Carlo Ancelotti Curhat Beratnya Bekerja untuk Roman Abramovich di Chelsea: Selalu Diawasi, Bahkan Didatangi ke Tempat Latihan

Carlo Ancelotti mengungkapkan selama karier manajerialnya, tekanan terbesar dirasakannya saat bersama Roman Abramovich di Chelsea.

BolaCom | Yus Mei SawitriDiterbitkan 25 September 2025, 16:45 WIB
Carlo Ancelotti mempersembahkan gelar Premier League 2009-2010 untuk Chelsea. (AFP/Adrian Dennis)

Bola.com, Jakarta - Carlo Ancelotti mengungkapkan selama karier manajerialnya, tekanan terbesar dirasakannya saat bersama Roman Abramovich di Chelsea.

Pelatih asal Italia yang kini menangani Timnas Brasil itu menuliskan pengalamannya dalam autobiografi terbarunya, The Dream, Winning the Champions League.

Advertisement

Ancelotti kini bertugas membimbing Brasil ke Piala Dunia tahun depan setelah kariernya yang gemilang saat menangani klub-klub termasuk Juventus, Milan, Chelsea, PSG, dan Real Madrid.

Artinya, ia pernah bekerja di bawah mantan Perdana Menteri Italia Silvio Berlusconi, serta bos PSG Nasser Al-Khelaifi, dan Presiden Real Madrid, Florentino Perez.

Ancelotti, satu-satunya manajer yang sudah lima kali menjuarai Liga Champions, bercerita bayang-bayang sang pemilik selalu mengiringi masa dua tahunnya di Stamford Bridge.

Ancelotti gabung Chelsea pada 2009 dan langsung meraih gelar ganda, yaitu Premier League dan Piala FA di musim debutnya. Namun, ia tetap merasa tidak pernah lepas dari tekanan. Bahkan sejak kekalahan mengejutkan 1-3 dari Wigan di awal musim, Abramovich langsung hadir di tempat latihan untuk menuntut jawaban.

 


Abramovich Mulai Membayangi

Pemilik Chelsea, Roman Abramovich sebelum menyaksikan Liga Inggris antara Chelsea dan Sunderland di stadion Stamford Bridge di London pada 19 Desember 2015. Dari pernikahannya tersebut, mereka dikaruniai dua orang anak. (AP Photo/Matt Dunham)

“Saya sadar saat itu bayangan Abramovich mulai menaungi saya. Dia ingin segalanya berjalan sempurna, dan jika tidak, saya yang harus memberi jawabannya,” tulis Ancelotti, seperti dikutip dari The Sun, Kamis (25/9/2025).  

“Saya tahu rekor saya hanya akan membawa saya sejauh ini. Abramovich menegaskan ingin saya memenangkan Liga Champions bersama Chelsea dan agar Chelsea mengukir identitasnya di lapangan."

"Tetapi sekarang saya bekerja untuk seorang oligarki Rusia yang tiba-tiba saya pahami mengharapkan segalanya berjalan baik sepanjang waktu. Dan jika tidak, ia ingin tahu alasannya. Tugas sayalah untuk memberikan jawabannya," imbuh dia. 

Ancelotti mengatakan saat itu dirinya baru beberapa pekan menangani Chelsea, ketika realita keras menamparnya, gara-gara kekalahan mengejutkan 1-3 dari Wigan. Dalam pertandingan tersebut Petr Cech kena kartu merah. 

“Saat itulah bayangan pertama mulai muncul di masa-masa saya di klub. Abramovich berada di tempat latihan keesokan paginya setelah menuntut jawaban. Apa yang salah?" kenang Ancelotti. 

"Saya tidak pernah mendapatkan pengawasan seketat ini dari Berlusconi. Dia adalah pemilik yang sangat menuntut dan terkadang membeli pemain yang tidak saya butuhkan dan mengharapkan saya untuk memasukkan mereka ke dalam tim atau berdebat tentang taktik."

"Tetapi untuk sebagian besar waktunya, dia adalah Perdana Menteri Italia sehingga tidak ada manajemen mikro. Dia memiliki hal-hal yang lebih penting untuk dipikirkan," imbuh Ancelotti. 

 

 


Menarik Keluar Fernando Torres Jadi Bumerang

Fernando Torres - Striker asal Spanyol ini datang ke Stamford Bridge dengan status pemain bintang dari Liverpool. Namun sayang, penampilan Torres tak segemilang saat berseragam The Reds. (AFP//Ben Stansall)

Ancelotti juga menyinggung bagaimana keberhasilan Jose Mourinho bersama Inter Milan menambah beban. Kekalahan Chelsea dari Inter di Liga Champions 2010 membuat hubungannya dengan Abramovich makin renggang.

“Masalahnya, saya dianggap sebagai sosok kebalikan Mourinho, tenang, rasional, dan mampu menghidupkan tim. Tetapi saat Mourinho justru menyingkirkan kami, pemilik klub merasa dipermalukan,” kata Ancelotti.

Hubungan memburuk pada musim kedua. Kepergian Joe Cole, Michael Ballack, dan Deco melemahkan skuad, sementara kedatangan Fernando Torres dengan harga £50 juta justru menjadi bumerang.

Ancelotti menuliskan bahwa Abramovich bahkan memecat asistennya, Ray Wilkins, tanpa berkonsultasi. Situasi kian runyam saat Torres tampil buruk, hingga ia nekat menarik keluar sang striker di laga perempat final Liga Champions melawan Manchester United.

“Torres adalah pilihan pribadi Abramovich. Dengan menggantinya, saya seolah menantang keputusan sang pemilik. Itu kesalahan besar, karena pada akhirnya, Anda tidak bisa melawan pemilik klub,” kenangnya.

 

 


Tetap Jadi Kenangan Manis

Carlo Ancelotti. Pelatih berusia 63 tahun yang sejak awal musim 2021/2022 membesut Real Madrid di periode keduanya ini tercatat pernah menangani 2 klub di Liga Inggris, yaitu Chelsea dan Everton. Ia mengarsiteki Chelsea selama 2 musim pada 2009/2010 dan 2010/2011. Sementara bersama Everton ia bertahan selama 1,5 musim mulai pertengahan musim 2019/2020 hingga akhir musim 2020/2021. (AFP/Pool/Peter Powell)

Chelsea akhirnya tersingkir, dan setelah kekalahan di laga terakhir melawan Everton, Ancelotti menerima kabar pemecatan hanya di sebuah koridor Goodison Park.

Meski diakhiri dengan cara pahit, Ancelotti menegaskan tetap mengenang masa-masanya di London dengan positif. Ia bahkan mendapat perpisahan hangat dari para pemain senior seperti John Terry, Frank Lampard, Didier Drogba, dan Ashley Cole.

“Setiap hari di Chelsea adalah hari yang baik,” ujarnya.

Ironisnya, Abramovich akhirnya meraih trofi Liga Champions setahun kemudian. Namun, Abramovich tetap memecat manajer penggantinya, Roberto Di Matteo, hanya enam bulan setelah gelar bersejarah itu.

Sumber: The Sun 

Berita Terkait