Profil Mitra Kukar: Naga Mekes Andalkan Kekompakan

oleh Ronald Seger Prabowo diperbarui 11 Apr 2017, 07:15 WIB
Skuat Mitra Kukar 2017. (Bola.com/Adreanus Titus)

Bola.com, Tenggarong - Piala Presiden 2017 tak berjalan mulus bagi Mitra Kukar. Meski berstatus juara Grup A, langkah Bayu Pradana dkk. untuk lolos ke babak 8 Besar harus tertatih-tatih. Mereka mengemas sekali menang, seri, dan kalah.

Langkah Mitra Kukar pun terhenti di tangan Persib Bandung setelah tumbang, 1-3 di babak perempatfinal. Meski demikian, pelatih Jafri Sastra beberapa kali menegaskan jika ajang itu hanyalah sebagai pemanasan.

"Kami memang tidak ada target khusus di Piala Presiden. Hanya sebagai persiapan dan mencermati performa pemain. Nanti penampilan kami sesungguhnya ada di kompetisi resmi," tegas Jafri.

Kini ajang Liga 1 sudah di depan mata. Persiapan terus dilakukan mulai pematangan permainan hingga penambahan amunisi. Nyaris tak ada perubahan besar di tubuh Mitra Kukar. Nama-nama semacam Dedi Gusmawan, Septian David Mulana, Bayu Pradana, Hendra Adi Bayauw, Anindito Wahyu Erminarno jadi tulang punggung.

Advertisement

Mereka berkolaborasi dengan pemain baru semacam gelandang asal Korsel, Oh In Kyun, Wiganda Pradika, hingga trio ujung tombak Zulham Zamrun, Monieaga Bagus Suwardi, dan Aldino Herdianto.

Dengan materi pemain lengkap di semua lini, Mitra Kukar mengemban misi menyodok papan atas kompetisi tertinggi sepak bola Tanah Air. Bukan hal mustahil bagi mereka. Berbekal padunya para pemain dan kharisma seorang Jafri Sastra, tim kebanggaan masyarakat Tengarong itu jadi salah satu penantang gelar juara.

Berbicara sejarah, Mitra Kukar tak lepas dari cerita perjalanan persepakbolaan Indonesia. Dua tim yang punya nama pada kompetisi Galatama, yakni Niac Mitra atau Mitra Surabaya serta Mitra Kalteng Putra merupakan cikal bakal berdirinya Mitra Kukar.
Kisah dimulai saat Niac Mitra terdegradasi ke Divisi 1 pada 1999, kemudian dibeli pemilik Barito Putera H. Sulaiman dan berganti nama menjadi Mitra Kalteng Putra.

Tiga tahun berselang, Mitra Kalteng Putera tak mampu berprestasi dan terdegradasi ke Divisi II dan berpindah tangan ke H. Suryanto Anwar. Dibantu pengusaha Endri Erawan, Mitra Kukar kembali ke Divisi Satu. Pada tahun 2005, Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara membeli Mitra Kukar seharga Rp 1.5 Miliar.

Setelah tiga tahun berkutat di Divisi Utama, Naga Mekes akhirnya promosi ke Indonesia Super League (ISL) musim 2011/2012 setelah finis di urutan ketiga Divisi Utama 2010/2011. Hingga saat ini, Mitra Kukar tercatat sebagai tim kontestan ISL meski tak pernah meraih predikat juara.

Data klub:
Berdiri: 2003
Julukan: Naga Mekes
Homebase: Stadion Aji Imbut Tenggarong
Prestasi: 2013 (Peringkat 3), 2014 (Perempat final), 2015 (peringkat 4 Piala Presiden), 2015 (Juara Piala Jenderal Sudirman)

2 dari 3 halaman

Andalkan Kematangan Jafri Sastra

Jafri Sastra memiliki keunggulan di Mitra Kukar, yakni kedekatan dengan pemain. (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Kembalinya Jafri Sastra ke pelukan Mitra Kukar di pertengahan Torabika Soccer Championship (TSC) 2016 membawa angin segar bagi kubu Naga Mekes.

Pelatih asal Payakumbuh, Sumatra Barat membawa modal berharga kala membawa Mitra Kukar menjadi juara Piala Jenderal Sudirman 2016. Meski hanya finish di posisi 10 besar, namun Jafri kembali dipercaya menangani tim Kota Tenggarong berkiprah di kompetisi Liga 1 musim ini.

Jauh sebelum berlabuh ke Mitra Kukar, Jafri mengawali dunia kepelatihan bersama Persipro Probolinggo dan berlanjut ke Semen Padang. Ia menggantikan Nilmaizar pada musim 2013 yang melatih Timnas Indonesia.

Kini tugas berat berada di puncak Jafri Sastra untuk membawa Mitra Kukar menembus posisi papan atas kompetisi kasta tertinggi sepak bola Tanah Air. Pengalaman membawa Naga Mekes juara plus paham betul karakter para pemain jadi bekal utama Jafri.

3 dari 3 halaman

Bayu Pradana

Bayu Pradana, sang kapten yang lugas. (Bola.com/Ronald Seger)

Lugas. Kata itulah yang bisa menggambarkan sosok Bayu Pradana Andriatmo. Sebagai seorang gelandang, pemain 25 tahun itu terkenal lugas dan tanpa kompromi sebagai benteng pertama pertahanan Mitra Kukar.

Selain mampu sebagai breaker, Bayu juga memiliki kelebihan pengatur irama permainan serta memiliki tendangan spekulasi dari jarak jauh. Hal itulah yang membuat sosok mantan pemain Persis Solo itu nyaris tak tergantikan di lini tengah skuat Naga Mekes.
Bayu juga tampil stabil sejak gelaran Piala Presiden 2015 silam.

Performanya yang semakin menanjak membuat bapak dari Rui Costa Pradana itu berkostum Timnas Indonesia. Laga debutnya bersama Timnas Indonesia baru didapatkannya pada usia 25 tahun. Namanya pun tidak meroket seperti pemain-pemain Tim Merah-Putih lainnya yang mulai dikenal dari level junior.

Bayu Pradana Andriatmo berjuang dari titik nol hingga akhirnya bisa merasakan bermain membela negara, yang menjadi mimpi semua pemain sepak bola di negeri ini. Dia memang menggeluti sepak bola dari bawah termasuk di Diklat Apacinti.

Setelah itu merangkak dari klub Divisi Utama mulai Persis Solo, Persipasi Bekasi serta Persepar Palangkaraya saat masih di Divisi Satu. Saat Persepar promosi ke IPL saya turut bergabung dan semenjak itu bermain di kasta tertinggi termasuk tahun lalu bersama Persiba Balikpapan dan akhirnya ke Mitra Kukar.

Sebagai sosok kapten tim, Bayu saya coba menikmati dan bertanggung jawab atas apa yang dipercayakan pelatih. Apalagi sosok kapten harus memberi contoh positif kepada pemain lain di Mitra Kukar yang mayoritas juga berusia muda.

''Saya bersyukur mendapat dukungan dari semua pihak mulai manajemen, pelatih, dan pemain. Tentu target pribadi ingin membawa Mitra Kukar berprestasi di sepak bola Indonesia dan menjadi juara lagi,'' ungkap Bayu Pradana.