Cerita GOR Djarum Kudus, Saksi Bisu Perjuangan Bibit-bibit Muda Bulutangkis Menggapai Mimpi-mimpi Besarnya

Masuk lebih dalam lagi ke GOR Djarum, tersedia fasilitas latihan yang luas. Ada 16 lapangan, dengan 12 lapangan di antaranya beralaskan kayu dengan dilapisi venil (karet sintetis) berwarna hijau. Lapangan di GOR Djarum juga dilengkapi tribune penonton di bagian kanan dan kiri. 

GOR Djarum juga disertai dengan bangunan penunjang lain, seperti ruang makan bagi atlet-atletnya, ruang pertemuan, hingga ruang fitness.

Ada juga asrama atlet yang luas dan lengkap terdiri atas 40 kamar terpisah untuk putra dan putri. Di sanalah atlet-atlet PB Djarum menikmati hari-hari perjuangannya untuk menggapai impian mereka.  

Masing-masing kamar dilengkapi tempat tidur, meja belajar, lemari baju, dan AC sebagai penyejuk udara, tetapi tidak ada televisi. Di asrama tersebut, atlet-atlet bukan hanya belajar bulutangkis, tetapi juga tentang tanggung jawab hingga kedisplinan. 

"Ada jadwal piket untuk anak-anak penghuni asrama. Saya tidak mau anak-anak di sini seenaknya. Seenaknya dalam arti, mentang-mentang di sini 24 jam, lampu full dinyalakan. Tidak boleh," kata Kepala Asrama PB Djarum, Dharma Gunadi, kepada wartawan, Selasa (9/9/2025). 

"Ketika para atlet bangun pagi, mereka harus membereskan ranjang. Sebelum berangkat latihan, AC semua harus dimatikan. Lampu juga semua harus dimatikan. Itu saya cek setiap hari."

"Mereka di depan setiap kamar ada keranjang untuk laundry. Jadi selesai latihan, pakaian kotor semua dibawa ke ruang cuci, nanti ada petugas yang mencucikan dengan pakai mesin cuci. Tapi setelah selesai, petugasnya akan taruh di luar ruang cuci. Setelah itu anak-anak harus menjemur sendiri," imbuh Dharma menjelaskan keseharian atlet-atlet PB Djarum di asrama. 

GOR Jati ini dipakai untuk latihan atlet tunggal putra dan tunggal putri. Sementara itu, atlet nomor ganda bermarkas di GOR Djarum di Jakarta. GOR Jati merupakan markas ketiga yang dibangun PB Djarum di Kudus.

Pada awal berdirinya pada 1969, pemain Djarum masih menempati GOR Bintingan Lama. Itu merupakan bekas brak (tempat karyawan melinting rokok) milik PT Djarum. Tempat itu menjadi saksi bisu kehebatan Liem Swie King, yang menjadi generasi emas pertama PB Djarum pada era 1970-an. 

Setiap hari, suasana GOR Djarum selalu hidup. Sejak pagi, suara sepatu beradu dengan lantai kayu berpadu dengan dentuman shuttlecock yang dipukul keras. Teriakan pelatih yang memberi instruksi bergema di antara dinding, menciptakan atmosfer penuh semangat.

Saat audisi umum digelar, suasana menjadi berbeda. Ratusan anak dari berbagai daerah memenuhi gedung dengan wajah penuh harapan. Sorakan penonton, tepuk tangan, dan semangat yang membuncah menjadikan GOR Djarum bukan sekadar arena olahraga, melainkan panggung mimpi bagi generasi muda.

Yang terbaru, GOR Djarum Kudus kembali menjadi saksi bisu perjuangan bibit-bibit pebulutangkis dari berbagai sudut Indonesia di Audisi Umum PB Djarum 2025, yang berlangsung pada 8-12 September 2025. Sebanyak 1.729 peserta mengikuti audisi tersebut demi mengejar mimpi menjadi pebulutangkis dunia. 

Saat audisi, GOR Djarum di Kudus berubah menjadi lautan semangat. Dari pagi buta, halaman gedung sudah dipadati anak-anak berbaju olahraga, didampingi orang tua yang membawa tas berisi raket, sepatu, dan bekal makanan.

Wajah-wajah muda itu memancarkan antusiasme, bercampur gugup, karena mereka tahu hari itu bisa menjadi langkah pertama menuju mimpi besar, yaitu menjadi pebulutangkis nasional.

Begitu memasuki gedung, suasananya jauh lebih hidup. Tribune penonton dipenuhi orang tua dan pendukung yang menanti giliran anak-anak mereka tampil. Suara shuttlecock yang beradu dengan raket menggema di seluruh ruangan, diselingi teriakan pelatih dan maupun teriakan penyemangat dari orang tua untuk anaknya yang sedang bertanding. 

Di lapangan, para peserta audisi berlari, meloncat, dan memukul dengan penuh tenaga. Meski usia mereka masih belia, semangat juang terlihat jelas di sorot mata mereka. Keringat menetes, tetapi tidak ada yang ingin berhenti. Setiap poin, setiap pukulan, adalah kesempatan untuk membuktikan diri di depan para pelatih PB Djarum yang mengamati dengan cermat dari pinggir lapangan.

Audisi umum di GOR Djarum selalu menghadirkan cerita haru, tawa, hingga air mata. Bagi sebagian anak, ini mungkin hanya pengalaman berharga, namun bagi yang terpilih, momen inilah awal perjalanan panjang menuju panggung dunia. Di bawah cahaya lampu yang terang benderang, GOR Djarum tidak hanya menjadi arena seleksi, melainkan juga tempat di mana mimpi-mimpi muda menemukan jalannya.

Salah satu anak yang menggantungkan harapan di Audisi Umum PB Djarum adalah Anastasia Sawitri dari Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara. Dia menempuh perjalanan jauh demi menjemput impiannya di GOR Djarum Kudus, dengan mengikuti Audisi Umum PB Djarum 2025. 

"Saya sebenarnya sudah ingin ikut sejak tahun lalu, tetapi tidak ada yang mengantar. Baru tahun ini bisa ikut. Untuk audisi, saya latihan teknik setiap hari, kemudian lari 8 km sebanyak tiga kali seminggu. Selain itu masih latihan tambahan di rumah, seperti skipping dan lari-lari di halaman rumah," tutur Sawitri dalam perbincangan dengan Bola.com. 

"Pokoknya saya berlatih keras biar bisa masuk PB Djarum dan menjadi pemain bulutangkis dunia," kata Sawitri mengungkapkan impian besarnya. 

Tekad besar juga terpancar dari peserta audisi dari Mataram, Nusa Tenggara Barat, Muhammad Rofiqi. Dia mengaku sangat ingin masuk PB Djarum, meskipun harus menempuh perjalanan laut dan darat yang melelahkan untuk sampai di GOR Djarum Kudus. 

"Apa pun hasil audisi, sudah bisa berada di GOR Djarum Kudus ini rasanya sudah bangga sekali bagi Rofiqi," kata sang ayah Rofiqi, Zaenal Abidin. 

Ya, GOR Djarum bukan hanya gedung olahraga. Ia adalah rumah harapan, tempat mimpi-mimpi sederhana tumbuh menjadi cita-cita besar, menjadi pemain dunia yang mengharumkan nama Indonesia.