Wawancara Bima Sakti: "PSM Tetap di Hati Saya"

oleh Abdi Satria diperbarui 31 Agu 2015, 11:20 WIB
Bima Sakti mencoba tetap profesional kala Gresik United berhadapan dengan PSM di laga pertama Grup D Piala Presiden, Senin (31/8/2015). (Bola.com/Ahmad Latando)

Bola.com, Makassar - Sosok Bima Sakti termasuk legenda hidup PSM Makassar. Sebagai kapten Juku Eja di Liga Indonesia 1999-2000, Bima merengkuh dua gelar dalam semusim yakni membawa PSM juara dan jadi pemain terbaik.

Santun dan bersahaja dalam bersikap membuat Bima sangat dihormati plus mendapat kesan mendalam di kalangan suporter Makassar. Kini, sang kapten kembali ke Makassar dengan status sebagai komandan Gresik United menghadapi PSM di Stadion Andi Mattalatta Mattoangin, Senin (31/8/2015).

Advertisement

Bagaimana perasaan Bima menghadapi mantan klub yang membesarkan namanya? Berikut penuturan eks kapten PSSI Primavera ini kepada Bola.com di Makassar:

Anda pernah jadi idola dan panutan di PSM. Bagaiaman perasaan Anda kembali ke Makassar sebagai pemain tim lawan Juku Eja?

Saya tidak bisa memungkiri punya ikatan emosional dengan PSM dan suporternya. Berkat PSM, saya merasakan gelar secara tim dan personal. Sampai kapan pun PSM tetap di hati saya. Tapi, sebagai pemain profesional yang kini bermain untuk Gresik United, sudah kewajiban saya membawa klub meraih prestasi maksimal.

Sebagai mantan kapten PSM, Anda tentu sudah terbiasa dengan atmosfer Stadion Andi Mattalatta Mattoangin. Tapi, kali ini Anda datang sebagai lawan. Seberapa besar pengaruhnya buat Anda?

Secara manusiawi pasti ada. Tapi, saya yakin tidak akan lama. Apalagi kalau sudah berada dalam lapangan. Saya tahu betul karakter suporter Makassar yang kadang malah mendukung tim lawan yang menampilkan permainan bagus. Kondisi ini yang membuat saya dan teman-teman di PSM selalu berusaha menampilkan permainan terbaik saat bermain di Makassar. Karena kalau tampil jelek, kami yang mendapat cemohan.

PSM ingin menjadikan gelar Piala Presiden sebagai kado ultah ke-100 yang jatuh pada 2 November mendatang. Ada komentar?

Sebagai mantan kapten PSM saya tentu mendukung keinginan itu. Apalagi, sejak tahun 2000, Juku Eja tidak pernah lagi meraih prestasi di pentas sepak bola nasional. Namun, sekali lagi, sebagai pemain Gresik United, sementara ini saya ingin fokus dulu membawa tim ini.

Usia Anda sudah 39 tahun tapi masih aktif bermain di level tertinggi sepak bola nasional. Apa resepnya?

Hidup teratur dan istirahat yang cukup.

Sampai kapan Anda berkarier sebagai pemain?

Mungkin satu atau dua tahun lagi. Lihat saja situasi dan kondisinya nanti. Sejauh ini, saya merasa masih kuat untuk bermain di level atas. Sukses om Herry Kiswanto membawa PBR juara Liga Indonesia 1996 saat usianya sudah kepala empat jadi inspirasi saya.