Sukses


Makna Pawai Ogoh-Ogoh dalam Perayaan Hari Raya Nyepi

Bola.com, Jakarta - Nyepi merupakan perayaan tahun baru Saka bagi umat Hindu di Indonesia, khususnya di Bali. Sesuai namanya, Hari Raya Nyepi identik dengan hari yang penuh kesunyian. Secara internasional, perayaan ini dikenal dengan sebutan Day of Silence.

Tak heran Hari Raya Nyepi menjadi momen yang paling dinantikan umat Hindu untuk merenungkan diri agar membuat jiwa kembali bersih dan suci. Perayaan Hari Raya Nyepi juga bisa menjadi cara introspeksi diri bagi umat Hindu.

Hari Raya Nyepi atau Tahun Baru Saka begitu lekat dengan keberadaan ogoh-ogoh. Ogoh-ogoh diambil dari bahasa Bali, "ogah-ogah", yang artinya sesuatu yang digoyang-goyangkan.

Ogoh-ogoh adalah boneka raksasa yang merupakan manifestasi Bhutakala. Dalam ajaran Hindu Dharma, Bhutakala adalah kekuatan Bhu atau alam semesta dan Kala (waktu) yang tak terukur dan tak terbantahkan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring, ogoh-ogoh adalah patung yang terbuat dari bambu, kertas, dan sebagainya berbentuk raksasa dan lain-lain yang diarak keliling desa pada hari tertentu (biasanya sehari menjelang Nyepi).

Ogoh-ogoh dalam perayaan Hari Raya Nyepi ternyata memiliki makna tertentu. Apa makna ogoh-ogoh tersebut?

Berikut ini rangkuman tentang makna ogoh-ogoh dalam perayaan Hari Raya Nyepi, seperti dilansir dari laman prokomsetda.bulelengkab.go.id, Rabu (2/3/2022). 

2 dari 4 halaman

Makna yang Terkandung dalam Pawai Ogoh-Ogoh

Cendekiawan Hindu dharma mengambil kesimpulan bahwa proses perayaan ogoh-ogoh melambangkan keinsyafan manusia akan kekuatan alam semesta, dan waktu yang maha dahsyat.

Kekuatan tersebut meliputi kekuatan Bhuana Agung (alam raya) dan Bhuana Alit (diri manusia). Dalam pandangan Tattwa (filsafat), kekuatan ini dapat mengantarkan makhluk hidup, khususnya manusia dan seluruh dunia menuju kebahagiaan atau kehancuran.

Kedua kekuatan ini dapat digunakan untuk menghancurkan atau membuat dunia bertambah indah. Semua ini tergantung pada niat luhur manusia, sebagai makhluk Tuhan yang paling mulia dalam menjaga dirinya sendiri dan seisi dunia.

Ogoh-ogoh sebetulnya tidak memiliki hubungan langsung dengan upacara Hari Raya Nyepi. Sejak tahun 80-an, umat Hindu mengusung ogoh-ogoh yang dijadikan satu dengan acara mengelilingi desa dengan membawa obor atau yang disebut acara ngerupuk.

3 dari 4 halaman

Makna yang Terkandung dalam Pawai Ogoh-Ogoh

Lantaran bukan sarana upacara, ogoh-ogoh itu diarak setelah upacara pokok selesai dengan diiringi irama gamelan khas Bali yang diberi nama bleganjur.

Patung yang dibuat dengan bahan dasar bambu, kertas, kain dan benda-benda yang sederhana itu merupakan kreativitas dan spontanitas masyarakat.

Hal tersebut murni untuk memeriahkan upacara ngerupuk. Lantaran tidak ada hubungannya dengan hari raya Nyepi, ogoh-ogoh tidak mutlak ada dalam upacara tersebut.

Namun, benda itu tetap boleh dibuat sebagai pelengkap kemeriahan upacara. Sebelum memulai pawai ogoh-ogoh para peserta upacara biasanya melakukan minum-minuman keras traditional (arak).

4 dari 4 halaman

Makna yang Terkandung dalam Pawai Ogoh-Ogoh

Pada umumnya, ogoh-ogoh di arak menuju suatu tempat yang diberi nama sema (tempat persemayaman umat Hindu sebelum dibakar dan pada saat pembakaran mayat).

Kemudian ogoh-ogoh yang sudah diarak mengelilingi desa tersebut dibakar. Umat Hindu Bali percaya bahwa ogoh-ogoh mempresentasikan sifat buruk di dalam diri manusia. Itulah mengapa, mereka membuat ogoh-ogoh sebelum perayaan Nyepi.

Setelah selesai berkeliling atau diarak, ogoh-ogoh dibakar sebagai simbol telah hilangnya sifat buruk di dalam diri manusia. Dengan begitu, mereka siap melakukan tapabrata pada Hari Raya Nyepi keesok harinya.

Ketika semuanya menjadi hening, masyarakat diajak untuk siap memasuki dan memaknai Nyepi dengan sebuah hidup yang sepenuhnya baru dan berharap menemukan makna kehidupan yang sesungguhnya bagi dirinya dan segenap semesta.

 

Sumber: Web Pemerintah Kab.Buleleng

Video Populer

Foto Populer