depan menjadi salah satu yang disasar.

Mantan penyerang Barito Putera asal Brasil, Rafael Silva, diharapkan menjadi solusi instan ketajaman klub berjuluk Laskar Sape Kerrap untuk musim nanti. Pembenahan lainnya fokus kepada penambahan personel di sektor bek sayap.

Hengkangnya Marckho Sandy ke Borneo FC dan cederanya Andik Rendika Rama, ditutup dengan kehadiran bek senior, Novan Setya Sasongko.

Namun, Madura United baru memulai kembali latihan setelah meliburkan skuad di tengah masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

Jelas waktu yang ada sangat tak ideal tetapi pelatih Rahmad Darmawan bertekad menyiapkan skuadnya sebaik mungkin untuk awal kompetisi nanti.

6 dari 6 halaman

5. Persebaya Surabaya

Persebaya bisa dibilang beruntung bisa tetap menjalani latihan selama masa PPKM. Itu memberikan waktu bagi empat pemain asing barunya untuk segera mengenal rekan-rekannya yang lain.

Alie Sesay (Sierra-Leone/Inggris), Taisei Marukawa (Jepang) dan Jose Wilkson (Brasil) terlihat makin padu dalam beberapa laga uji coba. Tetapi Bruno Moreira (Brasil) yang diharapkan menjadi pengatur serangan tim justru meragukan.

Cedera hamstring membuatnya harus berlatih sendiri dalam beberapa waktu terakhir. Kebugaran pemain yang pernah berkarier di Korea Selatan tersebut juga dipertanyakan.

Pelatih Persebaya, Aji Santoso tentu harus memutar otak bila sang playmaker tak bisa tampil tepat waktu. Apalagi Persebaya harus mengubah pola penyerangan setelah kepergian David da Silva ke Malaysia.

Tak bisa dimungkiri, kebangkitan Persebaya tak lepas berkat andil besar pemain berkepala plontos itu. Kecepatannya dalam menembus pertahanan lawan tak akan bisa kita lihat lagi dari permainan Persebaya musim ini.

Video Populer

Foto Populer