Kenangan Stefano Cugurra: Terkesan Suporter Persija dan Persebaya di Final Piala Bang Yos

oleh Aditya Wany diperbarui 06 Sep 2022, 16:15 WIB
Coach Teco juga menyempatkan diri berfoto bersama salah satu pesepak bola cilik yang hadir di Training Ground Bali United. (Bola.com/ M Iqbal Ichsan)

Bola.com, Surabaya - Pelatih Bali United, Stefano Cugurra, membagikan kenangannya dalam masa awal berkarier di Indonesia. Dia datang ke Indonesia pada 2003 dengan jabatan sebagai pelatih fisik Persebaya Surabaya.

Sebelumnya, Stefano Cugurra yang bekerja sama dengan Jacksen Tiago yang menjadi pelatih kepala Persebaya Surabaya, menangani tim pada saat turnamen pramusim. Bajul Ijo mentas di Piala Emas Bang Yos yang digelar di Jakarta pada Desember 2003.

Advertisement

Turnamen pramusim itu sangat terpatri di ingatan pelatih yang akrab disapa Teco itu. Sebab, itu menjadi momen awalnya di Indonesia. Persebaya mampu menembus laga final melawan Persija Jakarta adi Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, 14 Desember 2003.

"Ketika awal saya di Indonesia, kami main di Piala Bang Yos, di Jakarta. Kami sampai final melawan Persija di GBK," ujar Teco dalam sebuah wawancara dalam kanal YouTube Ram Surahman.

"Saya melihat stadion penuh sekali. Ketika itu saya pikir mungkin 120 orang ada di situ. Ada bonek, ada Jakmania juga. Saya merasa ini bagus buat sepak bola," ujar pelatih asal Brasil itu.

 

2 dari 7 halaman

Kenangan Persija Vs Persebaya

Pelatih Bali United, Stefano Cugurra Teco. (Bola.com/Maheswara Putra)

Duel antara Persija dan Persebaya memang selalu dinanti, apalagi jika tersaji dalam partai final. Maklum saja, dua klub berasal dari dua kota besar di Indonesia dan telah bersaing sejak era perserikatan.

Kedua tim bermain imbang tanpa gol selama 90 menit waktu normal hingga perpanjangan waktu. Pemenang akhirnya ditentukan lewat adu penalti dan Persija menang dengan skor 4-1 sekaligus meraih trofi turnamen tersebut.

Hasil laga tersebut memang kurang berkesan baik karena Teco bersama Persebaya tidak mengangkat trofi. Namun, keberadaan ratusan ribu suporter yang memadati stadion sangat membuatnya terkesan dengan sepak bola Indonesia.

"Satu tahun sebelumnya, saya bekerja di Singapura. Penonton sedikit sekali. Stadion bagus sekali, tapi penonton sedikit. Klub yang saya tangani sebelumnya di Arab Saudi, kasta tertinggi tapi klub kecil, penontonnya juga sedikit," ucapnya.

 

3 dari 7 halaman

Surabaya Istimewa

Stefano Cugurra Teco dan istrinya, Miranda Erlinda. (dok. Instagram @stefanocugurra/https://www.instagram.com/p/BqmuoQknZzn/

Teco lantas menorehkan sejumlah catatan gemilang sebagai pelatih fisik Persebaya. Dia saat itu masuk jajaran pelatih Persebaya Surabaya dengan jabatan pelatih fisik, di bawah komando Jacksen Tiago yang merupakan pelatih kepala.

Berikutnya, bersama Jacksen, Teco ikut membawa Bajul Ijo menjuarai Divisi Utama 2004. Selama lima musim Teco masih menjabat pelatih fisik Persebaya hingga akhirnya mencoba berkarier di Malaysia.

Menurutnya, Surabaya merupakan kota yang sangat spesial bagi perjalanan karier maupun hidupnya. Teco mengenang satu hal yang paling membuatnya selalu teringat dengan Surabaya, yaitu mulai belajar bahasa indonesia di Kota Pahlawan itu.

"Saya melihat di Persebaya, penonton banyak sekali. Itu sangat fanatik. Ketika di Thailand juga ada beberapa tim yang suporternya penuh, tapi tidak seperti di Indonesia. Sekarang saya melihat anak kecil datang ke stadion. Pada 2004 saya pikir masih sangat jarang," ujarnya.

"Saya belajar bahasa Indonesia di kota ini. Pada tahun pertama di sini, saya sudah mulai belajar bahasa Indonesia. Selama lima tahun di sini, saya bisa tiga kali juara bersama Persebaya sebagai asisten pelatih. Tentu kota ini sangat berarti positif bagi saya," ujar Teco.

Waktu selama lima tahun memang tidak sebentar untuk seorang pelatih bersama sebuah klub. Lima tahun di Persebaya, Teco juga mendapat pasangan hidup yang merupakan orang asli Surabaya. Makanya dia merasa seperti pulang kampung kalau ke Surabaya.

 

4 dari 7 halaman

Sempat ke Malaysia dan Thailand

Stefano Cuggura "Teco" (kanan). (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

Setelah karier pelatih fisik, Teco mencoba menapaki karier sebagai pelatih kepala. Dia memulainya di Malaysia dengan menangani Kuala Muda Naza pada 2009.

Teco kemudian hijrah ke Thailand dari 2010 hingga 2016. Chiangrai United, Phuket FC, Osotska Samut Prakan, hingga Royal Thai Navy adalah deretan klub Negeri Gajah Perang yang pernah ditanganinya.

Baru pada 2017, dia kembali ke Indonesia dan kali ini ditunjuk sebagai pelatih kepala Persija Jakarta.

5 dari 7 halaman

Bawa Persija Juara

Pelatih Persija Jakarta, Stefano Cugurra Teco, diangkat pemain saat selebrasi juara Liga 1 di SUGBK, Jakarta, Minggu (09/12). Persija Jakarta menang 2-1 atas Mitra Kukar. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

 

Bersama Persija, Teco sempat sulit membawa timnya bersaing di Liga 1. Namun, pada akhirnya Teco mampu membawa Macan Kemayoran finish peringkat keempat.

Hasil itu membuat Persija tampil di Piala AFC 2018. Pada tahun itu pula, dia membuka prestasi dengan menjuarai Piala Presiden 2018. Akhir tahun jadi lengkap karena Persija dibawanya merengkuh trofi Liga 1 2018.

Prestasi gemilang di ibukota pun berhenti. Teco memilih hijrah ke Bali United pada awal musim 2019. Hasilnya seperti diketahui, dia sukses memberikan trofi Liga 1 2019 ke klub asal Pulau Dewata itu.

 

6 dari 7 halaman

Rekor Manis Teco di Indonesia

Kemenangan di laga terakhir ini terasa manis bagi Bali United yang melengkapi raihan gelar juara BRI Liga 1 musim 2021/2022. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

Teco pun tercatat sebagai pelatih pertama yang mampu menjuarai dua kompetisi kasta teratas secara beruntun sejak era Liga Indonesia dimulai pada 1994. Hebatnya, itu dilakukan untuk dua klub yang berbeda.

Rekornya tak berhenti sampai situ, Teco kembali sukses membawa Bali United mempertahankan trofi Liga 1 dengan menjuarai musim 2021/2022. Stefano Cugurra Teco pun jadi nama pelatih yang akan melegenda di Indonesia. 

Prestasi tiga gelar juara kasta tertinggi ini sebenarnya sudah pernah didapat oleh Jacksen F. Tiago pada ISL 2008-2009, 2010-2011, dan 2013. Tapi, semua itu diraih tidak secara beruntun.

Teco memiliki perbedaan dengan memenangi semua trofi Liga 1 dalam tiga musim beruntun, sempat dijeda oleh Liga 1 2020 yang terhenti karena pandemi COVID-19.

 
7 dari 7 halaman

Persaingan di BRI Liga 1 Saat Ini

Berita Terkait