5 Kekalahan Menyakitkan dalam Karier Pep Guardiola: Termasuk Gagal Angkat Trofi di Liga Champions

Barcelona hanya kehilangan dua poin di babak penyisihan grup Liga Champions 2011/2012, dan tampak sebagai tim yang aman untuk terus melaju seperti tahun sebelumnya, saat mereka memenangkan kompetisi untuk kedua kalinya di bawah asuhan Pep Guardiola.

Mereka mengalahkan Bayer Leverkusen dengan agregat 10-2 di babak 16 besar, dan dengan mudah mengalahkan AC Milan dengan kemenangan 3-1 di perempat final, sebelum bertemu Chelsea di semifinal.

The Blues mengejutkan pasukan Guardiola dengan kemenangan 1-0 di leg pertama, dan mempertahankan hasil imbang 2-2 di leg kedua – sebagian berkat gol solo ikonik Fernando Torres.

Kemenangan itu mengakhiri harapan Guardiola untuk mengakhiri masa jabatannya di Barcelona dengan gelar Liga Champions kedua berturut-turut, setelah ia mengumumkan keinginannya untuk hengkang beberapa bulan sebelumnya.

Pada musim 2011/2012 yang sama, di antara dua leg pertandingan Liga Champions yang mengecewakan dengan Chelsea, tim Barcelona asuhan Guardiola menghadapi rival perebutan gelar Real Madrid di La Liga.

Dengan hanya tiga pertandingan tersisa pada musim ini setelah itu, dan dengan Real Madrid datang ke pertandingan dengan keunggulan empat poin, Barcelona sangat membutuhkan kemenangan untuk mempertahankan harapan mereka.

Namun, mereka runtuh ketika Cristiano Ronaldo menutup kemenangan Madrid 2-1 pada menit ke-73, yang membuat kedua tim terpaut tujuh poin.

Hadiah perpisahan Madrid untuk Guardiola dan kariernya di Barca adalah kemenangan gelar dengan selisih sembilan poin pada akhirnya.

Sudah mulai membentuk dinasti di Premier League di bawah Guardiola pada 2020-21, Manchester City terus melaju menuju mahkota Eropa yang sulit diraih, setelah mencetak 13 gol di babak penyisihan grup dan 12 gol lagi dalam enam laga sepak bola menjelang final.

Mereka menghadapi Chelsea yang tertinggal jauh di Inggris, tetapi meskipun difavoritkan untuk memenangkan trofi Liga Champions pertama mereka, City tidak berdaya, hanya melepaskan satu tembakan tepat sasaran dalam pertandingan yang sulit.

Mereka dikejutkan oleh gol Kai Havertz pada akhir babak pertama, dan Guardiola terpaksa menonton dengan sedih saat Chelsea – yang finis 19 poin di bawah timnya di Liga Premier musim itu – mengangkat trofi yang akan membuatnya meraih kesuksesan yang belum pernah terjadi sebelumnya bersama City.

Musim 2024/2025 merupakan musim terburuk dalam karier Guardiola. Situasi sempat memburuk hingga muncul dugaan bahwa ia akan dipecat, atau meninggalkan jabatannya di City yang telah diembannya sejak 2016.

Momen terburuk musim ini terjadi antara Oktober dan November 2024, saat Guardiola mencetak rekor pribadi yang tidak diinginkan dengan kalah dalam lima pertandingan berturut-turut.

Ia dikalahkan oleh Bournemouth, Brighton, dihajar 1-4 oleh Sporting CP dan kekalahannya itu diakhiri dengan kekalahan dari Tottenham di Carabao Cup dan kemudian Premier League.

Laga terakhir itu yang terburuk dari yang terburuk bagi Guardiola, City dihajar 0-4 oleh Spurs hanya beberapa hari setelah sang bos menandatangani kontrak baru, yang langsung tampak bahwa ia mungkin terpojok dan tidak dapat menghindar.

Jika Man City butuh tanda bahwa status mereka sebagai salah satu yang terbaik di dunia setidaknya tertunda, jika mereka belum mendapatkannya, Real Madrid memastikan mereka mengetahuinya.

Kekalahan 3-2 di leg pertama babak gugur Liga Champions membuat City menunjukkan perlawanan selama pertandingan yang menjanjikan di mana mereka hanya kalah di waktu tambahan.

Namun di leg kedua, mereka justru dihajar habis-habisan oleh Kylian Mbappe yang mencetak tiga gol hanya dalam waktu satu jam dalam kemenangan 3-1 untuk timnya, membuat pertahanan City terlihat kelas dua.

Setelah pertandingan, Guardiola menyebut tiga tim yang dapat menghentikan Real, tetapi tim City asuhannya gagal tampil seperti salah satu dari mereka.

Sumber: Planetfootball