Matthijs de Ligt Kian Vital bagi MU dan Ruben Amorim

Sejak awal laga, de Ligt tampil disiplin menjalankan instruksi Amorim di posisi bek tengah kanan. Ia beberapa kali naik menekan, termasuk saat memotong umpan Pape Matar Sarr untuk merebut bola dari Richarlison di menit ke-20.

Usai turun minum, de Ligt kerap membantu serangan hingga sempat menyingkirkan Amad Diallo yang mencoba melakukan overlap di tepi kotak penalti.

Setelah Harry Maguire ditarik keluar karena cedera pada menit ke-72, de Ligt berpindah ke posisi bek tengah utama dan menunjukkan kepemimpinan di lini pertahanan. Ia bahkan terlihat kecewa karena gagal memblok sepenuhnya tembakan Mathys Tel yang menghasilkan gol penyeimbang 2–2 di menit ke-84.

Data sentuhannya menggambarkan betapa luas area yang ia jangkau di lapangan.

Hingga pekan ini, de Ligt menjadi satu-satunya pemain MU yang telah bermain selama 990 menit penuh di Premier League, delapan menit lebih banyak dari Bruno Fernandes.

Menariknya, meski memiliki pengalaman luas, pernah menjadi kapten Ajax di usia 18 tahun, bermain untuk Juventus dan Bayern Munchen, serta mengoleksi lebih dari 50 caps bersama Timnas Belanda, de Ligt tidak termasuk kelompok kepemimpinan yang dibentuk Amorim.

Posisi itu diisi oleh Fernandes, Maguire, Tom Heaton, Lisandro Martinez, Diogo Dalot, dan Noussair Mazraoui.

"Kami memilih pemain dengan gaya kepemimpinan yang berbeda. Ada yang memimpin lewat permainan di lapangan, ada juga yang aktif di luar lapangan dan di Carrington," ujar Amorim.

"Tapi, pada akhirnya, semua pemain harus jadi pemimpin dan saling membantu," imbuh pelatih asal Portugal itu.

De Ligt direkrut MU pada musim panas 2024 atas rekomendasi Erik ten Hag. Meski hubungan itu bisa memengaruhi masa depannya di bawah kepemimpinan baru, Amorim tetap memanfaatkan potensi sang bek dengan maksimal.

"Dia tampil sangat baik, agresif, bertahan dengan disiplin," kata Amorim.

"Dia sebenarnya punya kualitas distribusi bola lebih baik dari yang terlihat sekarang, tapi masih berhati-hati agar tak melakukan kesalahan. Itu hal cerdas. Saat tim mencapai level permainan terbaik, tiga bek kami akan jadi pengatur tempo sekaligus pengendali kualitas permainan," jelasnya.

Konsistensi de Ligt menjadi simbol kondisi MU saat ini: ada perkembangan, tetapi masih banyak yang harus dibenahi.

Setan Merah kembali gagal memanfaatkan peluang naik ke posisi dua klasemen sementara, setelah hanya meraih hasil imbang.

Sejak awal musim lalu, mereka baru menang lima kali dari 25 laga tandang di Premier League.

Amorim tampak frustrasi di pinggir lapangan. Ia melempar botol air saat Mathys Tel menyamakan kedudukan, lalu gelisah ketika Richarlison membawa Spurs berbalik unggul tujuh menit berselang.

Keputusannya menggunakan seluruh jatah pergantian pemain sebelum menit ke-86 juga menuai sorotan, terutama setelah Benjamin Sesko cedera dan membuat MU bermain dengan 10 orang di akhir laga.

Namun, Maguire dan Casemiro memang harus keluar karena masalah fisik, sementara Patrick Dorgu sudah mendapat kartu kuning.

Sesko hampir membawa MU unggul 2–0 lewat umpan brilian Mason Mount, tetapi memilih memotong ke dalam alih-alih menembak langsung. Kesempatan berikutnya juga gagal setelah ditekel Micky van de Ven, dan insiden itu justru membuat Sesko mengalami cedera lutut.

Meski begitu, pola serangan Setan Merah menunjukkan peningkatan koordinasi. Gol pembuka dari Bryan Mbeumo menjadi contoh nyata efektivitas sistem Amorim.

Dalam situasi itu, enam pemain MU berada di kotak penalti Spurs saat Mazraoui mengirim bola ke Cunha, lalu diteruskan ke Amad yang dengan tenang memberi ruang bagi Mbeumo menanduk bola ke gawang.

Menjelang akhir laga, Mbeumo juga menjadi pemain yang memicu sepak pojok dari sisi kiri yang berujung pada gol de Ligt, bukti bahwa karakter juang tim mulai tumbuh.

"Kami baru memulai proses ini," ujar Amorim seusai pertandingan.

"Hasil memang menunjukkan kami berkembang, tapi masih banyak yang harus diperbaiki. Laga ini seharusnya bisa kami menangkan," ucapnya.

Sumber: NYTimes