Sukses


5 Kombinasi Rekan Setim Terburuk dalam Sejarah F1

Bola.com, Jakarta - Mercedes sedang dibuat pusing tujuh keliling gara-gara tingkah kedua pebalap mereka, Lewis Hamilton dan Nico Rosberg. Dalam lima balapan terakhir, keduanya tiga kali terlibat kontak dan crash, yang berujung kerugian besar bagi tim.

Gara-gara insiden antara kedua pebalap, Mercedes banyak kehilangan poin penting, meski Hamilton dan Rosberg tetap super superior di klasemen sementara pebalap. Rosberg masih berdiri di puncak klasemen, sedangkan Hamilton berada di urutan kedua. 

Kesabaran Mercedes mulai habis ketika mereka kembali terlibat insiden pada F1 GP Austria, Minggu (3/7/2016). Bahkan, Mercedes sampai memberi peringatan terakhir kepada mereka. Jika mengulangi kesalahan serupa, mereka bakal dijatuhi sanksi dari sisi sport maupun finansial. Hamilton dan Rosberg mengaku bisa menerima aturan tersebut.

Namun, gesekan antar rekan setim di F1 bukan baru kali ini terjadi. Banyak kasus yang lebih buruk dibanding gesekan Hamilton dan Rosberg. Jadi, kombinasi rekan setim mana yang buruk?

Berikut ini 5 kombinasi rekan setim terburuk dalam sejarah F1:  

1. Ayrton Senna dan Alain Prost

Menduetkan Ayrton Senna dan Alain Prost sebenarnya sangat menjanjikan jika dilihat dari talenta kedua pemain. Mereka menikmati sukses bersama McLaren pada 1988 dan 1989, masing-masing meraih satu titel. Namun, tensi di dalam tim selalu tinggi. Persaingan panas terus terjadi hampir di setiap balapan. 

Rivalitas mereka mencapai puncaknya pada GP Jepang 1989, ketika keduanya bertabrakan. Senna bisa melanjutkan balapan dan menjadi juara, namun kemudian didiskualifikasi karena menggunakan jalur darurat. Senna merasa mendapat perlakukan tak adil, karena Prost akhirnya yang sukses menjadi juara dunia musim itu. Persaingan ketat kedua pebalap tetap berlanjut meskipun Prost hengkang pada akhir musim tersebut. 

2 dari 3 halaman

1

2. Pierre-Henri Raphanel dan Gregor Foitek

Rial merupakan salah satu tim di F1 pada akhir 1980-an yang jarang terkualifikasi untuk balapan. Saat bisa lolos, mobil mereka biasanya rusak dan tak mampu merampungkan balapan. Pebalap mereka berganti secara reguler, dengan kombinasi terburuk adalah duet Raphanek dan Foitek pada GP Spanyol 1989. 

Raphanel gagal terkualifikasi pada 16 dari 17 balapan yang diikutinya. Di Spanyol, dia melebihi 5 detik dari batas kecepatan untuk lolos balapan. Tapi itu masih lebih cepat 3 detik dibanding catatan waktu Foitek. 

3. Fernando Alonso dan Lewis Hamilton

Di atas kertas, ini adalah line-up yang sempurna untuk McLaren pada musim 2007. Alonso adalah pengoleksi dua gelar juara dunia dan Hamilton rookie yang sangat menjanjikan. Apa yang salah? Saat Hamilton membuktikan cukup kuat untuk menyaingi Alonso dan menjadi kandidat juara dunia, hubungan mereka memburuk. 

Alonso kehilangan banyak fan, terutama ketika dia menghalangi rekan setimnya tersebut di GP Hungaria supaya tak mengalahkannya dalam perebutan pole position. Alonso akhirnya hengkang pada akhir musim. Untungnya, hubungan keduanya kini sudah normal kembali. 

3 dari 3 halaman

1

4. Giovanni Lavaggi dan Andrea Montermini

Pacific mendulang kesuksesan di kategori balapan lain, tapi benar-benar gagal total ketika berkiprah di ajang F1. Tim tersebut gagal terkualifikasi ke balapan sebanyak 25 kali pada musim 1994. Tapi, kondisi membaik pada musim berikutnya. Lavaggi dan Montermini menjadi rekan setim untuk empat balapan di pertengahan musim 1995. 

Lavaggi digambarkan sebagai pebalap yang sangat lamban dan sangat kesulitan saat membalap untuk Pasific, selalu gagal finis. Namun, dia menikmati lebih banyak kesuksesan di sportscars. Montermini terus berganti tim kecil pada pertengahan 1990-an, tapi tetap gagal tampil mengesankan. 

5. Ricardo Rosset dan Vincenzo Sospiri

Membalap untuk salah satu tim terburuk di F1 (Mastercard Lola), Rosset dan Sospiri benar-benar sangat tak beruntung. Kedua pebalap membukukan catatan waktu lebih lamban dibanding batas untuk terkualifikasi ikut balapan. Mobil Mastercard Lola memang sangat lamban, tapi pemilihan pebalap juga tak banyak membantu. 

Rosset tampil menjanjikan pada kategori junior, tapi mengalami musim yang buruk di Footwork pada 1996 dan Tyrell pada 1998. Dia membawa banyak sponsor, tapi tak penampilannya tak pernah sesuai ekspektasi. Sospiri mengalahkan Rosset pada ajang Formula 3000 di tahun 1995, tapi tak pernah bisa bersinar di F1. Dia kemudian memilih berkiprah di ajang Indycar dan Sportcar. 

 

 

Video Populer

Foto Populer