Diogo Jota dan sang Adik di Mata Tetangga Kampung Halaman: Tak Pernah Mengejar Ketenaran, Cinta Keluarga, dan Hanya Ingin Bermain Sepak Bola

Cosme, kini berusia 30 tahun, mengenang masa kecilnya bersama Diogo Jota dan Andre Silva di halaman rumah sang kakek. Dari bermain bola dengan gerbang garasi sebagai gawang, hingga membuat turnamen Piala Dunia mini saat gelaran di Afrika Selatan pada 2010.

"Diogo jadi Portugal, saya Argentina, Andre jadi Brasil," kisah Cosme sambil tersenyum.

"Tentu saja, Diogo yang menang. Dia selalu bilang, 'Kamu bisa lebih baik.' Dia tidak pernah mengejar ketenaran atau uang. Dia hanya ingin bermain bola, karena itu yang paling dia cintai."

Kecintaan dan ketulusan Jota dalam bermain bola inilah yang membuatnya dicintai di Liverpool.

"Kalian menerima dia dengan sangat baik. Kami semua berterima kasih karena kalian menyambut anak kami di tanah kalian," ucap Cosme.

Hampir setiap musim panas, Jota dan Silva kembali ke Sao Cosme. Mereka bermain FIFA bersama, bersepeda keliling kota, dan tentu saja bermain bola di halaman rumah, meski pagar sering rusak karenanya.

"Kenangan itu yang akan terus kami pegang," ujar Cosme.

Sepupu mereka, Tiago Silva, juga mengenang momen-momen bahagia bersama Jota dan Silva di jalan kecil Rua da Minhoteira.

"Kami tumbuh bermain bola di jalan dan lapangan di ujung jalan ini. Dia pria sejati. Tidak tertarik ketenaran, hanya orang baik," katanya.

Beatriz Bessa, sepupu mereka yang lain, mengungkap bagaimana Jota menjadi sosok anutan bagi anak-anak di lingkungan itu.

"Saat Portugal main buruk, adik saya selalu bilang ke TV: 'Masukkan Diogo!' Dia pahlawan bagi kami."

Kendati sukses menembus klub-klub besar seperti FC Porto, Atletico Madrid, Wolves, hingga Liverpool, Jota dan Silva tetap menjaga hubungan erat dengan tanah kelahiran mereka.

Dua kaus kebanggaan Jota dari Liverpool dan Wolves kini tergantung rapi di dinding Clube de Caca e Pesca de Aguiar, sebuah tempat yang lebih mirip warung kopi ketimbang klub berburu, tempat sang kakek sering singgah.

Pemilik tempat itu, Carlos Sousa dan Vanessa Marques, menceritakan bahwa Jota sendiri yang memberikan kaus tersebut.

"Mereka keluarga baik. Dia anak baik, sosok yang sangat empatik," ujar Vanessa.

Lebih dari prestasi dan gol-gol indah, karakter Jota dan Silva adalah warisan yang paling membekas.

"Setiap kali kami melihat mereka, mereka selalu tersenyum, selalu bahagia dengan hidup sederhana mereka," ucap Cosme.

"Mereka membuktikan bahwa kamu tak butuh sepatu mahal untuk jadi pesepak bola hebat. Yang kamu butuhkan hanyalah cinta terhadap apa yang kamu lakukan."

Ia menutup dengan kalimat menyentuh: "Mereka berdua adalah makna dari kata 'rendah hati'. Mereka tak pernah lupa asal usul mereka, dan kenangan indah bersama mereka akan selalu hidup di sini."

Sumber: Liverpool Echo via Daily Star