Sukses


11 Skandal Terkelam dalam Sejarah Tinju Dunia

Bola.com, - Pentas tinju dunia kerap diwarnai kontroversi dan skandal. Bahkan, jumlahnya mungkin paling banyak dibandingkan cabang olahraga lain.

Tinju adalah bisnis yang berat. Olahraga ini dikenal kerap direcoki masalah kesepakatan bayaran yang tak tertangani dengan baik, hingga kemungkinan penggunaan berbagai metode untuk mencurangi lawan.

Bisnis tinju tak cocok untuk orang yang berhati lemah. Skandal terbesar tinju mayoritas biasanya muncul dari seseorang yang berusaha untuk terkenal atau untung dengan cara tak bermoral, baik saat di ring maupun di luar ring.

Inilah 11 skandal paling mengejutkan dan terburuk dalam sejarah tinju dunia, seperti dilansir Bleacher Report:

11. Muhammad Ali Kehilangan Lisensi Tinju Akibat Memprotes Perang Vietnam

Muhammad Ali adalah juara dunia kelas berat tak terkalahkan pada 1976. Kehebatan dia sangat diakui, mendulang banyak uang, dan terkenal. Namun, semua itu berubah sejak dia menolak mengikuti wajib militer Amerika Serikat untuk Perang Vietnam. Gara-gara penolakan itu, Ali ditahan polisi pada 28 April 1967.

Legenda tinju dunia, Muhammad Ali.

Penolakan itu juga berimbas dengan dicabutnya lisensi tinju Ali oleh The New York State Athletic Commission. Padahal saat itu Ali belum dijatuhi hukuman resmi oleh pengadilan. Komisi tinju lainnya kemudian juga ikut menjatuhi skorsing terhadap petinju yang awalnya bernama Classius Clay tersebut.

Selama tiga tahun dia tak diizinkan bertinju. Ali harus mencari nafkah dengan menjadi pembicara di berbagai kampus. Masa pengasingannya baru selesai pada 1970. Bisa dibilang tiga tahun masa terbaiknya sebagai petinju hilang sia-sia. Saat kembali ke ring, dia sudah hampir berusia 30 tahun.

10. Presiden IBF Robert Lee Terlibat Suap, Jual Ranking Petinju

Dalam tinju, ada empat badan tinju dunia, yaitu WBC, WBA, WBO, dan IBF. Nah, IBF (International Boxing Federation) adalah satu di antara badan tinju termuda, baru mulai beroperasi pada 1984.

Mantan Presiden Badan Tinju Dunia, Robert Lee. (cbsnews.com)

Pada masa-masa awal badan tersebut beroperasi, ranking dan titel juara di IBF hampir selalu dijualbelikan, dengan cara menyuap senilai 338.000 dollar AS. Ranking IBF petinju biasanya tergantung dengan prestasinya dalam divisi itu. Namun, untuk promotor bermodal besar seperti Don King, ranking petinjunya selalu bisa diatur.

Uang suap dari promotor besar digunakan untuk memastikan para petinju mereka bertahan di papan atas. Pola ini terus bertahan hampir selama 13 tahun. Semuanya terbongkar setelah pihak kepolisian melakukan investigasi. Presiden IBF saat itu, Robert Lee, ditahan bersama tiga pegawai IBF lainnya karena terlibat skandal pengaturan ranking itu.

Sebanyak 23 petinju dan 7 promotor, termasuk Don King dan Bob Arum, mengaku terlibat dalam kasus penyuapan ini. Pada akhirnya, Lee dinyatakan bersalah dan dipenjara selama 22 bulan serta membayar denda senilai 25.000 dollar AS.

2 dari 5 halaman

1

9. Shane Mosley Mengaku Gunakan Dopping

Shane Mosley memberikan testimoni di depan juri di depan juri federal bahwa pada 2003 dia menggunakan doping EPO pada pertarungannya yang kedua melawan Oscar de la Hoya. EPO dapat meningkatkan ketahanan atlet, memengaruhi performa saat pertarungan, kerap disebut “championship rounds."

Mosley memenangi pertarungan itu dengan keputusan tertutup. Dalam pernyataannya itu, Mosley memang menghindari program tes doping yang digelar Komisi Las Vegas, dan membohongi ribuan fans.

Mosley adalah seorang anggota masyarakat yang disegani. Skandal tersebut merusak citranya sebagai pria baik-baik.

8. Ali vs. Liston II: KO Ronde Pertama

Muhammad Ali vs Sonny Liston II adalah pertarungan ulang pada 1965. Liston sebelumnya menghadapi Ali dalam pertarungan enam ronde, yang berakhir ketika Liston keluar dari ring karena bahunya terluka. Banyak orang meyakini Liston menghentikan laga karena mengincar uang dari pertarungan kedua melawan Ali yang belum terkalahkan.

Ketika duel edisi kedua berlangsung, Ali mulai “menari” dan berhasil melancarkan berbagai pukulan ke tubuh Liston. Sang lawan pun terjatuh pada ronde pertama. Ali meneriaki Liston supaya bangkit. Tetapi wasit Jersey Joe Walcott menghentikan duel. Ali menang.

Beberapa orang, termasuk istri Liston, mempertanyakan validitas kekalahan Liston. Namun, keputusan tak berubah. Liston meninggal lima tahun kemudian, akibat overdosis heroin.

7. Mike Tyson Menggigit Telinga Holyfield

Mike Tyson vs Evander Holyfield pada 1996 jika dibandingkan dengan versi baru tinju setara dengan duel Floyd Mayweather kontra Manny Pacquiao. Pertarungan itu dimenangi Holyfield secara TKO pada ronde ke-11.

Mike Tyson saat menggigit telinga Evander Holyfield pada 1997. (Youtube)

Pertarungan ulang dilaksanakan pada 1997. Fans tinju dunia tentu tak mau melewatkan duel bergengsi ini. Namun, mereka menyadari Tyson bukan lagi petinju tangguh tak terkalahkan.

Pada ronde kedua Tyson-Holyfield II, Tyson mendapat pemotongan nilai karena menanduk Holyfield. Tyson memprotes karena merasa wasit tak melakukan apapun tentang tandukan Holyfield pada pertarungan pertama.

Pada ronde ketiga, Tyson makin liar. Dia menggigit telinga kanan Holyfield dan membuang sesuatu dari mulutnya ke lantai ring. Pertandingan sempat dihentikan, namun kemudian dilanjutkan meskipun Holyfield terluka. Tapi, Baddest Man on the Planet, julukan Tyson, malah kembali mengulangi aksi gigit kuping itu, kali ini giliran telinga kiri.

Wasit akhirnya mendiskualifikasi Tyson pada ronde ketiga. Otoritas Tinju Nevada menginvestigasi pertandingan dan Tyson didenda 3 juta dollar AS, serta diskorsing untuk sementara dari arena tinju.

3 dari 5 halaman

2

6. Bunuh Diri Edwin Valero

Edwin Valero adalah pemegang gelar juara dunia kelas bulu. Dia seperti binatang di ring, selalu meng-KO seluruh 27 lawannya. Bahkan 18 di antaranya di-KO pada ronde pertama.

Valero digadang-gadang bakal menuai ketenaran seperti Manny Pacquiao, terutama karena memiliki gaya unik. Namun, semuanya runtuh ketika dia ditangkap dengan tuduhan membunuh istrinya pada April 2010. 

Saat di penjara, Valero ditemukan tewas dengan menggantung diri menggunakan tali yang terbuat dari celananya. Sang juara dunia itu disebut tewas karena bunuh diri. Tapi, keluarga Valero di Venezuela tak yakin kematian Valero disebabkan bunuh diri. Mereka menduga polisi terlibat dalam kasus itu.

Presiden Venezuela, Hugo Chavez, menduga Valero dan istrinya dibunuh oleh “musuh negara”. Entah benar atau salah klaim tersebut, yang jelas faktanya tinju telah kehilangan seorang juara dunia.

5. Jake LaMotta Kalah demi Mafia

Pada 1974, Jake LaMotta adalah seorang petinju hebat yang mulai bersinar. Tapi, dia kemudian ingin lebih bersinar dan memilih merapat ke mafia.

Mafia tersebut mengendalikan tinju dan ingin LaMotta pura-pura kalah melawan Billy Fox. Dia dijanjikan uang senilai 20.000 dollar AS dan digaransi bakal mendapatkan titel saat melawan petinju Prancis, Marcel Cerdan.

Skenario itu benar-benar dijalani LaMotta. Dia kalah TKO pada ronde keempat. Sang mafia benar-benar menepati janjinya. Namun, LaMotta diselidiki oleh FBI setahun berselang.

4 dari 5 halaman

3

4. Pertarungan Brutal Emile Griffith Vs Benny Paret

Emile Griffith dan Benny "The Kid" Paret adalah rival di kelas welter dan menjalani duel pada 24 Maret 1962. Pertarungan tersebut disiarkan televisi secara nasional di ABC dan digelar di Madison Square Garden, New York. Duel berlangsung kompetitif, hingga ronde ke-12 ketika Griffith menganvaskan Parent.

Griffith memukul Paret sebanyak 20 kali dalam waktu 6 detik, yang membuat sang rival tak sadarkan diri. Petinju asal Kuba itu dinyatakan mengalami koma sebelum meninggal dunia.

Sebagai imbasnya, sejumlah televisi menghentikan siaran langsung tinju hingga era Ali-Frazier pada 1970-an. Kisah Griffith dan Paret kemudian dibuat menjadi dokumenter luar biasa berjudul Ring of Fire. Kejadian itu juga memicu perubahan aturan dalam pertarungan. Wasit menjadi semakin sadar terhadap keselamatan petinju. 

3. Sarung Tinju Ilegal Luis Resto

Petinju Billy Collins Jr mengantongi rekor tak terkalahkan (14-0, 11 KO) saat meladeni Luis Resto yang mengoleksi 20 kemenangan, 8 kali seri, dan 2 kali kalah sepanjang kariernya.

Sebelum pertarungan yang digelar pada 16 Juni 1983 tersebut, Resto bisa dibilang seorang petinju amatir biasa. Pertarungannya melawan Collins adalah merupakan salah satu karier profesionalnya.

Resto berhasil memenangi pertarungan itu. Kondisi Collins sangat parah, matanya terluka, serta kulitnya memar parah berwarna biru dan ungu. Iris matanya robek dan penglihatan dia menjadi rusak selamanya. Collins tak lagi bisa bertarung. 

Seusai pertarungan ayah dan pelatih Collins mendekati Resto untuk bersalaman. Namun, mereka mendapati keanehan pada sarung tinju Resto. Mereka menuntut sarung tinju itu disita.  Ternyata, pelatih Resto mengeluarkan busa dari sarung tinju dan menambahkan pemberat ilegal ke dalamnya,  

Sarung tangan tinju itu akhirnya disita oleh State Athletic Commission. Luis Resto dan pelatihnya diskorsing seumur hidup dari dunia olahraga dan dijatuhi hukuman penjara.

Gara-gara kejadian itu, Collins mulai sering mabuk-mabukan dan menjadi berandal dalam hidupnya. Hidup Collins berakhir tragis. Dia memilih mengakhiri hidupnya pada 1984, atau tepatnya saat berusia 22 tahun.

5 dari 5 halaman

4

2. Carlos Monzon Membunuh Istinya

Carlos Monzon bisa dibilang sebagai petinju kelas menengah terbaik sepanjang masa yang pernah dimiliki Argentina. Pada 1977, Monzon pensiun dan berharap bisa menepi dari ingar bingar pemberitaan pers.

Namun, keinginannya tak pernah terwujud. Selama berkarier sebagai petinju, Monzon dikenal hidup glamor dan penuh kekerasan sehingga jadi perhatian media. Dia kerap berkeliling seluruh Amerika Latin dan Eropa bersama model Argentina dan Italia serta para aktris.

Semua kekacauan itu mencapai puncaknya ketika dia diseret ke pengadilan dengan tuduhan membunuh istrinya pada 1989. Dia kemudian dijatuhi hukuman 11 tahun penjara.

Pada 1995, Monzon mendapat izin mengunjungi keluarganya pada akhir pekan. Namun, di tengah jalan mobilnya kecelakaan dan dia tewas.

1. Kematian Duk Koo Kim

Pada 13 November 1982, Ray "Boom Boom" Mancini bertarung dengan Duk Koo Kim untuk mempertahankan gelar kelas ringan WBA.

Mancini adalah seorang petinju berpengalaman. Sebaliknya Duk Koo Kim belum pernah bertinju 15 ronde. Pertarungan pun berlangsung sangat brutal, terutama bagi Kim. Mendapat berbagai pukulan dari sang pemegang sabuk juara membuatnya kewalahan.

Pada awal ronde ke-14, Mancini menganvaskan Kim dengan menggunakan pukulan tangan kanan dan mengenai kepalanya. Kim sebenarnya mampu bangkit, namun wasit menghentikan pertandingan itu. Beberapa lama kemudian, Kim terjatuh dan mengalami koma. Dia pun langsung dilarikan ke rumah sakit.

Empat hari berselang, petinju asal Korea itu meninggal akibat luka otak. Sejak peristiwa itu, Ray Mancini tak lagi bisa bertarung seagresif sebelumnya. Dia juga menyalahkan dirinya sendiri atas kematian Kim.

Setelah itu, badan tinju dunia memangkas pertandingan dari 15 ronde menjadi 12 ronde pada akhir era 1980-an. Hal itu dilakukan supaya olahraga itu menjadi lebih aman.

 

Video Populer

Foto Populer