Wawancara Sudirman: Anak-anak SSB Sedih Lihat PSSI-Menpora Ribut

oleh Tengku Sufiyanto diperbarui 17 Agu 2015, 13:40 WIB
TAK PANTAS - Mantan pemain Persija Jakarta dan Timnas Indonesia di tahun 1991, Sudirman menilai banyak pemain di Indonesia yang tak pantas mendapatkan gaji besar. (Istimewa).

Bola.com, Jakarta - Sudirman sedang fokus menangani tim sepak bola Pra Pekan Olah Raga Nasional (PON) DKI Jakarta. Mantan asisten pelatih Persija Jakarta ini sudah sejak beberapa waktu terakhir mengemban tugas sebagai juru taktik tim Pra PON DKI Jakarta.

Meski disibukkan dengan agenda latihan, salah satu penggawa Timnas Indonesia di SEA Games 1991 ini masih tetap memantau kondisi sepak bola Tanah Air. Ia angkat bicara soal karut-marut sepak bola Indonesia, dampak sanksi FIFA terhadap minat pemain muda hingga niatan PT Liga Indonesia memberlakukan salary cap di Indonesia Super League 2015-2016.

Advertisement

Untuk mengetahui lebih lanjut, berikut petikan wawancara Bola.com dengan Sudirman:

Bagaimana Anda menanggapi kondisi sepak bola Indonesia saat ini?

Saya melihat kondisi sepak bola Indonesia sangat memprihatinkan. Liga terhenti begitu saja. Imbasnya, banyak teman-teman saya sebagai pelatih dan para junior saya yang menjadi pemain mengeluh soal kehidupannya. Mereka yang harus menunda sekolah anak-anaknya dan mengikhlaskan mobil pribadinya ditarik oleh dealer lantaran tidak dapat pemasukan selama liga terhenti.

Anda ikut turun ke jalan saat demo suporter di depan Kemenpora. Apa alasan Anda untuk ikut dalam aksi tersebut?

Apa yang saya lakukan merupakan keprihatinan saya terhadap kondisi sepak bola saat ini. Sudah banyak dampak yang dirasakan oleh para pelatih dan pemain akibat pembekuan PSSI yang dilakukan Menpora. Akhirnya, saya sebagai praktisi sepak bola harus ikut turun ke jalan dan menuntut agar pembekuan tersebut segera dicabut.

Kalau praktisi sepak bola tidak turun, konflik ini tidak akan pernah selesai. Saya berharap praktisi sepak bola lainnya ikut turun, agar pemerintah mengerti bagaimana dampak dari pembekuan tersebut.

Masalah ini bukan masalah kecil, tapi masalah kehidupan. Banyak orang yang menggantungkan hidupnya dari sepak bola. Jumlahnya tidak kecil bahkan sampai ratusan ribu orang.

Harapan dan pesannya untuk Menpora?

Terkait pembekuan, harapannya agar Menpora dapat mencabut pembekuan tersebut sehingga kami semua yang hidup dari sepak bola bisa mencari makan.

Sekarang Anda aktif di sepak bola usia muda. Apa dampak yang paling terasa dari kondisi sepak bola Indonesia saat ini kepada pembinaan usia muda?

Respons mereka sangat sedih. Contoh anak saya, dia pemain bola dan usianya baru 13 tahun. Dia menanyakan kenapa PSSI dan Menpora ribut terus. Respons lainnya yaitu, minat anak-anak untuk bermain bola jadi berkurang. Saya melatih SSB dan sering mengunjungi pembinaan pemain muda Indonesia seperti Villa 2000.

Saat ini, dalam jangka sebulan hanya tiga anak yang mendaftarkan diri untuk masuk SSB. Padahal sebelum konflik, biasanya ada 10-15 anak yang mendaftar SSB dalam sebulan. Itu faktanya.

Saat ini Anda sibuk melatih tim Pra PON DKI Jakarta. Sudah sejauh mana persiapan tim yang Anda lakukan?

Kami akan  akan menggelar pemusatan latihan pada 30 Agustus 2015 di Taman Widalatika Cibubur. Kebetulan, saya sudah meminta izin ke KONI. Mereka merensponsnya dengan baik.

Selain itu, rencananya kami akan mengajak dua pemain Persija Jakarta, Abduh Lestaluhu dan Adam Alis Setyano, untuk bergabung. Keduanya diperlukan untuk menjadi pemimpin di dalam tim dan menambah gairah para pemain muda di lapangan. Mudah-mudahan saja mereka mau.

Berbicara sepak bola Indonesia ke depannya. Rencananya PSSI dan PT Liga Indonesia akan menerapkan regulasi terbaru tentang pembatasan gaji pemain. Bagaimana menurut Anda?

Saya setuju dengan penerapan salary cap dan semua pemain harus tahu itu. Klub itu mencari uang tidak gampang untuk mereka dan jangan menuntut klub ketika gaji mereka telat. Harusnya, mereka seharusnya sadar tidak pantas mendapatkan gaji sebesar itu.

Klub harus merancang anggaran dan mencocokan anggaran tersebut untuk menggaji para pemain. Salary cap harus diberlakukan di sepak bola Indonesia. Jika pemain mau lancar gajinya, mereka harus ikuti aturan tersebut.

Baca Juga :

Wawancara Rasyid Bakri: Cinta dan Bangga PSM, Emoh ke Klub Lain

Wawancara Paulo Sitanggang: Ditawari Tes Klub Luar Negeri, tapi..

Wawancara Pelatih PSM: Tekad Kembalikan Nama Besar Juku Eja

Berita Terkait