Sukses


Pengertian Detoks Media Sosial, Ketahui Cara dan Tips Melakukannya

Bola.com, Jakarta - Media sosial memiliki dampak positif dan negatif bagi penggunanya. Bicara efek negatifnya, penggunaan media sosial secara terus-menerus dan dalam jangka waktu lama dapat mengubah pola pikir serta berdampak pada kesehatan.

Dampak negatif media sosial dapat dirasakan terhadap kesehatan fisik maupun psikis.

Terhadap kesehatan fisik misalnya, Anda berisiko terkena masalah penglihatan lantaran terlalu lama memandang layar bisa menyebabkan mata kering, mengganggu tidur, terkena sindrom text neck (rasa kaku di area kepala, leher, jemari tangan, dan bahu, spesifiknya akibat terlalu sering menunduk memandangi gawai), dan beberapa dampak lainnya.

Sementara untuk kesehatan mental, media sosial bisa berdampak terhadap turunnya kepercayaan diri, menimbulkan rasa iri hati, kerentakan hubungan dengan orang-orang terdekat, dan sebagainya.

Maka itu, Anda disarankan untuk sesekali berhenti atau rehat sejenak dari aktivitas main media sosial. Beri kesempatan diri Anda untuk "kembali ke dunia nyata". Hal itu dinamakan sebagai "detoks media sosial".

Untuk lebih jelasnya, berikut ulasan perihal pengertian detoks media sosial, cara dan tips melakukannya, disadur dari Klikdokter, Minggu (28/8/2022).

2 dari 4 halaman

Pengertian Detoks Media Sosial

Detoks media sosial adalah sebuah upaya secara sadar untuk membatasi penggunaan media sosial selama periode waktu tertentu.

Langkah ini perlu dipertimbangkan untuk beberapa alasan, di antaranya:

1. Detoks media sosial bisa membantu menjaga kesehatan mental

Banyak ahli telah meneliti hubungan media sosial dengan kesehatan mental seseorang.

Hasilnya menunjukkan, pengguna aktif media sosial rentan mengalami gangguan kesehatan jiwa. Misalnya, cemas, kesepian, depresi, hingga gangguan fokus dan konsentrasi. 

Lebih banyak akun dan jenis media sosial yang dimiliki, lebih tinggi pula risiko mengalami gangguan psikis.

Hal ini diyakini terjadi karena berjejaring di dunia maya dapat menumbuhkan perasaan harus "available" dalam 24 jam sehari. Ini untuk merespons pesan, memberi komentar, atau sekadar mengunggah konten di media sosial.

Perasaan tersebut lama-lama akan menjadi pemicu stres dan berpengaruh pada kondisi emosi dan mental seseorang.

2. Detoks media sosial bisa meningkatkan kualitas tidur

Satu di antara dampak buruk penggunaan media sosial adalah gangguan tidur. Banyak orang yang mengorbankan waktu tidurnya hanya untuk bermain media sosial. Padahal, tidur adalah kebutuhan tubuh dasar manusia.

Kurang tidur dapat menyebabkan berbagai penyakit di kemudian hari. Penelitian menunjukkan, gangguan tidur dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, obesitas (kegemukan), dan penyakit metabolik lainnya.

3. Detoks media sosial bisa mengoptimalkan produktivitas

Sebuah penelitian menunjukkan, rata-rata 60 menit per hari dihabiskan untuk bermain media sosial. Waktu sebanyak itu sebetulnya bisa dialokasikan untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan.

3 dari 4 halaman

Cara Melakukan Detoks Media Sosial

Kapan Waktu Pas Melakukan Detoks Media Sosial?

Para ahli menyarankan Anda sebaiknya melakukan detoks media sosial setelah mengalami tanda-tanda di bawah ini:

- Sering gelisah ketika tidak mengecek media sosial  

Apakah Anda sering merasa gelisah ketika tidak mengecek media sosial? Jika ya, Anda sudah dinyatakan kecanduan media sosial dan harus segera melakukan detoks. 

Anda tidak perlu langsung buru-buru menonaktifkan atau menghapus akun atau aplikasi dari gawai, tetapi lakukan detoks secara perlahan dengan membatasi waktu beraktivitas di media sosial. 

Jika biasanya Anda menghabiskan lima jam atau lebih untuk melihat berbagai konten media sosial, kurangi jadi hanya 1-2 jam saja. Bila berhasil, kurangi lagi menjadi 30 menit. Lama-lama Anda akan terbiasa tidak membuka akun media sosial.

Sebagai gantinya, sibukkan diri dengan bertemu dengan teman, membaca buku, menonton film di bioskop, mencoba restoran atau tempat olahraga baru, dan lain-lain.

- Merasakan nyeri pada bagian tangan, leher, kepala, dan punggung 

Apabila Anda mulai merasakan nyeri dan pegal di area tangan, leher, kepala, dan punggung, pertimbangkan untuk melakukan detoks media sosial. Penggunaan gawai secara berlebihan bisa menyebabkan nyeri di area-area tersebut.

Kondisi ini ditandai dengan adanya peradangan pada tendon jari, seringnya jempol, akibat scrolling menggunakan jari secara terus-menerus. Bila sudah demikian, Anda akan merasakan nyeri saat menekuk jari.

- Muncul keluhan lainnya pada area mata  

Selain mengalami area tangan, leher, dan punggung, rasa nyeri juga bisa dirasakan pada area mata. Berlama-lama di media sosial secara tidak langsung berdampak pada kondisi kesehatan mata, yang membuatnya jadi lelah dan kering.

Orang-orang yang menatap layar gawai terlalu lama juga bisa mengalami mata minus atau kenaikan mata minus.

- Aktivitas terganggu karena media sosial

Notifikasi media sosial yang tak hentinya berbunyi atau bergetar bisa mengaburkan konsentrasi, apalagi jika sedang melakukan pekerjaan penting atau sedang presentasi. 

Selain itu, pekerjaan bisa terrtunda lantaran karena dengan notifikasi tersebut, apalagi sedang terlibat obrolan penting. Kualitas hangout dengan teman-teman juga bisa terganggu karena Anda terus-terusan memandangi dan asyik sendiri dengan gawai. 

Kalau itu terjadi, pertimbangkan untuk segera detoks media sosial agar tidak mengganggu kualitas dan produktivitas kerja.

4 dari 4 halaman

Tips Melakukan Detoks Media Sosial

Berapa Lama Detoks Media Sosial Dilakukan?

Sejauh ini memang belum ada kesepakatan berapa lama waktu yang efektif atau ideal untuk detoks media sosial. Namun, secara umum waktu yang dianjurkan adalah 30 hari.

Anda bisa memula detoks secara bertahap selama tujuh hari terlebih dulu, kemudian lebih lama. Ada laporan bahwa beberapa orang ada yang berhasil melakukannya dalam waktu setahun tanpa media sosial. 

Beberapa tips ini bisa membantu Anda untuk memulai perjalanan detoks media sosial:

- Minta Bantuan

Cari rekan yang bisa diandalkan untuk mengingatkan Anda selama detoks berlangsung. Beritahu teman, sahabat, pasangan, atau anggota keluarga lainnya bahwa Anda sedang detoks media sosial.

Minta bantuan mereka untuk rajin mengingatkan supaya Anda tidak tergoda untuk untuk membuka media sosial.

- Hapus Aplikasi Media Sosial dari Gawai

Bila tidak dihapus, godaan untuk membuka aplikasi tersebut akan tetap ada, dan Anda akan mencari-cari alasan untuk melakukannya.

Sebagai alternatif, Anda bisa mengunduh software atau aplikasi tertentu di smartphone atau laptop yang bisa memblokir media sosial baik di aplikasi maupun situs web. Tujuannya supaya Anda tetap bisa fokus pada prioritas atau aktivitas utama.

- Rencanakan Kegiatan Selama Detoks

Isi waktu dengan kegiatan lain selama periode detoks. Misalnya dengan menyelesaikan tugas, membaca buku yang sudah berbulan-bulan belum juga selesai, mendengarkan musik atau podcast, menekuni hal baru, olahraga, menulis, memperbanyak networking, dan sebagainya.

Jika Anda khawatir tertinggal berita terkini alias fear of missing out (FOMO), Anda bisa membaca media cetak atau membuka laman berita lewat browser.

Bila ingin tahu kabar teman-teman, alih-alih membuka media sosial, Anda bisa menanyakannya secara langsung dengan mengirim pesan atau meneleponnya. Detoks media sosial akan membantu Anda berkomunikasi secara nyata.

 

Disadur dari: Klikdokter.com (Published: 13/2/2020)

Silakan klik tautan ini untuk artikel kesehatan mental dari berbagai tema lain. 

Video Populer

Foto Populer