Sukses


3 Pebulutangkis Indonesia yang Berprestasi Fenomenal di Usia Muda

Bola.com, Jakarta - Indonesia dikenal sebagai salah satu raksasa bulutangkis dunia, bersama China, Korea Selatan, dan Malaysia. Negeri ini tak pernah kekurangan talenta berbakat. Segudang pebulutangkis hebat terus hadir dari masa ke masa.

Sebut saja Rudi Hartono yang mengoleksi delapan trofi All England, Lim Swie King yang memiliki skill luar bisa, Susi Susanti yang sulit dicari tandingannya, Taufik Hidayat yang punya sederet prestasi gemilang, hingga kini bermunculan pemain-pemain muda menjanjikan seperti Jonatan Christie, Ihsan Maulana Mustofa, dan Anthony Ginting.

Di antara deretan pebulutangkis hebat yang dimiliki Indonesia, ada beberapa yang istimewa. Mereka ini mampu berprestasi fenomenal di usia yang masih sangat muda. Siapa saja mereka?

Taufik Hidayat

Siapa tak mengenal Taufik Hidayat? Pria kelahiran 10 Agustus 1981 ini adalah salah satu tunggal putra terbaik yang pernah dimiliki Indonesia. Taufik dikenal sebagai pebulutangkis sarat talenta, dengan kelebihan backhand smash yang sulit ditandingi pemain lain. Kecepatan pukulan backhand-nya mencapai 206 km/jam, yang kerapkali membuat lawan mati kutu. 

Taufik HIdayat (AFP/Adek Berry)

Karier Taufik melesat bak meteor.   Dia telah mewakili Timnas Indonesia sejak berusia 15 tahun. Salah satu prestasi fenomenalnya adalah menembus final turnamen All England 1999 pada usia yang sangat muda, yaitu 17 tahun 7 bulan. Belum pernah ada pemain lain yang bisa menyamai torehan istimewa ini.

Sayangnya, dia gagal membawa pulang trofi juara setelah kalah dari Peter Gade di partai puncak. Pada tahun berikutnya dia juga kembali mencicipi final All England, tapi lagi-lagi gagal.

All England merupakan salah satu turnamen bergengsi yang gagal dimenangi pemain asal Jawa Barat ini. Namun, dia menebusnya dengan menjuarai Olimpiade 2004 di Athena. Setahun berselang dia juga menjadi juara dunia di Anaheim. Prestasi itu membuatnya menjadi pemain tunggal pertama yang mampu memenangi Olimpiade dan Kejuaraan Dunia sekaligus. Setelah itu barulah prestasi itu disamai oleh Lin Dan. 

Lalu, apa keistimewaan Taufik lainnya? Dia adalah pemain termuda yang mampu menempati ranking satu dunia, yaitu pada usia 17 tahun. Tak sembarangan pebulutangkis yang bisa merekot begitu cepat pada usia yang masih sangat muda. 

2 dari 3 halaman

1

Mia Audina

Sektor tunggal putri Indonesia pernah memiliki seorang pemain yang fenomenal, yaitu Mia Audina. Dia melesat ke pentas bulutangkis dunia pada usia yang masih sangat muda dan digadang-gadang sebagai penerus Susy Susanti. Namun, saat sedang berada di puncak penampilannya (berusia 20 tahun), Mia menikah dengan seorang penyanyi Gospel berkebangsaan Belanda, Tylio Arlo Lobman. Dia kemudian hijrah dan menjadi warga negara Belanda. 

Apa saja prestasi fenomenal Mia? Yang jelas pemain kelahiran 22 Agustus 1979 ini telah memperkuat tim Piala Uber Indonesia saat masih berusia 14 tahun! Skuat Piala Uber Indonesia saat itu diisi pemain-pemain seperti Susy Susanti, Yuliani Santosa, dan Meiluawati. 

Mia merupakan anggota tim Piala Uber termuda sepanjang sejarah. Bukan hanya berpartisipasi, pebulutangkis berjuluk Anak Ajaib ini juga menjadi penentu kemenangan Indonesia pada Piala Uber 1994 dan 1996.

Pada usia yang masih sangat muda pula, Mia berhasil mencicipi final Olimpiade. Dia menembus laga puncak di Olimpiade Atlanta saat berusia 17 tahun, serta menjadi tunggal putri termuda yang mampu meraih medali di ajang Olimpiade. Sayangnya, Mia takluk dari pemain Korea Selatan, Bang Soo-Hyun.

Ketika sudah berkebangsaan Belanda, Mia juga kembali menjejak partai final Olimpiade di Athena Yunani, pada 2004. Namun, lagi-lagi dia gagal. Mia takluk dari pemain putri China, Zhang Ning.  Pada tahun itu, Indonesia lah yang lagi-lagi bisa membawa pulang emas Olimpiade melalui Taufik Hidayat. 

3 dari 3 halaman

2

Susy Susanti

Bicara pemain putri terhebat yang pernah dimiliki Indonesia, tak ada nama yang bisa diapungkan selain Susy Susanti. Hingga saat ini, belum ada pebulutangkis putri Indonesia yang bisa menyaingi atau mendekati prestasi pemain asal Tasikmalaya ini.

Urusan mengukir prestasi di usia muda, Susy memang kalah dibanding Mia Audina. Susy baru mencicipi gelar juara Piala Uber saat berusia 23 tahun, sedangkan Mia saay berumur 14 tahun! Namun, pemain kelahiran 11 Februari 1971 sudah mencicipi semifinal Piala Uber sejak masih berusia 17 tahun.

Namun, di nomor individu, prestasi Susy sangat luar biasa. Dia enam kali menjadi juara dunia bulutangkis. Gelar pertama diraihnya pada 1989, saat masih berusia 18 tahun! Setahun berselang, istri Alan Budikusuma ini menambah gelarnya dengan merebut trofi All England. Total, Susy empat kali menjadi kampiun di turnamen bergengsi tersebut.

Pencapaian paling fenomenal dari Susy adalah saat menjuarai Olimpiade Barcelona pada 1992, saat masih berusia 21 tahun. Saat itu, Indonesia berhasil mengawinkan medali emas di nomor tunggal putra dan tunggal putri, melalui Susy dan Alan. Kedua pemain ini akhirnya menikah dan dikaruniai tiga anak.

Sepanjang kariernya yang gemilang, satu-satunya gelar yang gagal diraih Srikandi bulutangkis Indonesia ini adalah medali Asian Games. 

Video Populer

Foto Populer