Sukses


Cerita Bisnis Desain Grafis Tetap Cuan di Masa Pandemi COVID-19

Bola.com, Jakarta - Pandemi COVID-19 membuat semua aspek kehidupan terguncang baik pendidikan, sosial, pariwisata, kesehatan maupun ekonomi. Masyarakat mau tak mau harus memutar otak lebih keras agar bisa bertahan selama pandemi berlangsung.

Selama pandemi COVID-19, bisnis dalam berbagai skala menjadi lesu, mendapat pukulan hebat. Pendapatan berkurang drastis mengingat daya beli atau permintaan yang menurun. Apalagi bagi sebagian bisnis yang baru saja berdiri dengan modal terbatas.

Kondisi serupa dialami Ruhamahani Fathu Rahmat atau biasa disapa dengan Hanif.

Pria berusia 26 tahun asal Murangan, Sleman, ini menekuni bisnis di bidang kreatif berupa desain grafis dan notebook. Bisnis yang ia rintis sejak 2018 ini ia diberi nama Bukunotes atau BN.

"Awal mula kerjaan ini bermula dari permintaan notebook untuk event dan seminar di kampus." kata Hanif, saat ditemui Bola.com di rumahnya di Murangan, yang juga menjadi lokasi bisnisnya, belum lama ini.

Pada 2019, Hanif mulai berkonsentrasi pada industri kreatif, seperti desain cover buku, dan dipasarkan melalui media sosial Instagram dan e-commerce ternama di Indonesia.

Omset yang didapat mahasiswa Pendidikan IPS, Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) ini tak kecil. Pada Desember 2019, ia mampu meraih omzet hingga Rp49 juta.

2 dari 4 halaman

Tiga Bulan Awal Pandemi Omset Turun

Kala pandemi COVID-19 mulai menyebar di Indonesia pada 2020, bisnis Hanif mulai merasakan dampaknya. Omzet bisnis pria yang masih lajang ini mengalami penurunan.

"Tiga bulan awal 2020, omzet memang turun. Itu wajar setelah promo besar-besaran di akhir tahun," ucap Hanif.

Namun, Hanif dan bisnisnya makin sulit berkelit dari dampak COVID-19. Masa paling sulit dialami pada Juni, Juli, Agustus 2020.

Padahal, berkaca dari kebiasaan yang sudah-sudah, pada periode itu merupakan masa meraup untung lantaran biasanya banyak event, seperti seminar, wisuda hingga pelatihan-pelatihan.

Namun, event-event tersebut urung terlaksana akibat pandemi COVID-19, yang memaksa segala aktivitas dilakukan di rumah untuk mengurangi penyebaran virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19.

Hanif pun gagal mendapat omzet maksimal. Justru, dia merasakan persaingan online makin ketat.

"Juni, Juli, Agustus, masih ada pendapatan. Namun, tidak seramai tahun lalu. Tambah lagi, persaingan bisnis secara online makin bertambah karena banyak toko pindah jualan secara online," jelas Hanif.

3 dari 4 halaman

Inovasi Produk dan Pelayanan

Tak ingin tergerus, Hanif putar otak dan melakukan inovasi lebih demi memasarkan produknya. Mulai pemasangan iklan, pelayanan pelanggan, hingga penambahan jenis produk atau layanan.

"Tiga bulan itu kami berbanyak produk dan gencar memasang iklan. Apalagi di salah satu situs e-commerce ada penawaran khusus untuk pasang iklan. Durasi untuk balas chat ditambah, jika biasanya hingga jam empat sore, sekarang hingga maksimal 10 malam," ungkapnya.

"Sementara untuk penambahan produk, ada tambahan kartu ucapan dan pembungkusan kado," imbuhnya.

Hanif menyadari, untuk memajukan usahanya, ia harus berani mengambil risiko. Di saat banyak usaha lain harus mengurangi sumber daya manusia dengan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK), Hanif justru merekrut karyawan untuk membantunya.

Jika semula hanya satu karyawan, bertambah satu lagi untuk urusan packing. Karyawan Hanif berasal dari lingkungan sekitar dan masih berusia muda. 

"Dua karyawan itu tetangga saya. Dua-duanya berumur sekitar 22-23 tahun. Untuk pendidikan, ada yang tak tamat SD dan satunya lulusan SMP," jelas Hanif.

Bagi Hanif, keterbatasan urusan pendidikan formal itu tak begitu memengaruhinya karena ia lebih menekankan pada karakter dan perilaku orang-orang yang membantunya menjalankan usahanya.

4 dari 4 halaman

Omzet Mulai Naik

Jargon 'hasil tak akan mengkhianati usaha' sepertinya pas untuk menggambarkan keteguhan Hanif. Omzet bisnisnya perlahan-lahan kembali tumbuh di masa pandemi COVID-19 ini.

Jika pada Juni, Juli, Agustus berada di kisaran Rp21-25 juta, mulai September 2020, omzet yang diraih berada di kisaran Rp35 juta.

Hanif mengungkap, keberadaan para dropshipper dan pelatihan online yang mulai ramai membawa dampak besar bagi bisnis kreatif yang ditekuninya.

"Bulan September, mulai banyak permintaan masuk. Mulai dropshipper hingga event pelatihan online," ucapnya.

Hanif pun optimistis menyambut masa depan. Kendati, pandemi COVID-19 belum mereda, pria bungsu dari dua bersaudara ini senantiasa memupuk keyakinan usaha yang ditekuninya bisa terus berkembang.

Mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi ini menolak menyerah untuk tetap bertahan di tengah pandemi yang membuat situasi menjadi serbasulit.

"Semoga pandemi segera berlalu, kehidupan bisa berjalan seperti semula, dan bisnis kembali menggeliat," harapnya.

Video Populer

Foto Populer