Curhat Kiper Persija Setelah Shopee Liga 1 Kembali Ditunda, Mengklaim Kelabakan dan Harus Banting Setir

oleh Nandang Permana diperbarui 04 Nov 2020, 14:15 WIB
Kiper Persija Jakarta, Shahar Ginanjar. (Bola.com/Nandang Permana)

Bola.com, Jakarta - Kiper Persija Jakarta, Shahar Ginajar, mengakui penundaan Shopee Liga 1 2020 ke tahun 2021 menjadi beban tersendiri bagi semua pemain. Alasannya, hampir 90 persen pesepakbola yang masih aktif saat ini hanya mengandalkan kompetisi untuk mencari nafkah bagi keluarganya.

PSSI telah mengumumkan penundaan Shopee Liga 1 2020 secara resmi. Dalam pernyataan yang dikeluarkan PSSI menyebut penundaan Liga 1 karena tidak adanya izin dari pihak terkait.

Advertisement

Ini kali kedua PSSI menunda kickoff lanjutan Shopee Liga 1 2020. Sebelumnya, PSSI menjadwalkan kompetisi bergulir pada awal Oktober lalu, kemudian ditunda November dan akhirnya ke awal 2021. Alasan penundaan itu sama, yakni tidak mendapatkan izin penyelengaraan dari pihak Kepolisian.

"Bagi saya, dengan tertundanya Liga 1 banyak yang dirugikan. Padahal masih banyak aktivitas lainnya, keramaian masih mendapatkan izin dari pihak terkait. Padahal mereka hanya cek suhu tubuh saja," kata Shahar Ginanjar kepada Bola.com, Rabu (4/11/2020).

Menurut Shahar, penghentian Shopee Liga 1 tersebut membuat hampir semua pemain mencari usaha lain untuk mempertahankan keuangan keluarganya.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini

2 dari 2 halaman

Agak Kelabakan

Shopee Liga 1 Logo. (Bola.com/Dody Iryawan)

Shahar Ginanjar berharap pihak terkait yang mempunyai kewenangan dalam perizinan keramaian, untuk membuka hatinya. Dia berharap para pemain sepak bola bisa tetap mencari nafkah bagi keluarganya dan berkarier untuk berprestasi.

"Sangat disayangkan liga 1 tertunda karena ada hal lain. Kami sebagai pemain tentu sangat menyangkan dan rugi, karena kami hanya mencari nafkah di sepak bola saja," ujarnya.

"Agak kelabakan ya dengan penundaan Liga 1, harus banting setir untuk mencari uang lain. Kami sebagai pemain bola berharap pihak terkait membuka hati dan nuraninya terhadap kami sebagai atlet. Klub bisa bangkrut kalau tidak ada kompetisi," imbuh Shahar Ginajar.