Rapor Menyedihkan Klub Jateng-DIY di BRI Liga 1 2024/2025: Punya Basis Suporter Besar, tapi dalam Bayang-Bayang Degradasi

Dari enam tim yang terancam turun kasta dari Liga 1, ada tim yang berasal dari DIY dan Jawa Tengah. Ketiganya, yakni PSS Sleman, PSIS Semarang, dan Persis Solo.

Persaingan untuk mempertahankan nasib di kasta tertinggi terus berlangsung. Pada pertandingan pekan ke-28, PSS masih belum mampu lepas dari kekalahan saat digasak PSBS Biak, sementara PSIS Semarang gagal mendulang poin penuh setelah ditahan imbang 1-1 oleh Persik kediri.

Persis Solo yang sempat dalam tren positif, malah kembali menelan kekalahan ketika dipermalukan tamunya, Malut United, dengan skor 1-3.

Menariknya, ketiga klub ini punya kesamaan lainnya, yakni basis suporter besar yang membuat gairah pertandingan terasa berbeda.

PSS Sleman hingga saat ini masih kesulitan beranjak dari dasar klasemen. Tim Super Elang Jawa untuk sementara ini berada di peringkat ke-18 alias posisi juru kunci dengan koleksi 22 poin.

PSS masih bergumul dengan inkosistensi. Setelah menang 2-1 atas Persita Tangerang, mereka malah dihajar Persis Solo dengan skor 1-4 (11-3-2025) dan dihajar PSBS Biak 1-2 (11-4-2025).

Inkonsistensi menyulitkan tim asal Bumi Sembada itu untuk keluar dari zona merah klasemen BRI Liga 1 2024/2025. Apalagi, tim besutan pelatih Pieter Huistra ini pernah melewati enam pertandingan beruntun dengan kekalahan, dan diawali dengan poin -3 saat musim ini dimulai.

Namun, peluang Tim Super Elang Jawa untuk bertahan masih terbuka, meski lawan-lawan yang dihadapi pada enam laga tersisa tidak mudah.

PSS masih harus melawan tim-tim papan atas seperti Dewa United (pekan ke-29), Persib Bandung (pekan ke-30), PSM Makassar (pekan ke-31), dan Persija Jakarta (pekan ke-33).

Di sisi lain, PSS dikenal punya fans fanatik yang dikenal dengan Brigata Curva Sud. Suporter bergaya Ultras Italia yang selalu total dalam memberikan dukungan. Mereka akan kembali bermain di rumah sendiri, Stadion Maguwoharjo, yang makin membuat suporter tambah antusias.

PSIS Semarang memikul beban berat untuk keluar dari bayang-bayang degradasi. Skuad Mahesa Jenar memang tidak berada di zona merah, tetapi posisinya bisa terancam kapan saja.

Yang cukup pelik dari PSIS ialah komposisi skuadnya yang mengalami pelemahan. Dua pemain asingnya, Evandro Brandao dan Roger Bonet, memutuskan untuk mundur dari tim karena persoalan finansial yang mendera klub.

Saat ini, anak asuh pelatih Gilbert Agius tersebut berada di peringkat ke-15 dengan koleksi 25 poin. Jumlah ini hanya terpaut tiga poin saja dari Semen Padang dan PSS Sleman, yang berada di zona degradasi.

PSIS sudah tidak merasakan kemenangan dalam delapan pertandingan terakhir. Poin penuh terakhir didapat Septian David Maulana dkk. pada akhir Januari lalu dengan mengalahkan PSBS (2-1). Kemudian PSIS hanya mampu meraih empat hasil imbang dan empat kekalahan.

Situasi di lapangan itu masih ditambah krisis keuangan yang juga sedang membelit PSIS.

Sementara dukungan dari kelompok suporter, Panser Biru dan Snex, tak lagi seperti dulu. Kedua kelompok suporter dengan massa besar itu sudah jarang mendukung langsung kiprah PSIS di stadion.

Jika dibandingkan dua tetangganya, Persis Solo menjadi tim dengan peluang paling besar bertahan di Liga 1. Hal ini tak terlepas dari hasil positif yang diraih Laskar Sambernyawa di bawah asuhan Ong Kim Swee, meski sayangnya, mereka kalah di pekan ke-28 lalu.

Akan tetapi, setidaknya, Persis sudah melewati enam pertandingan terakhir tanpa tersentuh kekalahan sebelum dihentikan Malut United pekan lalu. Rekor yang ditorehkan dari enam laga ini juga baik karena bisa meraih tiga kali menang dan tiga hasil imbang.

Hebatnya, tim asal Kota Bengawan itu mengandaskan dua tim penghuni papan atas, yakni Persebaya Surabaya (2-1) dan Borneo FC (1-0). Ini menjadi momentum krusial bagi Persis menjauhi zona degradasi.

Sho Yamamoto dkk. kini ada di peringkat ke-15 klasemen dengan koleksi 26 poin. Namun, Persis juga tetap harus berhati-hati karena jarak mereka dengan zona merah masih sangat dekat.

Persis punya suporter yang tak kalah militan, seperti Pasoepati atau Surakartans. Namun, hal itu tidak menjadi jaminan Stadion Manahan akan penuh terisi, seiring belum membaiknya prestasi tim yang dulu bernama Vorstenlandsche Voetbal Bond (VVB) ini.