Sukses


Liga Spanyol: Taichi Wakabayashi, dari Koki Sushi hingga Juara Liga Europa bersama Sevilla

Bola.com, Jakarta - Ada keyakinan kuat dari Taichi Wakabayashi, mantan penerjemah dan koki sushi, bahwa masyarakat Jepang bakal menyukai Sevilla. Langkah mantap dilakukannya, hingga menjadi saksi hidup kehebatan Los Nervionenses tak cuma di Spanyol saja, tapi juga di Eropa.

"Saya ingin masyarakat Jepang untuk menonton Sevilla FC karena mereka pasti menyukai tim ini," kata Taichi Wakabayashi, pria asli Jepang yang kini menjabat sebagai analis tim utama Sevilla.

Tanpa diketahui banyak pihak, diam-diam Jepang sudah 'menyusup' ke La Liga Spanyol. Sejumlah pemain terbaik Negeri Sakura berkarier di sana, mulai dari Take Kubo, Yoshinori Muto, Takashi Inui, Shinji Okazaki dan Gaku Shibasaki.

Mereka adalah pesepak bola yang mengharumkan nama Jepang di La Liga Spanyol, salah satu kompetisi terbaik di Eropa, bahkan dunia. Namun demikian, tidak cuma pemain saja yang bisa melakukannya.

Namanya Taichi Wakabayasahi. Dia bukan Wakabayashi dalam serial kartun bertemakan sepak bola yang melegenda, Captain Tsubasa. Taichi, pria asli Tokyo kelahiran 27 Oktober 1982, sadar bahwa sepak bola tidak mengenal jarak.

Di kota asalnya, Taichi Wakabayashi melatih tim sepak bola junior dan memiliki tujuan yang jelas untuk meningkatkan kariernya ke tingkat sepak bola profesional. Atas alasan tersebut, ia rela meninggalkan Ibukota Jepang pada tahun 2008 untuk hijrah ke Seville demi mendapatkan lisensi kepelatihan.

"Saya merasa perlu pergi ke Spanyol atau Belanda karena kedua negara tersebut memungkinkan orang yang bukan profesional dalam sepak bola untuk mendapatkan lisensi kepelatihan. Tetapi saya memilih Spanyol karena saya menyukai La Liga, dan terutama Sevilla FC, yang menjuarai dua gelar Liga Europa pada tahun 2006 dan 2007," kata Taichi.

"Saya menonton Sevilla dari Jepang, stadion mereka sangatlah bagus, dengan penggemar yang mendukung timnya habis-habisan. Keduanya memengaruhi saya! Terdapat sesuatu yang istimewa di sana dan saya ingin mempelajarinya, oleh karena itu saya memilih Kota Seville. Meskipun pada saat itu orang-orang di Jepang menyukai FC Barcelona asuhan Frank Rijkaard dan Pep Guardiola."

 

Video

2 dari 5 halaman

Jadi Penerjemah dan Koki Sushi

Setelah tiba di Spanyol saat berusia 26 tahun sembari berusaha mendapatkan lisensi kepelatihan, Taichi mulai melatih tim lokal di Sevilla. Ia juga menjadi penerjemah dan koki Sushi.

"Saya perlu mencari penghasilan, tapi saya juga tidak bisa menyerah untuk bermimpi di sepak bola. Saya mempelajari sedikit Bahasa Spanyol di Jepang lewat kamus dan beberapa istilah sepak bola, tapi ternyata hal tersebut tidak menghasilkan banyak uang. Saya bahkan tidak tahu cara membuat sushi di Jepang, tetapi saya mempelajarinya di Spanyol," kata Taichi mengisahkan.

Setelah ia mendapat sertifikasi kepelatihan tingkat tiga, yang membuatnya bisa melatih tim dalam kategori tersebut, Taichi merasa ia harus tinggal di Spanyol dan menambah pengalaman di sana.

Ia ingin meningkatkan level setinggi mungkin dan akhirnya ia mampu mencapainya setelah beberapa tahun berkembang di wilayah Andalusia. Pada musim 2017/2018, ia bekerja di klub lokal, San Alberto Magno bersama 'Chesco', pelatih Akademi Sevilla FC selama beberapa tahun dan dikenal karena keahliannya menjaring bakat.

'Chesco' menilai Taichi berbakat dan mengenalkannya ke Sevilla FC, di mana Agustín Lopez, direktur akademi klub, menawarkan pelatih asal Jepang tersebut posisi sebagai analis dan ditempatkan di tim 'Juvenil A' (U19). "Saya menerimanya tanpa pikir panjang," kenang Taichi.

Di luar dugaan, klub yang ia latih, yakni Sevilla U-19, keluar sebagai juara liga. Kemudian, saat Julen Lopetegui tiba pada tahun 2019, Sevilla FC memilih Taichi untuk memperkuat departemen analisis tim utama klub, menawarkannya kesempatan bekerja bersama pelatih asal Basque tersebut, di bawah kepengurusan Ramon Vazquez.

 

3 dari 5 halaman

Penuh Tantangan

"Tugas utama saya adalah mempersiapkan apa yang perlu dibicarakan Lopetegui kepada timnya," jelas Taichi.

Bersama rekan-rekannya, ia mempelajari tim lawan pada pekan selanjutnya dan membuat gambar untuk menjelaskan beberapa situasi. Pada musim 2019/2020, tugas utama Taichi adalah menganalisis pemain lawan satu persatu dan membuat video dari permainan masing-masing pemain.

Pada musim 2020/2021, ia dan dua rekannya, Juan Antonio Guzmán dan Mario Prieto, menganalisis lawan dan memperhatikan bagaimana cara lawan bermain. Mereka melihat apa saja yang mereka lakukan, yang mereka ulangi, taktik dan bagaimana permainan individualnya. Dari situ, mereka kemudian membuat sebuah laporan.

Menurut Taichi, pekerjaannya sebagai anilis tim utama sangatlah vital buat pelatih kepala. Apalagi bekerja dengan Julen Lopetegui yang menuntut detail, Taichi sadar bahwa apa yang ia dan rekan-rekannya lakukan penting buat keberlangsungan Sevilla.

"Ia memiliki semangat dan kekuatan yang tinggi, ia juga merupakan pemimpin yang mampu membawa tim menuju kemenangan. Ia adalah sosok yang sangat detail dan selalu bekerja di kompleks latihan klub," ujar Taichi.

"Ia mendedikasikan seluruh waktunya kepada sepak bola, selalu fokus pada pertandingan dan lawan selanjutnya, yang menjadi alasan kesuksesannya pada musim lalu saat tim menempati posisi empat di La Liga dan menjuarai Liga Europa," katanya melanjutkan.

 

4 dari 5 halaman

Debut di Ramon Sanchez Pizjuan

"Saat saya tiba dari Jepang, saya membeli kartu anggota Sevilla FC sehingga saya bisa masuk ke Sanchez Pizjuan," kenang Taichi lagi.

Kesuksesan Taichi yang dinikmatinya di sepak bola merupakan hasil dari bakat serta dedikasinya. Kisahnya merupakan contoh lain bagaimana profesional sepak bola dari Jepang dapat membuat perubahan dalam jangka pendek dan menengah.

Buat Taichi pribadi, itu adalah pencapaian personal yang tak akan pernah bisa dilupakannya, yang merupakan hasil dari mimpinya sejak lama.

"Pertandingan pertama di Stadion Ramón Sánchez Pizjuán sebagai analis tim utama adalah pertandingan ke tiga musim 2019/2020 melawan RC Celta Vigo. Kami dihadapkan pada dua pertandingan tandang, sehingga saya telah menunggu hampir sebulan sejak awal musim!" cerita Taichi soal 'debutnya' di Sevilla.

"Saat pertandingan dimulai, Saya fokus pada tugas saya, tapi pada saat bersamaan menjadi momen istimewa bagi saya. Hal tersebut adalah mimpi jadi kenyataan sejak 11 tahun tiba di Spanyol untuk bekerja bagi Sevilla FC di Sanchez Pizjuan."

"Beberapa tahun sejak saya tiba dari Jepang, Saya membawa kartu anggota Sevilla FC sehingga saya bisa masuk ke stadion sebagai penggemar dan menyaksikan mereka menjuarai tiga gelar Liga Europa beruntun. Stadion tersebut sangatlah istimewa. Penggemar benar-benar mendorong tim untuk maju. Bayangkanlah!"

 

5 dari 5 halaman

Tidak Lupa Akarnya

Taichi sekarang fasih berbahasa Spanyol. Ia bahkan sudah menguasai aksen Andalusia yang kental.

Kendati demikian, ia menolak anggapan bahwa dirinya adalah orang Seville. Baginya, Jepang adalah negara asalnya, dan ia berjanji untuk mengembangkan ilmunya di tanah kelahirannya kelak.

“Spanyol kaya akan budaya dan Seville adalah kota yang istimewa. Saya tidak pernah merasa sebagai orang asing di klub, tapi saya juga tidak bisa mengatakan saya adalah seorang Sevillan. Saya adalah orang Jepang yang pada akhirnya akan kembali ke Jepang dan melakukan sesuatu untuk mengembangkan sepak bola Jepang. Itu adalah tujuan saya," katanya tegas.

Untuk saat ini, Taichi Wakabayashi nyaman dengan perannya di Sevilla. Satu harapannya, orang-orang di Jepang tidak melulu membicarakan Barcelona atau Real Madrid saja.

"Saya ingin orang-orang di Jepang menyaksikan Sevilla FC. Biasanya mereka mengikuti Real Madrid, FC Barcelona, dan klub yang memiliki pemain Jepang, tapi saya ingin mereka mengetahui terdapat tim menarik yang bekerja keras dan bermain di stadion yang menarik. Saya ingin orang-orang untuk menonton Sevilla FC," katanya memungkasi.

Video Populer

Foto Populer