Sukses


5 Contoh Puisi Elegi yang Bisa Dicermati dan Dipahami

Bola.com, Jakarta - Dunia puisi yang luas dan sudah berkembang sejak berabad-abad silam memiliki banyak jenis. Satu di antara dari jenis puisi itu adalah puisi elegi.

Puisi elegi adalah puisi baru yang khusus digunakan untuk menyampaikan rasa dukacita, kehilangan, kesedihan, bahkan kerinduan.

Puisi elegi mampu menggugah perasaan dan memungkinkan pembaca atau pendengar untuk merasakannya secara mendalam.

Sosok seperti Chairil Anwar adalah satu di antara sastrawan puisi elegi.

Kata "elegi" berasal dari bahasa Yunani "elegeia," yang berarti nyanyian ratapan atau puisi duka.

Itulah sedikit penjelasan tentang puisi elegi. Supaya lebih jelas, kamu bisa mencermati dan memahami lima contoh puisi elegi di bawah ini, Kamis (6/6/2024).

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 6 halaman

Elegi Nelayan Tua

Karya: Idrus Tintin, Buku Waktu, 1990 

 

Lelaki tua itu tersengguk-sengguk di emper gubuk

Bulan layu rendah di langit

Air mulai surut

Dan terlena digerogoti mimpi

 

Sebentar lagi subuh tiba

Inikah impian penghabisan seorang nelayan

Kaki dan tangan kaku dibelasah encok

Dada seperti terbakar batuk batuk batuk

     

Berteman dengan bulan dan air surut air pasang

Kokok ayam dan cicit murai

Menyambut pagi

Yang bukan lagi miliknya?

 

Panorama masa lalu tergambar di layar langit

Dengan kail memancing ikan ikan ikan

Sembilang tenggiri selar dingkis tamban jahan

Ikan ikan ikan

Pancing bubu belat kelong jala jaring

 

Selamat tinggal?

Encok yang datang marilah kamu

Batuk yang masuk teruskan jalanmu

Ikan-ikan masa lalu

Ikan-ikanku besok

     

Dan pertarungan akan berlanjut terus!

3 dari 6 halaman

Hampa

Karya: Chairil Anwar

 

Sepi di luar. Sepi menekan mendesak

Lurus kaku pohonan. Tak bergerak

Sampai ke puncak. Sepi memagut

Tak satu kuasa melepas renggut

Segala menanti. Menanti. Menanti

     

Sepi

Tambah ini menanti jadi mencekik

Memberat mencekung punda

Sampai binasa segala. Belum apa-apa

Udara bertuba. Setan bertampik

Ini sepi terus ada. Dan menanti.

4 dari 6 halaman

Palu yang Pilu

Karya: Prawiro Sudirjo

 

Bumi berguncang

jantung berdegup kencang

kala ombak menerjang

Semua berlari tunggang langgang

menghindari pasang

 

Tak perduli rumah, sawah dan ladang

Semua hanya tinggal untuk dikenang

 

Wahai saudaraku

Ingatlah kepada Tuhan

Terimalah semua takdi-Nya

Mari berdoa dan beripaya

Bangkit dari musibah

 

Tuhanku hanya kepada-Mu

Kami pasrah.

 

Bekasi, 2 Oktober 2018

5 dari 6 halaman

Sia–Sia

Karya: Chairil Anwar

 

Penghabisan kali itu kau datang

Membawa kembang berkarang

Mawar merah dan melati putih

Darah dan suci

Kau tebarkan depanku

Serta pandang yang memastikan: Untukmu

 

Lalu kita sama termangu

Saling bertanya: Apakah ini?

Cinta? Kita berdua tak mengerti

 

Sehari kita bersama. Tak gampir-menghampiri

Ah! Hatiku yang tak mau memberi

Mampus kau dikoyak-koyak sepi

 

Februari, 1943

6 dari 6 halaman

Elegi

Karya: Joko Pinurbo

Maukah kau menemaniku makan?

Makan dengan piring yang retak dan sendok yang patah

Makan, menghabiskan hatiku yang pecah

 

Itulah makan malam terakhirnya

Di surga kecilnya yang suram

Besok ia sudah terusir kalah

Dan harus pergi menuju entah

 

Lalu mereka berfoto bersama

Sementara mobil patrol berjaga-jaga di ujung sana

Lalu hujan datang memadamkan api di matanya

 

Ia akan sering merindukan hukuman dan sering menengoknya lewat mesin pencari kenangan sebelum malam mimpinya.

 

Dapatkan artikel contoh puisi berbagai tema lain dengan mengeklik tautan ini.

Sepak Bola Indonesia

Video Populer

Foto Populer