Gede Widiade, Sriwijaya FC, dan Potensi yang Setara Persija - Persib

oleh Muhammad Adi Yaksa diperbarui 18 Mar 2019, 09:15 WIB
Gede Widiade. (Bola.com/Dody Iryawan)

Bola.com, Jakarta - Gede Widiade tidak butuh lama untuk kembali ke dunia sepak bola seusai mengundurkan diri dari Persija Jakarta pada Februari 2019. Pria asal Jawa Timur ini segera merapat manajemen Sriwijaya FC.

Gede telah melakukan pertemuan dengan Gubernur Sumatera Selatan sekaligus pembina Sriwijaya FC, Herman Daru dan Direktur Utama PT Sriwijaya Optimis Mandiri, Asfan Fikri Sanaf, belum lama ini. Diskusi itu berlangsung positif. Untuk langkah awal, Gede memposisikan diri sebagai adviser atau penasihat yang diminta oleh kedua petinggi Sriwijaya FC tersebut.

Advertisement

Berbicara panjang lebar melalui sambungan telepon kepada Bola.com, Gede tidak membantah atau pun membenarkan pertemuan tersebut mewacanakan dirinya untuk mengambil alih Sriwijaya FC. Kendati demikian, Gede berulang kali menyatakan prosesnya masih jauh dan membutuhkan waktu yang tidak singkat.

Lewat ciri khasnya yang kerap berapi-api dalam berbicara, Gede amat percaya diri dengan potensi Sriwijaya FC walaupun tim kebanggaan masyarakat Palembang ini hanya akan tampil di Liga 2 musim depan. Asalkan, para petinggi tim berjuluk Laskar Wong Kito itu dapat menuntaskan permasalahan tim dalam setahun belakangan.

Penunggakan gaji kepada sejumlah mantan pemainnya dan mengembalikan dukungan dari masyarakat Palembang menjadi tugas besar petinggi Sriwijaya FC untuk musim depan. Nyaris dalam setiap kalimatnya kepada Bola.com, Gede menginginkan pengurus Laskar Wong Kito itu untuk merencanakan program, termasuk memetakan masalah Sriwijaya FC pada Liga 1 2018 agar dicari akar permasalahan dan jalan keluarnya.

Sriwijaya FC bukan klub yang biasa, kata Gede. Faktanya, memang benar. Sejak Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan mengakuisisi Persijatim Solo FC pada 2004 silam, dua gelar Liga Indonesia plus tiga trofi Piala Indonesia telah terpajang dalam lemari piala Laskar Wong Kito.

Gede bukan figur sembarangan. Dalam dua musim terakhir, ia selalu masuk ke jajaran manajamen tim juara. Ketika Bhayangkara FC keluar sebagai kampiun pada 2017, Gede berstatus Chief Operating Officer (COO) tim milik kepolisian itu. Tangan dingin Gede kembali membuahkan hasil saat mengantarkan Persija merebut status klub terbaik Liga 1 2018. Peran Gede adalah sebagai direktur tim.

Dalam kesempatan perbincangan sekitar 15 menit dengan Bola.com pula, Gede berani mengklaim bahwa potensi Sriwijaya FC setara dengan Persija dan Persib Bandung. Lalu, sudah sejauh mana proses Gede menuju Sriwijaya FC? Berikut petikan wawancara Bola.com dengan mantan manajer Persebaya Surabaya itu.

2 dari 2 halaman

Pengakuan Gede Widiade

Dirut Persija Jakarta, Gede Widiade, memberikan sambutan di Balai Kota, Jakarta, Sabtu (15/12). Pawai tersebut untuk merayakan keberhasilan Persija meraih gelar Juara Liiga 1 Indonesia. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

Benarkah Bapak akan mengambil alih Sriwijaya FC?

Jadi begini. Pertama, grup saya (Spring Hill) punya usaha di Palembang, besar sekali. Lalu pihak dari gubernur (Sumatra Selatan) mengundang saya untuk memberikan saran, ya memang ada pembicaraan begitu. Tapi, bagi saya masih terlalu dini untuk menyimpulkan. Yang paling penting bagi orang Palembang kan mengidentifikasi masalah karena waktunya sempit. Jangan berkutat dengan masalah, tapi mengidentifikasi masalah, mencari solusi, bikin action plan. Jika sampai tak tertangani dengan bagus, bisa gawat.

Sedangkan nama besar Sriwijaya FC sangat menjual. Namanya setara Persija, Arema FC, Persib, Persebaya Surabaya. Nah, kemarin saran saya adalah identifikasi masalah, bikin action plan, segera persiapkan tim. Selesaikan masalah di Palembang. Apabila selesai di Palembang, ya selesai. Tapi, apabila tidak selesai di Palembang, ya akan mengajak rekan untuk membantu yang mempunyai kapasitas di bidang sepak bola dan finansial.

Lalu saya meminta identifikasi masalah yang melibatkan orang lokal. Lalu selesaikan problem-nya. Apabila tidak mampu, baru ajak rekan yang mengerti soal Palembang, yang mempunyai kemampuan soal sepak bola dan finansial. Itu saran saya.

Bagaimana hasil pertemuan dengan petinggi Sriwijaya FC?

Saya kemarin diminta resmi, lalu diundang diskusi. Dan pertemuan baru sekali. Jadi kemarin itu, itu dulu. Saya memposisikan sebagai orang profesional. Jadi memberikan saran, saran saya adalah 'a, b, c'. Kalau memang 'a, b, c' tidak bisa, harus mengundang orang dari luar Palembang. Kalau orang luar tidak bisa, siapa? Orang yang memiliki kualifikasi sepak bola dan nasional.

Sekarang itu tahapnya masih advice. Kalau advice itu jalan, berarti saya sebagai adviser. Kalau tidak jalan, saya harus bicara kembali untuk memposisikan diri saya sebagai apa. Kami membiasakan mencoba berpikir komprehensif seperti mengelola perusahaan. Jadi lebih mudah. Jadi siapapun, apapun, di mana pun, tidak bisa hanya sekadar beli saham, mengelola, tidak bisa. Ini kan sebuah perusahaan. Hubungannya sama masyarakat, pemprov, suporter, fasilitas. Kan banyak aspeknya.

Jadi tahap pertama advice, tahap kedua kalau itu berjalan ya sebagai adviser. Kalau umpamanya tidak berjalan kan bicara lagi kira-kira treatment apa yang bisa kita bicarakan kepada mereka.

Sudah merencanakan pertemuan berikutnya dengan petinggi Sriwijaya FC?

Tergantung kebutuhan mereka. Kalau mereka membutuhkan kita, akan diundang.

Proses ini akan selesai sebelum Liga 2 musim depan dimulai?

Sebelum pastinya. Orang Palembang itu sangat menguasai permasalahan dan profesional. Yang bertemu saya, orang profesional. Saya kemarin diskusi dengan Pak Gubernur. Dengan beliau, intens sekali. Bagus sekali. Saya diundang sebagai orang yang mengerti sepak bola, sangat bangga. Jadi, tahapannya itu dulu.

Jadi, saya baru diundang untuk menidentifikasi masalah. Ada penawaran. Saya kasih advice. Saat pertemuan kedua nanti, evaluasi dari advice saya jalan tidak.

Harapan Bapak dari proses ini?

Semoga Sriwijaya FC kembali ke Liga 1 lagi. Di tangan orang yang layak. Jadi semua potensi sangat mendukung untuk kembali ke Liga 1. Selama dilakukan secara profesional. Di sana infrastruktur sudah ada. Lapangan sudah ada. Kebijaksanaan gubernur sangat mendukung. Suporter sudah ada.

Berita Terkait