Sukses


Ciri-Ciri Buku Pengayaan yang Perlu Diketahui dan Dipahami

Bola.com, Jakarta - Buku pengayaan (nonfiksi) adalah buku penunjang buku utama yang digunakan oleh siswa. Buku pengayaan penting untuk menambah wawasan para pembacanya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring, pengayaan adalah proses, cara, perbuatan mengayakan, memperkaya, memperbanyak (tentang pengetahuan dan sebagainya).

Buku pengayaan yang baik adalah buku pengayaan yang betul-betul menunjang buku teks yang digunakan di sekolah. Untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan memperluas wawasan harus sering membaca buku-buku pengayaan.

Di sisi lain, buku pengayaan memiliki memiliki ciri khas tersendiri. Ciri tersebut yang membedakannya dengan buku utama maupun buku sumber pengetahuan bentuk lainnya.

Berikut ini rangkuman tentang ciri-ciri buku pengayaan yang perlu diketahui, seperti dilansir dari gerbangkurikulum.sma.kemdikbud.go.id, Rabu (24/11/2021).

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 6 halaman

Ditulis Menggunakan Bahasa Formal

Ciri paling menonjol dari buku nonfiksi terletak dari penyampaiannya. Dari segi penulisannya, buku nonfiksi disampaikan menggunakan bahasa formal.

Jadi, isi dalam buku nonfiksi harus sesuai kaidah bahasa yang baik dan benar. Meski, ada beberapa buku nonfiksi yang ditulis menggunakan bahasa yang lebih santai, tetap menggunakan bahasa yang pas.

Hal tersebut tetap diperbolehkan. Meskipun, setiap penerbit memiliki kategori berbeda-beda. Ada penerbit buku yang menerima buku yang menggunakan bahasa baku dan ide yang baru.

Ada juga penerbit yang menerima buku nonfiksi yang mengunakan bahasa sesuai karakter penulis. Namun, dari segi penyampaian tetap menggunakan ejaan yang baik dan benar. Jadi kembali lagi, tergantung dari masing-masing kebijakan penerbit.

3 dari 6 halaman

Menggunakan Metode Penulisan Denotatif

Adapun yang dimaksud bahasa denotatif ialah menggunakan makna sebenarnya. Jadi, penulis menyampaikan apa yang ingin disampaikan secara lengkap, to the point dan tegas.

Berbeda dengan kategori buku fiksi, yang penyampaiannya menggunakan bahasa tidak sebenarnya atau kiasan. Alasan buku nonfiksi menggunakan bahasa demotatif karena tujuan penulis memberikan informasi kembaca pembaca.

Jadi, informasi yang diberikan tidak berbelit-belit dan bisa membuat para pembacanya justru menjadi bingung.

4 dari 6 halaman

Faktual/Fakta

Isi buku dalam buku nonfiksi yang disampaikan bersifat faktual sehingga pembaca langsung memperoleh manfaat dari informasi yang disampaikan.

Selain itu, isi dalam buku nonfiksi bersifat fakta. Kategori buku nonfiksi ada banyak jenis, di antarannya ada jenis buku ajar, motivasi, dan buku referensi.

Dari beberapa jenis buku tersebut, kesemuanya memiliki karakteristik berbeda, dan memiliki satu esensi yang sama, yaitu buku imajinatif tanpa sumber.

5 dari 6 halaman

Berbentuk Tulisan Ilmiah Popular

Ciri-ciri buku nonfiksi yang keempat ialah dapat disampaikan dengan gaya penulisan ilmiah popular. Jadi, tulisan dalam buku nonfiksi tidak kaku dan itu-itu saja.

Beberapa bentuk tulisan ilmiah popular, antara lain artikel, skripsi, laporan, makalah, dan tesis. Dikatakan tulisan ilmiah popular karena disampaikan dengan bahasa yang sesuai dengan pasar dan data.

Data yang diambil tersebut berdasarkan kajian, daftar pustaka, dan sumber referensi yang diacu. Sumber referensi yang digunakan bukan berarti langsung diambil dan ditulis ulang begitu saja melainkan dipahami terlebih dahulu dan kemudian disampaikan menggunakan bahasa sendiri.

Adapun cara yang lebih baik dapat dilakukan dengan mengkombinasi ide dari sumber referensi dengan ide yang dimiliki penulis.

6 dari 6 halaman

Menyajikan Temuan Baru atau Penyempurnaan yang Sudah Ada

Ciri-ciri buku nonfiksi ditulis oleh sang penulis karena bertujuan untuk menyempurnakan ide dari penulis/ulasan naskah yang terlebih dahulu.

Maka itu, bagi penulis yang menulis tema yang sama, dengan isi yang sama dengan bahasa yang berbeda sering ditolak oleh penerbit besar.

Penerbit-penerbit besar akan mencari sesuatu yang menarik dan yang berbeda. Jadi, tulislah buku yang memiliki selling point lebih agar naskah buku yang ditulis dilirik oleh penerbit. Pastikan, ide buku tersebut asli.

 

Sumber: Kemdikbud

Video Populer

Foto Populer