Legenda Surabaya Kecam Pelaku Konflik Kemenpora vs PSSI

oleh Zaidan Nazarul diperbarui 14 Mar 2016, 14:00 WIB
Yusuf Ekodono jadi salah satu legenda sepak bola Indonesia yang angkat suara menyikapi konflik berkepanjangan di sepak bola nasional. (Bola.com/Fahrizal Arnas)

Bola.com, Surabaya - Sebagai sosok yang pernah dekat dengan sepak bola Indonesia, bahkan hingga sekarang, para legenda sepak bola Surabaya, seperti M. Zein Alhadad, Fandi Eko Utomo, dan Mursyid Effendi terus memantau perkembangan terkini dunia yang membesarkan nama mereka itu.

Para legenda angkat suara dan menilai apa yang telah terjadi di pentas sepak bola Indonesia akhir-akhir ini sangat memprihatinkan. Mereka menuntut semua pihak yang terlibat konflik, Menpora dan PSSI, tidak lagi mengedepankan egoisme masing-masing dan lebih mengedepankan kepentingan yang lebih besar.

Eks pemain Assyabaab dan NIAC Mitra, M. Zein Alhadad, menyatakan konflik ini sangat tidak sehat bagi sepak bola Indonesia. Ia meminta semua pihak yang terlibat dalam masalah ini berbesar hati dan menyudahinya.

"Kami sudah muak melihat sepak bola dijadikan korban dari pertikaian ini. Tak perlu saling menyalahkan, tak usah lagi melihat ke belakang. Mari kita bersama-sama menata dan membangun sepak bola Indonesia, kejayaan sepak bola kita," ujar eks asisten pelatih Timnas U-23 di SEA Games 2015 ini.

Alhadad tak mau menyebutkan siapa yang salah dan benar, tapi ia meminta semua pihak agar melihat kondisi para pelaku dan semua yang menggantungkan hidupnya pada sepak bola, yang nasibnya kian tak menentu.

"Semakin jauh kasus ini bergulir, ternyata tidak semakin mengarah pada penyelesaian, justru semakin buruk. Ini cerminan mentalitas yang buruk bagi masyarakat sepak bola Indonesia, karena hukum tak lagi diindahkan," keluhnya.

Advertisement

Tak hanya Alhadad, legenda hidup Persebaya serta Timnas senior, Yusuf Ekodono, menganggap perkembangan konflik sepak bola nasional akhir-akhir ini sudah mengarah pada perusakan tatanan sepak bola itu sendiri. Ia menilai, dalih-dalih pembenaran yang dilontarkan sejumlah pihak terkait salah-benar tanpa dasar yang jelas, kian menjerumuskan sepak bola Indonesia lebih dalam.

"Kalau mau menyelesaikan dan memperbaiki tatanan, jangan bicara terus di media seolah-olah mereka yang paling benar. Saya tak mau menyebutkan siapa mereka. Bagi saya, cara-cara seperti ini tidak menunjukkan kedewasaan. Saya sebagai orang bola merasa sangat malu melihat pemimpin dan pemangku kepentingan sepak bola Indonesia seperti anak kecil yang sedang berebut mainan," jelas ayah kandung bintang Surabaya United, Fandi Eko Utomo, ini.

Keluhan sama dilontarkan Mursyid Effendi. Eks pemain Persebaya yang kini memoles Persatu Tuban itu tak habis pikir. Ia menilai konflik sepak bola nasional ini tidak murni soal sepak bola. Bagi Mursyid, selama konflik ini bermuatan politis, sulit bagi siapa pun untuk menghentikannya, kecuali presiden dengan tegas meminta semua berhenti berkonflik.

"Biar ibaratnya sampai mulut berbusa, kalau tidak ada upaya konkret dari Presiden RI Joko Widodo untuk menghentikan konflik ini, percuma saja, karena semua merasa benar, sementara pihak yang berseberangan sudah pasti salah. Repot kalau sudah seperti ini, bicara benar dan salah terus tanpa ada usaha mencari solusi," tuturnya.

Mursyid  Effendi mengaku sudah malas bicara soal konflik berkepanjangan karena sebetulnya penyelesaiannya hanya sederhana, tetapi sengaja dibuat rumit oleh pihak-pihak tertentu.

"Sekarang terserah mereka, mau di bawa ke mana sepak bola kita kalau seperti ini terus. Orang bodoh pun tahu masalah ini sebenarnya tidak sulit diselesaikan," ujar Mursyid.