Thomas Partey Didakwa Lima Tuduhan Pemerkosaan dan Satu Pelecehan Seksual, Ini Pernyataan Arsenal

Thomas Partey, yang kini berusia 32 tahun, dijadwalkan menjalani sidang pertama di Pengadilan Magistrat Westminster pada 5 Agustus 2025.

Pihak pengacara Partey, Jenny Wiltshire, menyampaikan bahwa kliennya membantah seluruh dakwaan yang diajukan.

"Ia menyangkal semua tuduhan terhadap dirinya," ujar Wiltshire kepada Press Association.

"Ia justru menyambut kesempatan ini untuk akhirnya dapat membersihkan namanya," imbuh sang pengacara. 

Sementara itu, Arsenal, yang merupakan klub terakhir Partey sebelum kontraknya berakhir, memberikan pernyataan singkat kepada ESPN.

"Kontrak sang pemain telah berakhir pada 30 Juni. Karena proses hukum yang masih berlangsung, klub tidak dapat memberikan komentar lebih lanjut terkait kasus ini," demikian pernyataan Arsenal.

Partey didatangkan Arsenal dari Atletico Madrid pada tahun 2020 dengan nilai transfer sebesar 45 juta paun. Ia kini berstatus tanpa klub sejak kontraknya resmi berakhir pada Senin lalu.

Pada musim lalu, pemain internasional Ghana ini tampil dalam 35 laga di Premier League dan mencetak empat gol, membantu Arsenal finis sebagai runner-up. Ia juga ambil bagian dalam 12 pertandingan Liga Champions hingga babak semifinal, sebelum tersingkir oleh Paris Saint-Germain.

Detektif Kepala Andy Furphy, yang memimpin penyelidikan, menyatakan bahwa perhatian utama saat ini adalah mendukung para korban yang telah melapor.

"Prioritas kami tetap memberikan dukungan kepada para perempuan yang telah berani maju," ujar Furphy. 

Kepala Jaksa Wilayah London Utara dari Crown Prosecution Service (CPS), Jaswant Narwal, menyatakan bahwa dakwaan terhadap Partey diajukan setelah berkas penyelidikan yang komprehensif ditinjau secara menyeluruh.

"Jaksa kami telah bekerja sama erat dengan tim penyidik Kepolisian Metropolitan untuk menelaah bukti dan merumuskan dakwaan yang sesuai," jelas Narwal.

Ia juga mengingatkan bahwa proses hukum saat ini sedang berlangsung, dan bahwa terdakwa memiliki hak untuk menjalani persidangan yang adil.

"Kami menyadari bahwa akan ada perhatian publik yang besar terhadap pengumuman ini, tapi sangat penting untuk tidak ada pelaporan, komentar, atau penyebaran informasi di media sosial yang dapat memengaruhi jalannya proses hukum," tegas Narwal.

Sumber: ESPN