5 Pemilik Klub Premier League, Terburuk dan Terbaik: Uang, Janji dan Prestasi

Protes syal hijau dan kuning terhadap keluarga Glazer, yang salah urus keuangannya membuat Manchester United terlilit utang lebih dari 650 juta pound, membuat Old Trafford menyerupai Carrow Road selama sebagian besar era pasca-Sir Alex Ferguson, dalam warna dan kondisi seperti rumah gubuk.

Ketika Sir Jim Ratcliffe dan konsorsiumnya tiba pada 2024, berjanji untuk menyelamatkan klub dari masalah-masalahnya, mereka justru mempercepat kemunduran.

Dalam 10 bulan pertama mengatasi masalah yang ditinggalkan oleh pemerintahan keluarga Glazer, MU menghabiskan jutaan dolar untuk memperpanjang kontrak Erik ten Hag, tetapi kemudian memecatnya tiga bulan setelah musim dimulai.

Mereka melakukan langkah serupa, termasuk merekrut direktur olahraga Dan Ashworth, menaikkan harga tiket, dan membuat marah para pendukung dengan PHK yang meluas, serta berpisah dengan duta klub Sir Alex Ferguson.

Meskipun ada perubahan-perubahan ini, belum ada kesuksesan nyata di lapangan, dengan klub mengalami finis terburuk di Premier League, dengan menempati peringkat ke-15, dan kalah di final Liga Europa dari Tottenham.

Penunjukan Ruben Amorim sebagai manajer awalnya dipandang menjanjikan, tetapi dia belum memberikan indikasi apa pun bahwa dia orang yang tepat untuk pekerjaan itu.

Masalah utama Grup ENIC adalah ketidakmampuan mereka untuk berkembang seiring waktu dan bersaing dengan rival yang terus berkembang pesat, terutama tetangga mereka, Arsenal.

Meski mencapai final Liga Champions dan bersaing ketat dengan tim-tim seperti Manchester City dalam perebutan gelar juara beberapa waktu lalu, mereka tampaknya tidak pernah memiliki dorongan yang diperlukan untuk membawa Tottenham ke periode kesuksesan yang berkelanjutan.

The Lilywhites akhirnya mengakhiri penantian panjang mereka untuk meraih trofi dengan meraih Liga Europa. Namun, bahkan trofi Eropa pun tidak menyelamatkan masa jabatan Levy dari kegagalan klub yang berada dalam "enam besar" tradisional.

Kurangnya investasi di bursa transfer musim panas, ditambah keputusan untuk memecat Ange Postecoglou setelah menepati janji tentang kesuksesan trofi, membuat mereka membutuhkan sosok pengganti, Thomas Frank, untuk meraih kesuksesan instan.

Namun, pelatih asal Denmark ini memiliki banyak pekerjaan yang harus diselesaikan, terutama setelah Daniel Levy meninggalkan klub sebagai ketua.

Meskipun demikian, ia masih memegang saham kepemilikan di klub tersebut karena ia memiliki 29,88% pemegang saham mayoritas, tetapi ia tidak akan lagi berperan aktif di Spurs.

Stan Kroenke telah menjalin hubungan yang penuh peristiwa dengan The Gunners, naik dari pemegang saham minoritas menjadi pemilik klub sejak keterlibatan pertamanya pada 2007.

Kroenke membeli jalannya menuju kepemilikan 100 persen melalui serangkaian pembelian, yang terbaru adalah merebut 27,11 persen saham klub dari Alisher Usmanov pada 2018, yang membuatnya mengambil alih lebih dari 90 persen saham, yang memaksa pembelian wajib atas sisanya.

Arsenal berjuang di tahun-tahun pertamanya sebagai pemilik, di lapangan, tetapi di bawah Mikel Arteta, mereka telah kembali ke Liga Champions dan nyaris kehilangan gelar Liga Premier dalam dua kesempatan.

Kroenke telah dikritik oleh para penggemar, dengan upaya Liga Super Eropa yang gagal pada tahun 2021 menjadi titik terendah utama bagi kepemilikan.

Tetapi dengan lebih dari £850 juta yang dihabiskan untuk pemain baru di bawah manajer saat ini, para penggemar setia The Gunners tidak bisa lagi mengatakan bahwa pemilik mereka tidak peduli.

Dia mungkin merenungkan mengapa staf perekrutannya butuh waktu lama untuk mendatangkan penyerang bagi Arteta, mengingat masalah mereka dalam mencetak gol, tetapi setidaknya hal itu kini telah terpenuhi.

Kepemilikan Chelsea berbentuk konsorsium, yang terdiri dari empat pihak, yang paling terkenal adalah Todd Boehly dan Clearlake Capital Group, yang semuanya tergabung dalam grup BlueCo.

The Blues telah berada di bawah naungan konsorsium itu sejak 2022 ketika klub dibeli dari pemilik sebelumnya, Roman Abramovich, setelah sanksi yang dijatuhkan pemerintah Inggris kepada Rusia menyusul invasi negara tersebut ke Ukraina.

Selama periode itu, kesuksesan klub sangat terbatas dibandingkan upaya-upaya sebelumnya, sementara menghabiskan lebih dari satu miliar poundsterling untuk transfer – yang merupakan tiga bursa transfer termahal sepanjang masa.

Namun, kebangkitan musim ini, The Blues finis di urutan keempat, lolos ke Liga Champions, dan meraih kemenangan di UEFA Conference League serta Piala Dunia Antarklub – menunjukkan uang pada akhirnya dapat membeli kebahagiaan.

Rezim Boehly bisa saja mengalami masa kejayaan jika Enzo Maresca terus menabur benih kesuksesan dengan mainan yang telah dibelikan orang-orang di atas untuknya.

Langkah selanjutnya tentu saja adalah perebutan gelar mengingat uang yang telah dikeluarkan.

Liverpool dimiliki oleh duo Amerika John W. Henry dan Tom Werner, yang merupakan bagian dari Fenway Sports Group, perusahaan induk yang bertanggung jawab.

Mereka telah memiliki klub tersebut sejak 2010, ketika mereka terpilih mengambil alih dari pemilik sebelumnya, George N. Gillett Jr. dan Tom Hicks, oleh dewan direksi.

Di bawah kepemilikan mereka, klub itu memenangkan Liga Champions pada tahun 2019, dan gelar Liga Primer pertamanya dalam 30 tahun hanya 12 bulan kemudian.

Meskipun demikian, kepemilikan itu telah menuai kritik, dengan insiden-insiden termasuk upaya FSG untuk mendaftarkan merek dagang nama 'Liverpool' pada 2019, upaya Liga Super Eropa pada 2021, dan kurangnya dukungan finansial yang dirasakan dibandingkan dengan para pesaing gelar Liverpool.

Namun, meskipun mungkin lebih pragmatis daripada yang lain, buktinya ada di lapangan, dan merekalah yang menjadi otak di balik penunjukan Michael Edwards, Jurgen Klopp, dan Arne Slot.

Kepindahan ke Slot memang sukses besar, yang membawanya meraih kejayaan di Premier League. Namun, yang lebih mengesankan lagi adalah keberhasilan tersebut tanpa pembangunan ulang yang signifikan di era pasca-Kopp.

Gelar juara yang telah mereka raih, memenangkan persaingan untuk Florian Wirtz, dan mengamankan Alexander Isak dengan rekor transfer Inggris, menunjukkan bahwa Henry dkk. serius.

Sumber: Give Me Sport