Sukses


4 Perbedaan antara Jose Mourinho dan Sir Alex Ferguson

Bola.com, Manchester - Manchester United ditangani Jose Mourinho mulai musim 2016-2017. Kedatangan Mourinho memberikan harapan besar bagi para pendukung untuk melihat timnya berjaya seperti saat dilatih Sir Alex Ferguson.

Beberapa pendukung melihat Mourinho memiliki banyak kesamaan dengan Ferguson. Keduanya ingin para pemain mempunyai mental kuat, fisik prima, serta haus gelar juara.

Saat dilatih Ferguson, Manchester United meraih 38 gelar dalam 26 tahun. Sementara itu, Mourinho sudah memberikan dua trofi, yakni Community Shield dan Piala Liga Inggris, dalam kurun waktu kurang dari setahun.

Akan tetapi, tidak banyak pula yang menyangsikan Mourinho bisa menyamai prestasi Ferguson. Selain itu, terdapat juga beberapa perbedaan kedua manajer itu, terutama dalam pemilihan pemain di skuat utama.

Berikut ini adalah perbedaan Mourinho dan Ferguson versi Bola.com:

1. Negara

Pada awal musim 1987-1988, Ferguson membeli Steve Bruce, Viv Anderson, Brian McClair, dan Jim Leighton untuk memperkuat pasukannya. Ketiganya berasal dari negara-negara persemakmuran, seperti Inggris dan Skotlandia.

Selama beberapa musim, Ferguson memercayai timnya dihuni mayoritas pemain yang bisa berbahasa Inggris. Hal tersebut perlahan mulai hilang pada musim-musim terakhir menangani Manchester United. Namun, Ferguson tetap memberikan kepercayaan besar kepada pemain asli Inggris Raya, seperti Ryan Giggs ataupun Paul Scholes.

Sementara itu, Mourinho sejatinya mewarisi skuat yang ditinggalkan Louis van Gaal. Demi meningkatkan kualitas tim, Mourinho membeli empat pemain baru yang berasal dari non-Inggris Raya, Eric Bailly (Pantai Gading), Zlatan Ibrahimovic (Swedia), Henrikh Mkhitaryan (Armenia), dan Paul Pogba (Prancis).

Mourinho pun tidak terlalu banyak memercayai para pemain dari Inggris Raya. Bahkan, Mourinho dinilai tidak menyukai mentalitas Luke Shaw yang sempat disebut-sebut sebagai calon bek kiri masa depan Inggris.

Jesse Lingard dan Marcus Rashford menjadi dua pemain Inggris yang mulai mendapat kepercayaan dari Mourinho. The Special One sadar bahwa para pemain didikan akademi harus dikembangkan demi menjaga tradisi klub.

2. Gelandang pekerja keras

Manchester United terkenal penah memiliki gelandang-gelandang pekerja keras saat masih ditangani Ferguson. Paul Ince dan Roy Keane menjadi gelandang yang namanya melejit di bawah asuhan Ferguson.

Kedua pemain itu memiliki cara bermain yang mirip, yakni pandai memutus serangan lawan. Meski sering menerima kartu merah, kedua gelandang itu tetap menjadi pemain andalan Ferguson.

Sepeninggalan Ferguson, Manchester United pernah mempunyai Morgan Schneiderlin yang dibawa Louis van Gaal. Akan tetapi, Mourinho memutuskan melepas Schneiderlin karena tidak sesuai dengan rencana timnya.

Kini, Mourinho praktis hanya memiliki Marouane Fellaini sebagai gelandang pemutus serangan lawan. Namun, Fellaini kadang bisa berperan sebagai "striker dadakan" bila Manchester United kesulitan membobol gawang lawan.

Ketidakhadiran gelandang pekerja keras di skuat Setan Merah diakui Mourinho. Pada musim depan, Mourinho kabarnya ingin membeli gelandang bertipe tersebut. Hal itu demi memberikan keleluasaan bagi Paul Pogba ataupun Ander Herrera mengkreasi serangan.

3. Sayap konvensional

Siapa yang tidak mengenal Ryan Giggs maupun David Beckham? Kedua pemain itu menjadi terkenal lantaran terus mendapat kepercayaan dari Ferguson. Dalam beberapa musim, kedua sisi sayap serangan diberikan kepada Giggs dan Beckham.

Ferguson memang gemar memainkan pemain sayap konvesional. Pemain berkaki kanan ditempatkan sebagai sayap kanan dan juga sebaliknya. Selain Giggs dan Beckham, Ferguson juga pernah memercayai Lee Sharpe, Jesper Blomqvist, dan Andrei Kanchelskis.

Ferguson ingin para pemain sayapnya menjadi pelayan utama barisan depan. Keinginan Ferguson itu membuat Giggs ataupun Beckham dituntut memiliki umpan silang mematikan dari sisi sayap.

Hal berbeda justru dimiliki Mourinho. Manajer asal Portugal itu lebih senang menempatkan pemain sayap modern. Juan Mata yang berkaki kiri, dipasang sebagai sayap kanan. Anthony Martial lebih sering bermain sebagai sayap kiri meski kaki kanannya yang lebih kuat.

Fakta tersebut sudah dibawa Mourinho sejak menjadi pelatih. Saat menangani Chelsea, Mourinho kerap memainkan Arjen Robben ataupun Damien Duff sebagai sayap kanan. Hal itu dimaksudkan agar pemain sayap berani menusuk ke dalam dan memberikan ancaman langsung kepada kiper.

4. Striker

Ferguson merupakan manajer yang senang menggunakan dua striker. Kadang, para striker memiliki tipe sama. Formasi 4-4-2 menjadi andalan Ferguson pada pertengahan masa kariernya di Manchester United.

Andy Cole dan Dwight Yorke menjadi duet striker ternama Manchester United di bawah asuhan Ferguson. Keduanya juga punya cadangan yang tak kalah hebat, seperti Teddy Sheringham dan Ole Gunnar Solskjaer.

Setelah era mereka, Ferguson masih memiliki dua striker di barisan depan, seperti Wayne Rooney yang sempat berpasangan dengan Ruud van Nistelrooy, Louis Saha, Carlos Tevez, maupun Dimitar Berbatov. Rooney berperan sedikit di belakang penyerang, meski posisi sejatinya adalah striker.

Sementara itu, Mourinho tidak pernah senang menduetkan dua striker di lini depan. Mourinho jarang melakukan hal tersebut jika tidak terpaksa karena tim membutuhkan banyak gol.

Ketika melatih FC Porto, Mourinho memiliki Benny McCarthy. Di Chelsea, Mourinho percaya penuh kepada Didier Drogba. Strategi satu striker tetap dipakai Mourinho saat menangani Inter Milan, Real Madrid, dan Chelsea pada periode kedua melatih.

Sebagai penggemar formasi 4-2-3-1 atau 4-3-2-1, Mourinho mempertahankan hal itu di Manchester United. Kini, Manchester United hanya memiliki Zlatan Ibrahimovic yang berperan sebagai penyerang murni. Saat Ibrahimovic absen, Marcus Rashford bisa menjadi striker utama.

Sumber: Berbagai sumber

Saksikan cuplikan pertandingan dari Liga Inggris, La Liga, Liga Champions, dan Liga Europa dengan kualitas HD di sini:

Video Populer

Foto Populer