Sukses


6 Pebulutangkis Tunggal Putri Hebat Dunia, Termasuk Susy Susanti

Bola.com, Jakarta - Prestasi Indonesia pada sektor tunggal putri bulutangkis dunia kini terbilang merosot tajam. Saat ini, tak ada pemain Indonesia yang mampu bicara banyak di kancah internasional, seperti Susy Susanti

Fakta ini memang sangat jauh berbeda saat Indonesia masih memiliki Susy dan Mia Audina. Dua pemain ini selalu menjadi andalan Merah Putih untuk mengharumkan nama bangsa di beberapa turnamen luar negeri.

Prestasi mentereng yang dimiliki membuat keduanya layak disebut legenda. Bahkan, tak sedikit yang menyebut Susy dan Mia termasuk dalam daftar pemain terbaik tunggal putri dalam sejarah bulutangkis.

China adalah gudangnya pemain tunggal putri berkelas. Mereka punya pemain sehebat Zhang Ning, satu-satunya pemain tunggal putri yang merebut dua medali emas Olimpiade.

Sekarang ada Li Xuerui. Pemain muda potensial yang sudah memiliki prestasi segudang, salah satunya medali emas Olimpiade.

Korea dan Spanyol juga memiliki pemain tunggal putri hebat sepanjang sejarah bulutangkis. Siapa saja mereka? Berikut enam pemain tunggal putri terbaik sepanjang sejarah bulutangkis yang berhasil dirangkum Bola.com dari berbagai sumber:

2 dari 7 halaman

Zhang Ning

1. Zhang Ning (China)

Zhang Ning lahir di Jinzhou, Liaoning, China, 19 Mei 1975. Dia termasuk pemain tunggal putri tersukses dalam sejarah bulutangkis.

Dia menjadi satu-satunya pemain tunggal putri yang merebut dua medali emas Olimpiade. Hebatnya lagi, Zhang Ning mampu melakukannya secara beruntun, yaitu pada Olimpiade 2004 dan 2008.

Selain itu, dia juga pernah merebut gelar juara dunia bulutangkis di Birmingham pada 2003. Pemain yang memiliki postur 175 cm ini mengalahkan kompatriotnya, Gong Ruina, di final dengan skor 11-6 dan 11-3.

Di tim nasional, prestasinya juga terbilang mentereng. Dia sukses membawa China menjadi yang terbaik pada Piala Uber 2006.

Saat aktif bermain, Zhang Ning dikenal dengan pukulan yang konsisten. Dia juga kerap melakukan tipuan dan memiliki kecepatan.

3 dari 7 halaman

Susy Susanti

2. Susy Susanti

Susy Susanti merupakan pemain tunggal putri terbaik Indonesia. Dia satu-satunya pemain putri Merah Putih yang pernah mendapatkan medali emas Olimpiade.

Susy merebut medali emas itu pada tahun 1992. Ketika itu, dia sukses mengalahkan Bang Soo-hyun dari Korea Selatan, pada babak final dengan skor 5-11, 11-5, dan 11-3.

Sayang empat tahun kemudian, dia gagal mengulang sukses itu. Susy terhenti di semifinal setelah kalah dari Bang Soo-hyun dengan skor 9-11 dan 8-11. Namun, dia mampu menggondol medali perunggu setelah menang atas Kim Ji-hyun dalam perebutan tempat ketiga. Dia menang 11-4 dan 11-1.

Tak hanya di Olimpiade, sinar pemain kelahiran Tasikmalaya, 11 Februari 1971, ini juga terlihat di ajang All England. Susy tercatat empat kali merasakan gelar juara All England, yaitu pada tahun 1990, 1991, 1993, dan 1994.

Prestasi Susy lainnya adalah menjadi juara dunia bulutangkis pada 1993. Dia juga pernah memenangi Piala Dunia Bulutangkis sebanyak lima kali (1989, 1993, 1994, 1996, dan 1997).

Di level superseries, pencapaian wanita yang bernama lengkap Lucia Francisca Susy Susanti ini juga terbilang sangat mentereng. Dia sudah mengoleksi lima gelar juara Indonesia Open dan 3 trofi Jepang Terbuka.

4 dari 7 halaman

Li Xuerui

3. Li Xuerui (China)

Li Xuerui saat ini merupakan pemain nomor tiga BWF. Namun, dia pernah merasakan status sebagai pemain nomor satu dunia.

Status yang memang layak disandang jika melihat prestasinya. Sejumlah gelar sudah pernah disandang pemain kelahiran Chongqing, China, 24 Januari 1991, tersebut.

Salah satu yang membanggakan jelas medali emas Olimpiade London 2012. Ketika itu, Li Xuerui mengalahkan rekan senegaranya, Wang Yihan, lewat pertarungan tiga gim, 21-15, 21-23, dan 21-17.

Selain itu, dia sudah memenangi 9 gelar turnamen superseries premier. Di antaranya All England dan Indonesia Open. Sementara di kelas Super Series, dia mengantongi tiga gelar, yaitu India Terbuka, Hong Kong Terbuka, dan Jepang Terbuka.

Hanya satu gelar yang belum mampu dia raih hingga saat ini, yaitu gelar juara dunia. Dalam dua kesempatan, pemain berusia 25 tahun ini selalu gagal di final.

Pertama dari Ratchanok Intanon pada 2013. Ketika itu dia menyerah dengan skor 20-22, 21-18, dan 14-21. Lalu satu tahun berikutnya dia kalah dari Carolina Marin, dari Spanyol, dengan skor 21-17, 17-21, dan 18-21.

Saat ini, Li Xuerui masih aktif bermain. Bukan tak mungkin sebelum pensiun dia bisa melengkapi prestasinya dengan gelar juara dunia bulutangkis.

5 dari 7 halaman

Bang Soo-hyun

4. Bang Soo-hyun (Korea Selatan)

Bang Soo-hyun menjadi satu-satunya tunggal putri Korea Selatan yang mampu merebut medali emas Olimpiade. Dia melakukannya pada Olimpiade Atlanta 1996 dengan mengalahkan Mia Audina, pemain andalan Indonesia. Ketika itu dia menang dengan skor 11-6 dan 11-7.

Selain medali emas Olimpiade, Bang juga pernah menjadi juara pada ajang All England. Dia merebut titel itu ketika mengalahkan pemain andalan China, Ye Zhaoying, di final dengan skor 11-1 dan 11-1, pada tahun 1996.

Sayangnya dia tak pernah mewujudkan mimpi menjadi juara dunia bulutangkis. Pada tahun 1993, dia memiliki kesempatan untuk merebut gelar tersebut. Namun di final Bang harus mengakui kehebatan pemain Indonesia, Susi Susanti, dengan skor 11-7, 9-11, dan 3-11.

Semasa jadi pemain, Bang memang dikenal sebagai salah satu tunggal putri yang layak diwaspadai. Dia menjadi rival abadi dari Mia Audina, Susi Susanti, dan andalan China saat itu, Ye Zhaoying.

6 dari 7 halaman

Mia Audina

5. Mia Audina

Saat era 1990-an, Indonesia tak hanya mengandalkan Susy Susanti pada nomor tunggal putri. Masih ada nama Mia Audina, pemain yang tak kalah hebatnya.

Memang dia tak bisa seperti Susy yang mampu menyumbang medali emas Olimpiade untuk Merah Putih. Namun, capaian dua medali perak event empat tahunan itu jelas membuktikan kualitas Mia tak perlu diragukan lagi.

Hebatnya lagi, dia sudah mewakili Indonesia pada ajang Piala Uber saat masih berusia 14 tahun! Itu menjadi salah satu bukti betapa hebatnya Mia sewaktu masih aktif bermain.

Memang prestasi Mia tak sementereng Susy. Namun, koleksi gelar yang dimiliki wanita kelahiran Jakarta, 22 Agustus 1979, ini juga tak sedikit.

Dia pernah dua kali menjadi juara Jepang Terbuka (1997 dan 2004), Taiwan Terbuka (2000 dan 2003), dan Belanda Terbuka (2001 dan 2002). Mia juga pernah menyicipi gelar Indonesia Open pada tahun 1998, Amerika Terbuka 1996, Singapura Terbuka 1997, dan Korea Terbuka 2003.

Prestasi itu diraih Mia sebagai pemain Indonesia dan juga Belanda. Ya, seperti diketahui, pada tahun 1998 dia memutuskan pindah ke Belanda untuk mengikuti suaminya. Setelah itu, dia memutuskan untuk pindah kewarganegaraan Belanda.

7 dari 7 halaman

Carolina Marin

6. Carolina Marin

Spanyol sebelumnya tak pernah dikenal sebagai negara bulutangkis. Namun, semuanya berubah saat Carolina Marin muncul.

Awalnya Marin hanya berkiprah di level International Challenge. Selain itu, dia juga hanya mampu menjadi juara di ajang Eropa.

Kejutan mucul ketika dia menjadi juara Eropa pada tahun 2014. Dia mengalahkan Anna Thea Madsen dari Denmark, dengan skor 21-9, 14-21, dan 21-8.

Pemain kelahiran Huelva, Spanyol, ini kembali membuat kejutan pada kejuaraan dunia bulutangkis pada 31 Agustus 2014. Di luar dugaan dia mengalahkan pebulutangkis nomor satu dunia, Li Xuerui, pada partai final degan skor 17-21, 21-17, dan 21-18.

Setelah itu, langkah Marin seperti tak terbendung. Pemain berusia 23 tahun itu terus meraih gelar bergengsi dengan mengalahkan pemain top dunia seperti Saina Nehwal, Wang Shixian, dan Nozomi Okuhara.

Gelar All England 2015 sukses dia raih. Dia juga mampu mempertahankan gelar juara dunia pada tahun itu.

Pada tahun 2016, karier Marin bisa dibilang berada di puncak. Dia mampu menjadi pemain Spanyol pertama yang meraih medali emas Olimpiade. Pemain yang pernah menimba ilmu di Pelatnas Cipayung itu merebut medali emas setelah mengalahkan P.V. Sindhu pada partai final Olimpiade Rio de Janeiro 2016 dengan skor 19-21, 21-12, dan 21-15.

Video Populer

Foto Populer