Hendro Siswanto: Cedera Membuat Perjuangan Setahun Sia-sia

oleh Iwan Setiawan diperbarui 22 Agu 2016, 09:15 WIB
Hendro Siswanto: Cedera Membuat Perjuangan Setahun Sia-sia. (Bola.com/Adreanus Titus)

Bola.com, Malang - Sejak Arema Cronus ditangani Milomir Seslija, gelandang bertahan, Hendro Siswanto seakan terlahir kembali. Pemain 26 tahun kelahiran Tuban, Jawa Timur ini dapat kepercayaan sebagai pemain inti.

Advertisement

Bahkan ban kapten sempat diberikan kepadanya. Sebuah momen yang jarang didapatkannya dua musim sebelumnya. Sayang, itu tak berjalan lama. Ketika ajang Torabika Soccer Championship (TSC) 2016 presented by IM3 Ooredoo baru memasuki pertengahan putaran pertama Hendro akrab dengan cedera lutut kanan.

Bahkan cedera itu ikut memupus hasratnya untuk bergabung dengan Timnas Indonesia proyeksi Piala AFF 2016.

Seperti apa kondisi Hendro saat ini? Berikut wawancaranya Bola.com dengan sang gelandang bertahan pada Minggu (21/8/2016):

Musim ini sepertinya jadi musim terbaik sekaligus terburuk di Arema. Apa benar?

Bisa dibilang begitu. Karena saya dapat kepercayaan main sebagai starter di tim. Sempat ditunjuk kapten Arema juga jadi pengalaman pertama yang membanggakan bagi saya. Buruknya, sekarang ini saya cedera lutut. Apes. Lagi enak-enaknya bermain rutin di posisi inti, tapi malah terkena cedera. 

Seberapa parah kondisi cedera lutut kali ini? Ada kesan Anda memaksa diri. Sempat dimainkan, tapi cedera kambuh lagi.

Saya rasakan cedera ini sudah tiga bulan terakhir. Awalnya tidak ada benturan. Tiba-tiba terasa nyeri di lutut. Awalnya tidak saya anggap  sebagai hal yang serius. Sampai akhirnya setelah pertandingan melawan Semen Padang (pekan kesembilan) saya akhirnya harus istirahat.

Saya sempat memaksa main di pertandingan lawan Barito Putera, tapi cedera lagi. Berikutnya duel kontra Sriwijaya dan akhirnya sama. Saya harus  menepi lagi. Dalam hati saya memang ingin main terus. Sayang kalau harus melewatkan kesempatan main dari pelatih

Lalu kondisi cedera anda sekarang seperti apa?

Waktu dipanggil seleksi Tim Merah-Putih Piala AFF gelombang kedua pekan lalu saya sempat berkonsultasi dengan dokter dan pelatih, Alfred Riedl. Setelah diperiksa  hasilnya medis merekomendasikan saya istirahat dua bulan ke depan. Intinya saya dipastikan tidak bisa ikut seleksi, jika dipaksa bisa fatal akibatnya.

Cedera ini amat mungkin memupus harapan Anda memperkuat Timnas Indonesia. Merasa kecewa?

Tentu kecewa. Waktu timnas vakum karena sanksi FIFA tahun lalu, saya serius latihan. Tujuannya untuk bisa masuk timnas saat kondisi sepak bola nasional kembali kondusif.  Saya latihan keras di klub, bahkan menambah porsi sendiri. Tapi persiapan setahun itu serasa sia-sia sekarang.

Karena saat dipanggil ke  timnas justru kondisi saya cedera. Padahal kemarin saya sempat meminta perubahan waktu seleksi dari gelombang pertama ke gelombang kedua. Agar memberi waktu untuk cedera saya membaik. Tapi sampai sekarang belum sembuh total. Kalau saya paksakan juga percuma. Hasilnya tidak akan maksimal.

Apa pelajaran yang Anda ambil dari kejadian ini?

Saya kapok. Tidak lagi memaksa main kalau kondisi masih belum 100 persen. Rugi besar kalau cedera malah bertambah parah seperti sekarang ini. Semua kerja keras saat  persiapan seperti tidak ada gunanya. Dan ini jadi pelajaran bagi saya juga. Kerugiannya tidak hanya saya tidak membela Timnas Indonesia, tapi juga kehilangan momen-momen krusial TSC 2016 bersama Arema. Saya tidak bisa membantu teman-teman yang berjuang di lapangan.