Sukses


Arti Hikikomori beserta Ciri dan Cara Mengatasinya

Bola.com, Jakarta - Hikikomori adalah istilah yang terkenal di Jepang. Istilah ini menggambarkan seseorang yang mengisolasi diri di rumah.

Hikikomori bukan suatu penyakit atau diagnosis medis secara resmi. Namun, tak sedikit orang yang mengaitkannya dengan gangguan kesehatan mental.

Secara ringkas, hikikomori adalah seseorang yang sangat menghindari kontak sosial (misalnya melalui pendidikan, pekerjaan, atau persahabatan).

Mereka akan mengisolasi dan menarik diri dari lingkungan ke dalam tempat tinggalnya selama setidaknya enam bulan sebagai akibat dari beberapa faktor.

Banyak pelaku hikikomori memilih untuk mengurung diri dalam kamarnya, bahkan terkadang menolak berinteraksi dengan anggota keluarga yang tinggal serumah. Mereka menghabiskan waktu hanya dengan membaca, menonton, atau tidur.

Hal yang perlu mendapat perhatian dari para orang tua adalah gejala hikikomori dapat mulai muncul di usia remaja.

Itu sebabnya, saat Anda mulai melihat gelagat anak sesuai dengan gejala di atas, jangan dibiarkan. Apalagi kondisi tersebut dapat terus berlangsung hingga usia paruh baya.

Berikut penjelasan lebih lanjut tentang hikikomori, disadur dari Klikdokter, Jumat (10/11/2023).

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 3 halaman

Ciri-Ciri Anak Hikikomori

Istilah ini sudah mulai populer sejak tahun 1990-an. Namun, pada 2003, Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan Jepang membuat kriteria berisi ciri-ciri hikikomori, yaitu:

  • Seseorang dengan gaya hidup yang berpusat di rumahnya.
  • Tidak memiliki ketertarikan ataupun kemauan untuk pergi ke sekolah atau bekerja, anak cenderung akan mengurung diri di kamar.
  • Isolasi telah berlangsung setidaknya selama enam bulan berturut-turut.
  • Tidak memiliki gangguan mental, seperti skizofrenia, retardasi mental, ataupun lainnya.
  • Tidak memiliki relasi dengan orang lain, misalnya pertemanan.

Sering kali, mereka mengubah jam tidur (tidur di siang hari dan bangun di malam hari) untuk menghindari interaksi dengan orang lain.

Beberapa pelaku hikikomori menyatakan dapat tetap berinteraksi jika berhadapan dengan orang asing yang tidak mereka kenal.

Mereka umumnya mampu keluar rumah, misalnya untuk membeli barang keperluan hidup, walau biasanya dilakukan pada malam hari.

Kebanyakan dari mereka juga bergantung secara finansial pada orang tua untuk bertahan hidup.

3 dari 3 halaman

Cara Mengatasi Anak Hikikomori

Saat mengetahui anak sering mengurung diri di kamar atau mengisolasi diri secara ekstrem, Anda tak boleh pasif saja. Pasalnya, pelaku hikikomori memerlukan bantuan khusus agar dapat kembali ke kehidupan sosial. 

Anda dapat membawanya berkonsultasi dengan dokter atau psikolog untuk mendapatkan terapi. 

Pada beberapa kasus yang lebih berat, dapat diperlukan terapi hingga bertahun-tahun sampai si anak dapat keluar dari "cangkangnya".

Apabila Anda sedang mendampingi anak yang sedang menunjukkan kondisi hikikomori, tanamkan dengan jelas bahwa ini bukanlah kondisi mudah yang bisa berubah dalam sekejap mata. 

Dukungan dari orang-orang terdekat penting untuk melancarkan adaptasi hikikomori menuju kondisi yang lebih normal.

 

Disadur dari: Klikdokter.com (Published: 2/4/2022)

Yuk, baca artikel kesehatan mental lainnya dengan mengikuti tautan ini.

Video Populer

Foto Populer